"Wind, apa kamu bisa merahasiakan hal ini dari semua orang? Aku benar-benar takut Kak Arlo nggak menyayangiku lagi dan Kak Jero membenciku. Huhuhu. Kalau sampai hal seperti ini terjadi, aku nggak ingin hidup lagi," pinta Lily.Wind merasa iba pada Lily. Dia memeluknya dengan lembut. Lily memegang kepang di bahu Wind sambil berkata, "Kamu masih ingat kepang ini? Aku yang menyuruhmu mempertahankan model rambut seperti ini. Soalnya memang cocok denganmu.""Nona, rupanya kamu masih ingat. Aku kira kamu sudah lupa," sahut Wind."Mana mungkin aku lupa. Aku ingat semua hal yang berkaitan denganmu," ucap Lily dengan tatapan tulus sambil bersandar di pelukan Wind.Mata Wind tampak berkaca-kaca. Dia merasa ini adalah momen terindah dalam hidupnya. Apalagi, Lily memohon, "Wind, aku mau kamu merawatku di rumah sakit untuk sementara waktu ini. Bisa nggak?""Setelah aku keluar dari rumah sakit, aku juga nggak ingin kamu meninggalkanku. Aku ingin melihatmu setiap detik. Mulai sekarang, aku adalah pac
Sienna menggenggam sapu pel di tangannya dengan erat. Karena ada yang membimbingnya dari penyuara telinga, dia pun tidak menabrak siapa pun. Dia hanya menunduk sambil mengepel lantai di depannya."Jacob sedang melihatmu." Begitu mendengarnya, sekujur tubuh Sienna sontak menegang dan matanya memerah. Dia berusaha agar air matanya tidak jatuh.Jacob tahu bahwa wanita ini adalah staf yang mengepel di depan ruang privat tadi. Jimmy mengatakan ada masalah dengan mata wanita ini, tetapi dia terlihat sangat normal.Jacob tidak tahu apakah lampu di sini terlalu redup, tetapi dia seperti bisa melihat sosok Sienna dari wanita itu.Terdengar suara pria itu dari penyuara telinga. "Waktunya sudah tiba. Kamu sudah mendengar semuanya sendiri hari ini. Sudah waktunya kamu pulang. Masih tersisa 30 menit sebelum racun itu merenggut nyawamu."Sienna mengangkat sapu pelnya, lalu perlahan-lahan berjalan melewati Jacob. Mereka tidak berpapasan karena masih ada jarak 2 meter di antara keduanya.Jacob menundu
Sienna baru pergi dari sana lima menit lalu. Dia tidak berani berdiam terlalu lama di satu tempat.Pria yang dipanggil "K" itu sepertinya sangat familier dengan tempat ini. Dia pasti bisa segera menemukan lokasinya dari CCTV.Sienna pindah ke tempat lain. Sekarang dia menuju ke belakang tirai di ujung koridor.Jantung Sienna terus berpacu liar. Hanya ada satu pikiran dalam benaknya, dia ingin melalui waktu 20 menit yang dimilikinya.Jika dirinya mati, Sienna tidak akan menjadi kelemahan Jacob. Dia tidak akan membebaninya lagi.Kelak, Jacob tetap akan menjadi Presdir Grup Yuwono yang terhormat. Pria itu tetap bisa hidup dengan baik.Baru berjalan beberapa langkah, Sienna tiba-tiba menabrak seorang wanita. Yang ditabraknya adalah Suvira, orang yang belum lama ini bekerja sama dengan S.M.Sienna sempat berinvestasi di naskah Suvira dan wanita itu kini masih menjadi mitra bisnisnya. Setelah mendengar suaranya, Sienna baru menyadari bahwa orang yang ditabraknya adalah Suvira."Suvira, kita
