Sienna merasa kepalanya pusing karena terlalu cemas. Dia bahkan merasa bagian belakang kepalanya dan keningnya juga sakit sampai membuatnya mual. Dia sama sekali tidak menyadari aroma di dalam kamar itu sangat memengaruhi emosinya.Pria itu berdiri dan membantu Sienna perlahan-lahan menuju ke tempat tidur. "Kamu harus beristirahat, jangan mengkhawatirkan hal ini dulu."Setelah sampai di tempat tidur dan berbaring, Sienna merasa kepalanya makin sakit. Pria itu pun menyuapi Sienna sebuah pil. "Kalau kondisimu seperti ini, kamu nggak akan bisa beristirahat. Minum saja pil tidur ini, jangan terlalu banyak berpikir."Sienna hanya bisa perlahan-lahan membuka mulutnya dan menelan pil itu dengan patuh.Pria itu duduk di tepi tempat tidur dan menatap wajah Sienna yang cantik, lalu akhirnya mengulurkan jarinya dan merapikan rambut Sienna ke belakang telinganya dengan lembut. Sienna sudah tertidur, sehingga tidak menyadari tindakan pria itu.Setelah duduk di sisi tempat tidur dengan tenang selama
Sienna bahkan memohon pada pria itu. Selama ini, kehidupannya tidak pernah berjalan dengan mulus dan sering terjebak dalam situasi sulit, tetapi dia tidak pernah memohon pada orang lain.Tatapan pria itu terlihat bergetar sejenak, tetapi ekspresinya tidak berubah. Dia hanya penasaran dan bingung dengan apa yang dipikirkan Sienna. "Untuk apa pergi bertemu dengannya? Melihatnya menandatangani kontrak pemindahan saham? Kamu menyukainya, tapi malah ingin menghancurkannya dengan tanganmu sendiri."Sienna langsung tidak mengatakan apa-apa lagi karena ini adalah hal yang paling dikhawatirkannya.Pria itu memegang lengan Sienna. "Aku antar kamu kembali. Sekarang kamu nggak bisa melihat apa-apa, jangan sembarangan keluar."Namun, Sienna tetap tidak bergerak dan menepis tangan pria itu, lalu air matanya tiba-tiba mengalir. Hal ini sangat aneh karena dia jelas tidak ingin menangis, tetapi hatinya sakit saat memikirkan jari-jari Jacob patah sekarang.Sienna sangat memahami Jacob. Meskipun jarinya
Suasana di ruangan VIP menjadi sangat tegang. Ada orang yang menatap Jacob seolah-olah sedang mengamati sesuatu, lalu perlahan-lahan mengalihkan pandangan.Pada detik berikutnya, sebuah botol alkohol melayang ke kepala pemuda keluarga kaya itu. Saat semua orang melihat ke arah pria yang melempar botol itu, mereka menyadari pria itu adalah Jimmy. Mengapa Jimmy bisa begitu terpuruk sampai menjadi pelayan? Namun, Jimmy tetap terlihat tampan saat mengenakan seragam pelayan.Jimmy marah dan meraih kerah pemuda keluarga kaya itu. "Kamu pikir kamu ini siapa? Berani-beraninya kamu berkata seperti itu tentang Kak Jacob!"Selama beberapa hari ini, Jimmy bekerja di Klub Melasti karena uangnya yang tersisa hanya cukup untuk membayar sewa saja dan tidak memiliki uang untuk makan lagi. Dia bisa bekerja di sana karena diperkenalkan oleh mitra kerjanya. Oleh karena itu, dia sudah mendengar beberapa gosip di kalangan atas.Awalnya, Jimmy terus menundukkan kepala dan tidak berani membiarkan teman-temann
Orang-orang merasa kebingungan, tetapi tidak ada yang berani bersuara lagi. Tidak ada yang memperhatikan bahwa pintu ruang privat terbuka sejak tadi.Selain itu, ada seorang petugas kebersihan yang terus menyimak pembicaraan di dalam sana. Dia mendengar jelas semuanya sejak anak-anak keluarga kaya itu berbicara lancang.Namun, karena tidak bisa melihat, petugas kebersihan itu hanya berulang kali mengepel lantai yang sama.Dulu tidak ada yang pernah bersikap seperti itu pada Jacob, tetapi sekarang semua mulai berubah. Jelas, status Jacob sudah menurun di mata semua orang. Setelah dilengserkan dari jabatannya, dia hanya akan diperlakukan dengan makin buruk.Tangan Jacob masih diperban. Dia memang tidak tertarik dengan pesta malam ini. Namun, Benny khawatir pria ini mati karena minum terlalu banyak sehingga membawanya kemari.Kini, Jacob pun tampak linglung hingga akhirnya melihat wanita yang terus mengepel di depan sana. Kalau tidak salah ingat, wanita itu sudah berada di sana sejak 10 m
