Namun, Jimmy tidak bisa mengubah keputusan yang sudah dibuat Yasmin. Jadi, Jimmy memikirkan cara agar Sandra tidak melihat pertemuan mereka dengan Penny besok. Masalahnya, Sandra selalu berhati-hati dan sensitif saat bersamanya karena bukan berasal dari keluarga kaya. Sandra pasti akan curiga kalau Jimmy salah bicara. Pada akhirnya, Jimmy tetap tidak menemukan cara yang tepat setelah merenungkannya.Waktu pun berlalu dengan cepat. Keesokan harinya, Sienna bangun dan mendapati bahwa demamnya sudah turun. Hanya saja, tenggorokannya masih terasa tidak nyaman.Sienna bangkit dan mengambil air hangat. Ketika teringat kejadian semalam, Sienna memegang dahinya. Sepertinya tahun ini keberuntungannya benar-benar tidak bagus.Sienna juga teringat dengan Yasmin. Semalam dia tidak sempat pergi ke rumah sakit. Jadi, hari ini dia harus pergi menjenguk Yasmin.Namun, Sienna yang baru saja memegang cangkir mendengar suara bel dari luar. Orang yang datang adalah Sandra.Sandra membawa sarapan yang sed
Kelopak mata Sienna berkedut, lalu dia ingin menarik tangannya secara refleks. Namun, Yasmin tidak melepaskan tangan Sienna dan hanya menatap Sandra.Wajah Sandra pucat pasi. Dia mengamati Jimmy, lalu memandang Sienna. Terakhir, tatapannya tertuju pada kedua tangan yang digenggam itu.Sandra kenal dengan Yasmin. Semalam, Sandra ingin menjenguk Yasmin dan sudah membawa hadiah yang dibeli dengan gajinya, tetapi Jimmy menyuruhnya pulang.Sandra tahu bahwa latar belakang keluarganya tidak sepadan dengan Jimmy. Akan tetapi, Sandra memang menyukai Jimmy dan Jimmy memperlakukannya dengan baik.Sekarang, apa yang terjadi? Ibu Jimmy menggenggam tangan Jimmy dan Penny? Bukannya Penny sudah menikah? Bahkan, Penny punya hubungan spesial dengan Jacob. Sepertinya, dia juga pacar Jimmy. Hubungan ini terlalu kacau hingga membuat Sandra ingin muntah.Bisa-bisanya Sandra menganggap wanita ini sebagai temannya. Ternyata, dari awal Sandra sudah dipermainkan oleh Penny!Ketika teringat Penny yang menghibu
Sandra merasa sedih dan juga tidak terima. Dia menjelaskan, "Bu Yasmin, yang kubilang tadi semua benar. Penny dan Pak Jacob ...."Sebelum Sandra menyelesaikan perkataannya, Yasmin menyela, "Itu pilihan Jacob sendiri, nggak ada gunanya kamu kasih tahu aku. Aku hanya seniornya, jadi aku nggak akan mencampuri urusan pribadi Jacob."Nada bicara Yasmin sangat dingin. Saat berbicara, tatapannya tertuju pada Sienna. Yasmin tidak terlalu percaya Sienna mampu menaklukkan Jacob.Kalaupun Jacob tidak menyukai istrinya, dia juga tidak akan mencari wanita lain di luar. Namun, ketika Yasmin teringat pertemuannya dengan Sienna di rumah sakit 2 kali, bukannya hati Yasmin juga tergerak saat melihat penampilan Sienna yang sedih dan tegar?Jika menggunakan trik seperti ini, mungkin Jacob juga akan terpancing. Yasmin yang sudah berpengalaman pun menyadari bahwa ini pertama kalinya dia salah menilai orang."Hati-hati," celetuk Yasmin. Kemudian, dia pun pergi. Suasana di ruangan menjadi sunyi.Setelah beber
Sienna bahkan tiba-tiba berpikir untuk langsung berterus terang kepada Jacob. Jadi, Sienna tidak perlu bersembunyi seperti ini lagi dan berbohong pada Jimmy.Namun, saat memikirkan sikap Jacob kepada Keluarga Winata dan sekarang dirinya bertanggung jawab untuk mendesain rumah Jacob, Sienna harus menjaga hubungannya dengan Jacob. Kalau tidak, mereka berdua akan canggung saat bertemu.Lagi pula, Jacob banyak membantunya selama ini. Sienna tidak yakin bisa menghadapinya jika benar-benar terjadi keributan.Kemudian, Sienna berdiri. Dia merasa sangat penat. Hatinya lelah, begitu pula dengan tubuhnya.Sienna berpesan kepada Rina, "Bibi Rina, aku kurang enak badan. Jadi, aku nggak makan lagi. Kamu nggak usah panggil aku."Rina yang ragu-ragu menyahut, "Nona Sienna, waktu itu aku juga pakai alasan ini. Tapi, Tuan Jacob agak kesal."Sienna tersenyum sembari menimpali, "Nggak apa-apa. Lagi pula, hubunganku dengan dia nggak mungkin bisa diperbaiki lagi."Lebih tepatnya, bukan hubungan Jacob denga