Sienna tidak sanggup melawan ketika dipaksa masuk ke mobil. Pahit di mulutnya terasa makin pekat.Sienna tampak tenang dan teguh, seolah-olah dia sudah bersiap menyambut maut. Jika pria bertopeng itu datang terlambat beberapa menit saja, dia pasti sudah benar-benar mati.Namun, Sienna sama sekali tidak takut. Dia bahkan sengaja bersembunyi dari pria itu.Memikirkan hal ini membuat pria itu tersulut emosi. Selama ini, belum pernah ada seorang pun yang berani membuatnya begitu marah.Pria itu berkata, "Sienna, aku akan menyerahkanmu ke tangan Deshton. Dia akan menggunakan kamu untuk mengancam Jacob. Kamu akan melihat Jacob ditinggalkan semua orang. Kamu nggak takut mati, tapi kamu pasti nggak mau melihat keterpurukannya, 'kan?"Cara terbaik untuk membunuh seseorang adalah menghancurkan semangat hidupnya. Sienna tidak takut mati, jadi mengancam nyawanya tidak akan efektif.Namun, Sienna pasti akan mengaku kalah jika Jacob yang digunakan sebagai ancaman. Benar saja, wajah Sienna yang tadin
Sienna yang saat ini dipeluk oleh Deshton di pinggang, merasa seluruh tubuhnya merinding.Deshton malah mengernyitkan alis dan segera menelepon Jacob. "Bukankah saat itu kamu bilang kamu akan menandatangani dokumen pemindahan saham asalkan kamu bisa bertemu dengan Sienna? Besok pagi jam delapan, kita akan bertemu di lantai teratas Grup Yuwono. Aku akan membawa Sienna datang bersamaku."Setelah mengatakan itu, Deshton langsung menutup teleponnya dan berkata pada Sienna, "Ayo masuk."Deshton sudah melangkah beberapa langkah terlebih dahulu, tetapi Sienna tetap tidak mengikutinya. Saat menoleh dengan bingung, dia baru menyadari ada sesuatu yang tidak beres karena tatapan Sienna terlihat kosong. Dia mengangkat tangan dan melambai-lambai di depan wajah Sienna, tetapi Sienna tetap tidak merespons.Melihat itu, seluruh tubuh Deshton menjadi kaku dan terdengar suara Desmond di dalam pikirannya. "Ada apa dengan Sienna?"Setiap kali ada masalah yang berhubungan dengan Sienna, Desmond selalu menj
Sienna tidak bisa melihat kondisi Desmond, hanya mendengar napas Desmond menjadi terengah-engah. "Kak?""Sienna, kamu dan Jacob nggak salah, begitu juga dengan Deshton. Yang salah bukan kita." Desmond berbicara dengan cepat seolah-olah menyadari dia sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Dia membungkuk untuk mengambil kunci, tetapi tatapannya sudah menjadi gelap.Saat bangkit kembali, pria itu sudah berubah menjadi sosok pria yang penuh dengan kemarahan. Dia melempar kunci di tangannya, lalu tersenyum dingin dan menatap Sienna. Dia mengangkat dagu Sienna dan mengamati wajah Sienna dengan saksama. "Seniormu itu mungkin sudah hilang selamanya. Sienna, kamu berutang budi paling banyak pada Desmond di dunia ini."Sienna tidak mengatakan apa-apa, hanya menatap ke depan dengan tatapan kosong.Setelah diganggu sejenak oleh Desmond, Deshton merasa tidak nyaman. Dia langsung berdiri dan hendak pergi karena saat ini dia malas untuk mempersulit Sienna lagi.Namun, ternyata Desmond masih bisa