Arlo segera melayangkan tendangan. Dia berteriak, "Setidaknya dia bakal hidup lebih lama dari Sienna! Sampai sekarang, kamu belum menemukan jasad Sienna, 'kan?"Begitu ucapan ini dilontarkan, suasana sontak menjadi sangat menegangkan. Jacob tiba-tiba menerjang ke depan dan memukul tubuh Arlo.Perkelahian dimulai. Vas di samping sampai jatuh dan hancur berkeping-keping. Penanggung jawab Klub Melasti tentu melihat semua ini. Dia bersembunyi di kejauhan dan tidak berani melerai.Siapa pun tahu bahwa kedua pria yang terlibat dalam perkelahian adalah Presdir Grup Yuwono dan pewaris Keluarga Shankar. Sementara itu, Jero syok melihat kejadian ini. Ini pertama kalinya dia menyaksikan Arlo berkelahi.Jika dibandingkan dengan Jacob yang tidak takut mati seperti binatang buas, Arlo yang berkarakter dewasa tentu terlihat lebih lemah dan menderita kerugian besar."Berhenti! Buset! Jacob, kamu kejam sekali!" Jero mencoba melerai, tetapi wajahnya malah ditinju oleh Jacob. Seketika, pipinya langsung l
Tiba-tiba, pintu bangsal diketuk oleh seseorang. Tampak Wind berjalan masuk. Lily pun merasa gusar melihatnya."Wind, sebenarnya kamu ke mana saja? Bukannya aku menyuruhmu mengawasi Sienna? Kamu membuatku kecewa! Aku bahkan nggak bisa mencarimu 2 hari ini! Kamu sudah lupa janjimu ya?" bentak Lily.Wind berdiri di depan ranjang dengan tatapan rumit. Seketika, Lily merasa gelisah melihatnya. Dia merasa tatapan Wind mengandung banyak makna tersembunyi."Wind?" panggil Lily dengan hati-hati. Saat berikutnya, Wind tiba-tiba menghampiri Lily, bahkan memegang wajahnya dan menciumnya.Lily terkesiap. Cedera di bahunya masih belum pulih sehingga dia tidak bisa mengangkat tangannya untuk mendorong Wind.Lily yang murka hendak menampar Wind, tetapi tidak sanggup melakukannya. Dia hanya bisa memelotot dengan murka sambil membatin, 'Besar sekali nyali bawahan rendahan ini! Aku adalah Tuan Putri Keluarga Shankar! Beraninya dia menciumku!'Lily bertekad akan memberi tahu kedua kakaknya tentang masala
"Pergi! Pergi! Aku Tuan Putri Keluarga Shankar! Kamu sudah ditipu oleh Sienna! Minggir!" pekik Lily.Wind hendak menggendong Lily. Lily mulai melawan sekuat tenaga sehingga menarik perhatian pengawal di depan pintu. Para pengawal mengenal Wind, tetapi mereka tidak tahu apa yang ingin dilakukannya.Wind merendahkan suaranya dan berbisik, "Nona, kamu ingin Arlo dan Jero tahu kamu bukan putri Keluarga Shankar ya? Mereka masih bersikap baik padamu pasti karena belum tahu kebenaran ini. Apa aku perlu memberi tahu mereka?"Sekujur tubuh Lily sontak menegang. Dia ingin berteriak bahwa dirinya adalah putri Keluarga Shankar yang terhormat, tetapi ada ketakutan besar di hatinya.Jauh di dalam lubuk hatinya, ada sebuah suara yang mengatakan bahwa Wind tidak berbohong. Memang benar bahwa ayahnya memperlakukannya dengan dingin belakangan ini. Omar bahkan tidak pernah meneleponnya selama dia masuk rumah sakit.Omar adalah pemegang kekuasaan terbesar di Keluarga Shankar. Apa mungkin dia sudah tahu ba
"Wind, apa kamu bisa merahasiakan hal ini dari semua orang? Aku benar-benar takut Kak Arlo nggak menyayangiku lagi dan Kak Jero membenciku. Huhuhu. Kalau sampai hal seperti ini terjadi, aku nggak ingin hidup lagi," pinta Lily.Wind merasa iba pada Lily. Dia memeluknya dengan lembut. Lily memegang kepang di bahu Wind sambil berkata, "Kamu masih ingat kepang ini? Aku yang menyuruhmu mempertahankan model rambut seperti ini. Soalnya memang cocok denganmu.""Nona, rupanya kamu masih ingat. Aku kira kamu sudah lupa," sahut Wind."Mana mungkin aku lupa. Aku ingat semua hal yang berkaitan denganmu," ucap Lily dengan tatapan tulus sambil bersandar di pelukan Wind.Mata Wind tampak berkaca-kaca. Dia merasa ini adalah momen terindah dalam hidupnya. Apalagi, Lily memohon, "Wind, aku mau kamu merawatku di rumah sakit untuk sementara waktu ini. Bisa nggak?""Setelah aku keluar dari rumah sakit, aku juga nggak ingin kamu meninggalkanku. Aku ingin melihatmu setiap detik. Mulai sekarang, aku adalah pac