Sienna langsung bergegas. Ketika membuka pintu, dia mendengar suara langkah kaki di tangga. Bahkan, lebih dari satu orang.Kemudian, terdengar suara pria. "Ada yang pelihara anjing di sini?" Itu suara Jacob. Sienna segera kembali ke kamar dan menutup pintu.Rina ingin menyangkal, tetapi dia juga mendengar suara anjing menggonggong. Ada apa ini?Raut wajah Jacob menjadi muram, lalu dia memerintah, "Bawa anjing itu pergi."Rina tidak berani menjawab. Setelah Jacob masuk ke kamar, Rina hendak turun. Sienna juga keluar pada saat ini. Dia menarik Rina dan bertanya, "Bibi Rina, bukannya Snow dikurung?"Rina memegang kepalanya seraya menyahut dengan ekspresi bersalah, "Sepertinya aku lupa kunci pintu. Sekarang Snow pintar sekali. Asalkan pintu nggak dikunci dari luar, Snow bisa buka pintu sendiri."Rina segera turun dan berkata, "Nona Sienna, jangan panik. Aku akan segera mengurung Snow."Jantung Sienna berdebar kencang. Dia melirik pintu yang tertutup rapat di koridor, lalu berpesan, "Cepat,
Keesokan paginya, Sienna tetap menunggu Jacob pergi terlebih dahulu baru turun. Dia mengajak Willow bertemu di kafe."Willow, bantu aku cari orang yang mau pura-pura jadi suamiku untuk sementara waktu." Begitu Sienna melontarkan ini, Willow hampir menyemburkan kopi yang diminumnya."Uhuk, uhuk." Willow terbatuk-batuk seraya menatap Sienna dengan tidak percaya, lalu bertanya, "Sampai sekarang, Jacob belum tahu identitasmu?"Sienna menggeleng sambil memegang cangkir kopi dengan erat. Di dalam hatinya, dia menganggap Jacob sebagai bos dan orang kaya.Namun, hati Sienna mana mungkin sama sekali tidak tergerak setiap teringat dengan apa yang terjadi antara dirinya dan Jacob malam itu. Selain terlalu intens sehingga membuat bagian tubuhnya itu terluka, sebenarnya teknik Jacob termasuk lumayan.Apalagi ciuman 30 detik itu. Memang singkat, tetapi bagaikan kait yang menjelajahi mulut Sienna dan terus menggelitik hatinya.Sienna mengontrol perasaannya dengan rasional. Saat ini, dia tetap terliha
Beberapa kancing baju Dickson sudah lepas sehingga membuat penampilannya terlihat agak nakal. Ujung jarinya mengetuk puntung rokok dan dia tersenyum sambil menyimpan uang di atas meja."Aku hanya beruntung," sahut Dickson. Entah ini jawaban untuk hasil perjudian atau pertanyaan dari pria tadi.Bibir tipis Dickson yang sedikit merona tampak kurang cocok dengan ketampanan dan aura mengesankan yang dipancarkannya. Mungkin, dia telah menyimpan kepolosan yang ditunjukkannya di depan Willow. Saat ini, Dickson terlihat lebih karismatik.Kemudian, orang itu berkomentar lagi, "Ini bukan masalah keberuntungan, tapi karena parasmu yang tampan. Kalau kamu menurunkan gengsimu lebih awal untuk menggaet wanita kaya, mungkin kamu nggak perlu berjudi di sini dengan kami untuk melunasi biaya pengobatan."Orang-orang lain yang duduk di depan meja judi pun tertawa. Puntung rokok dibuang ke asbak yang direndam di dalam air sehingga mengeluarkan sedikit noda berwarna kekuningan.Dickson tidak memedulikan pe
Lukas juga tidak membahas masalah ini lagi, malah memikirkan pekerjaan yang disebut Dickson. Sepuluh juta? Dia hanya perlu muncul sesekali?Lukas menelan ludah. Sebenarnya, dia juga ingin mencari putri dari keluarga kaya. Sayangnya, parasnya tidak setampan Dickson. Mana mungkin wanita-wanita kaya itu menyukainya?"Dickson, memangnya ada kerjaan sebagus itu?" tanya Lukas. Kemudian, Dickson duduk di anak tangga, lalu menjulurkan kakinya yang panjang dan bersandar. Posturnya tampak santai.Dickson memang sangat tampan. Bahkan Lukas yang merupakan seorang pria pun sangat iri dengan tampang Dickson. Pantas saja Dickson bisa berpacaran dengan putri dari pemilik perusahaan berlian.Selain itu, Willow adalah anak tunggal di Keluarga Hanaya. Kalau Dickson bisa menjadi menantu Keluarga Hanaya, bukankah kelak seluruh kekayaan Keluarga Hanaya akan menjadi milik Dickson?"Benar. Kamu juga tahu Willow gampang dibohongi," kata Dickson sambil menyipitkan matanya.Kemudian, dia melanjutkan, "Tapi, sepe