Ruslan buru-buru menuangkan segelas air. Sarah langsung meminum air itu hingga habis dan bibirnya masih bergumam, "Sialan! Dasar berengsek itu benar-benar gila! Anak itu memang nggak boleh dimaafkan."Hilman menceritakan semua kejadian tadi. Ruslan yang mendengar cerita itu merasa sangat marah."Ini adalah pembunuhan! Kakak nggak mendidiknya dengan benar. Sepertinya, kita memang harus tinggal di vila Keluarga Winata. Kalau nggak, nggak ada yang akan mendidik anak ini kelak. Bagaimana dia bisa menikah?"Mendengar perkataan itu, Hilman merasa perkataan Ruslan itu masuk akal juga dan berkata, "Leslie mati terlalu awal, kakakmu juga menikah lagi. Anak itu pasti nggak merasakan kasih sayang orang tua. Tapi, yang terpenting sekarang adalah dia punya kekuasaan dan pengawal, kita nggak bisa bersikap keras padanya."Ruslan duduk dan merenungkannya sebentar, lalu matanya langsung bersinar."Ayah, ini mudah diatasi. Dia pasti belum pernah merasakan cinta sejak kecil. Kita atur seorang pria untuk
Sienna hari ini pulang ke vila. Dia sudah beberapa hari ini tidak melihat Snow, dia juga tidak tahu bagaimana perkembangan luka operasi Snow. Rina yang melihatnya pulang merasa sangat gembira."Nona Sienna, aku baru saja membawa Snow pergi berjalan-jalan."Saat ini, waktu kepulangan Jacob tidak pasti, Rina tidak berani sembarangan membiarkan Snow keluar. Sehingga, Snow setiap hari masih dikurung di ruangan besar di belakang. Saat Sienna masuk, Snow sudah mendengar suara langkah kakinya dan mulai menggonggong dengan keras di dalam ruangan. Sienna langsung merasa sangat kasihan, dia langsung berlutut dan mengelus kepala Snow dengan lembut.Awalnya, Sienna berencana membawa Snow ke Kompleks Mawaria. Masalah tetangga di Kompleks Mawaria memang sudah diatasi, tetapi di lantainya masih tinggal seorang wanita bernama Sandra. Dilihat dari sifat Sandra, jika Snow menggonggong di sana, dia mungkin akan langsung melaporkannya ke manajemen properti. Saat itu, akan terjadi keributan lagi, sehingga
Perawat itu merasa aneh, tetapi dia tetap membawa nampan itu masuk ke dalam kamarnya Harris. Kedua pengawal itu melihat perawat yang datang untuk mengganti obat adalah orang yang biasa mereka lihat, sehingga mereka tidak menghentikannya.Saat perawat itu menyedot obat ke dalam jarum suntik dan hendak menyuntikannya ke dalam botol infus, mata Harris tiba-tiba terbuka dan menghela napas dengan cepat. Perawat itu terkejut dengan suara Harris yang tiba-tiba muncul itu, sehingga jarum suntiknya terjatuh ke lantai.Perawat itu buru-buru berlari keluar dan berteriak di koridor. "Dokter! Dokter!"Sekelompok dokter langsung masuk dan membawa Harris menuju ke ruang perawatan intensif. Perawat itu berdiri di dalam kamar pasien yang kini kosong, mengambil jarum suntik dari lantai, dan langsung membuangnya ke dalam tong sampah yang ada di sampingnya. Kemudian, dia mengambil tong sampah itu dan membuangnya ke luar.Nanda tetap menunggu di ujung koridor. Saat melihat Harris masuk ke ruang perawatan i
Wiandro memegang segelas minuman dan terlihat bingung. Lantas, dia kembali bertanya, "Apa maksudmu dengan pendapatnya?""Maksudku Penny.""Sialan! Aku sedang membicarakan Elena!"Tangan Jacob berhenti sejenak dan menundukkan kepalanya. "Oh."Wiandro merasa lucu dan menutupi mulutnya untuk menahan tawa."Jadi, maksudmu tadi adalah hubunganmu dengan Penny, pendapatmu tidak penting, yang penting adalah pendapatnya?" Jika Penny memutuskan untuk mengandalkannya, apakah Jacob juga akan menerimanya? Namun, Jacob tidak mau menjawab lagi.Wiandro menggaruk kepalanya dengan cemas. "Apakah maksudmu seperti ini? Tadi aku membahas tentang Elena, tapi kamu tidak mendengarnya sama sekali. Apakah pikiranmu benar-benar hanya dipenuhi dengan wanita yang sudah menikah itu?""Nggak."Wiandro menggelengkan kepalanya dan tiba-tiba menunjuk seorang wanita yang berada di dekat mereka. Dia memanfaatkan kondisi Jacob yang mabuk dan bertanya, "Bagaimana dengan wanita itu kalau dibandingkan dengan Penny?"Jacob m
"Guk guk!"Snow berdiri di dekat pintu dan mengibaskan ekornya dengan cepat. Tangan Sienna bergetar saat memikirkan Rina lupa untuk mengunci pintunya lagi malam ini. Snow berlari ke arah Sienna dan berguling-guling di depannya dengan cepat untuk menarik perhatian Sienna, seolah-olah dia tidak ingin dikurung di ruangan itu lagi.Sienna khawatir suara Snow akan mengganggu Rina, sehingga dia segera membawa Snow keluar dari taman. Namun, Snow tampak sangat bersemangat malam ini dan bersikeras tidak mau masuk ke ruangan itu. Dia pikir mungkin karena Snow sudah lama tidak bertemu dengannya, sehingga dia terus bersemangat.Saat hendak menarik Snow masuk ke ruangan, Sienna mendengar ada suara orang yang masuk ke rumah dari ruang tamu. Pada saat ini, suara itu tidak mungkin pelayan. Lebih tidak mungkin Rina, karena dia sudah lama tidur. Pencuri? Namun, keamanan di vila sangat baik, tidak pernah terjadi masalah seperti ini sebelumnya.Snow memanfaatkan waktu saat Sienna sedang berpikir dan langs
Mendengar nada bicara Jacob, Sienna tahu dia benar-benar mabuk. Jika tidak, mengapa Jacob bisa bertanya pertanyaan seperti ini. Dia berpikir dengan sangat cepat."Bukan, ini karena sekarang sudah tengah malam. Kalau ketahuan suamiku kamu datang mengantar anjingku, aku akan sulit untuk menjelaskannya."Mendengar perkataan itu, Jacob berubah menjadi muram. Meskipun terpisah oleh layar, Sienna masih bisa merasakan sebuah tekanan. Dia baru saja hendak mengatakan sesuatu, Jacob sudah langsung mematikan teleponnya.Sienna tertegun, dia mengira Jacob tidak sengaja menutup teleponnya dan mencoba menelepon lagi. Namun, Jacob tidak mengangkat teleponnya. Telepon pertama tidak diangkat, kedua kali juga tidak diangkat.Orang bodoh sekalipun akan tahu bahwa Jacob sengaja tidak mengangkat teleponnya. Sienna mengernyitkan alisnya dan berpikir apakah dia tadi mengatakan sesuatu yang salah? Di mata Jacob, dia seharusnya adalah seorang wanita yang sudah menikah.Jacob tersenyum sinis saat melihat Sienna
Sienna hanya berdiri diam di tempatnya. Dia mungkin akan percaya jika tidak tahu Snow berada di Vila Cahwana. Namun, untuk apa Jacob menyandera anjing? Sienna pun merasa lucu dan buru-buru mengikuti Jacob."Tuan Jacob, anjingku memang hilang. Mungkin kamu nggak salah lihat. Di mana kamu bertemu Snow? Aku akan pergi mencarinya," ucap Sienna.Langkah kaki Jacob seketika terhenti. Dia yang mengenakan kemeja putih dan jas hitam pun membalas dengan dingin, "Minta bantuan suamimu mencarinya, mungkin kalian masih bisa menemukannya."Sienna seketika kehabisan kata-kata. Langkah kakinya terhenti. Jacob sudah berada di depan lift. Jadi, Sienna tidak punya cara lain selain mengikutinya. Dia berkata dengan tidak berdaya, "Tuan, suamiku benar-benar sibuk."Ekspresi Jacob tampak datar tanpa sedikit pun emosi. Dia menyahut, "Kalau begitu, tunggu sampai dia punya waktu. Penny, aku harus rapat 5 menit lagi. Kalau bukan tentang renovasi rumah, tidak perlu datang mencariku."Pintu lift akhirnya terbuka,
Sienna merasa pekerjaannya sudah beres. Ketika dia berniat pergi ke rumah sakit, Tania tiba-tiba meneleponnya. "Penny, kapan Snow hilang? Aku akan menemanimu mencarinya."Sienna tidak menyangka Tania akan sebaik ini padanya. Dia seketika tidak tahu harus mengatakan apa dan hanya membalas, "Um, baru sehari lalu."Tania lebih panik daripada Sienna yang kehilangan anjingnya. Dia bertanya, "Kamu di mana? Aku akan pergi ke tempatmu, kita sama-sama periksa kamera pengawas.""Nggak perlu, aku sudah mengunggah di sosmed. Semua orang yang pernah bekerja sama denganku akan membantuku mencarinya. Lagi pula, Snow anjing yang sangat pintar," sahut Sienna."Sepintar apa pun, Snow hanya anjing. Kamu nggak tahu, banyak sekali pedagang anjing sekarang. Aku sudah mengirim pesan kepada Kak Jacob, tapi dia malah nggak membalasku," ucap Tania.Sienna membatin, 'Mana mungkin dia membalasmu? Justru pria ini yang telah menyandera anjingku!' Dia sungguh tidak mengerti alasan Jacob melakukan hal ini. Tidak mung