Pukul lima subuh, Sienna tetap duduk di sofa dengan tenang. Dia tidak bisa merasakan pergantian waktu, hanya merasa kedinginan. Rasa dingin itu bukan berasal dari lingkungan, melainkan dari hatinya yang perlahan-lahan menyebar ke seluruh tubuhnya sampai dia hampir membeku. Telinganya juga terasa sakit.Di tengah keheningan itu, Sienna akhirnya mendengar suara dari penyuara telinganya. "Kamu menyesal?"Hanya dengan beberapa kata singkat itu saja, seluruh tubuh Sienna bergetar. Dia hampir saja refleks melihat ke sekeliling, tetapi dia segera menyadari situasinya. "Apa sebenarnya yang kamu inginkan? Aku akan setuju padamu semuanya."Setelah beberapa jam berlalu, Sienna tahu pria itu sedang menunggunya hancur dan menyerah. Kepalanya sakit dan jantungnya berdebar-debar sepanjang malam sampai dia merasa dia akan mati."Sienna, aku sudah bilang kesabaranku terbatas, kamu sebaiknya jangan mengulangi trik seperti semalam lagi. Kalau nggak, aku nggak akan memberimu kesempatan lagi."Sienna tidak
Begitu Deshton melangkah masuk, semua orang di lantai teratas itu langsung menatap ke ruang rapat itu. Ruangan itu transparan sepenuhnya, sehingga mereka bisa melihat kedua pria itu. Ini adalah permintaan Deshton pada Jacob untuk harus melakukan transaksinya di ruangan ini dan bahkan ada dua pengacara yang hadir.Melihat pemandangan itu, para eksekutif di lantai atas Grup Yuwono merasa mulai hari ini akan terjadi perubahan besar. Mereka tidak bisa fokus bekerja dan sesekali melirik ke arah ruang rapat.Melihat Sienna digendong masuk ke ruangan itu, Jacob yang duduk di kursi segera berdiri.Saat Jacob baru saja hendak mendekati Deshton dan merebut Sienna, terdengar Sienna berkata, "Desmond, aku agak mengantuk, bolehkah aku tidur di pelukanmu?"Deshton tidak tahu apa yang telah direncanakan Sienna, tetapi entah mengapa dia juga tidak menolak permintaan Sienna itu. Dia menggendong Sienna dan duduk di seberang Jacob dengan senyum lembut khas Desmond di wajahnya. "Jacob, apa kita bisa mulai
"Ed, jangan marah," ucap Hans. Dia tidak tahu kesalahan apa yang diperbuatnya. Hans hanya ingin menyenangkan hati Mae. Dengan begitu, Ed juga ikut senang.Apa Hans membuat masalah lagi? Dia tidak tahu harus berbuat apa. Hans tiba-tiba panik, sepertinya dia akan dimasukkan ke dalam ruang penelitian lagi.Hans memanggil, "Ed ...."Ed merasa suara Hans sangat memusingkan. Dia menarik tangan Hans dengan ekspresi marah. Ed tidak pernah marah kepada Hans, tetapi kali ini dia tidak bisa menahan amarahnya.Ed bertanya dengan ketus, "Kamu berhubungan intim dengannya? Apa yang kamu pikirkan?""Aku ... cuma mau kamu senang," jawab Hans."Kamu merasa aku akan senang?" tanya Ed.Hans tampak kebingungan. Dia terus bertanya-tanya apa Ed tidak senang? Ed tiba-tiba merasa malu. Ekspresinya tidak terlihat lembut lagi.Ed sudah tinggal di ibu kota selama bertahun-tahun. Dia pernah melihat dunia yang penuh dengan intrik. Ed sering menghadapi orang-orang yang licik, tetapi sekarang dia tidak mampu menghada
Ed bertanya, "Bu Mae, markas penelitian membutuhkan genius seperti Luna. Kenapa para petinggi mengizinkannya pergi?"Mae meminum teh, lalu menyahut dengan ekspresi bingung, "Sampai sekarang aku juga nggak paham kenapa Luna bisa pergi. Bahkan, Fredie juga nggak mampu bawa Luna keluar dari markas penelitian. Jadi, aku penasaran dengan Fredie."Mae menambahkan, "Jabatan Fredie di markas penelitian nggak terlalu tinggi. Dia bukan petinggi di sini. Jabatannya hampir setara denganku."Mae hanya termasuk anggota inti markas penelitian. Dia belum mencapai posisi petinggi. Mae tidak bisa membawa seseorang keluar, apalagi Fredie.Ed tidak bisa mencampuri masalah ini, tetapi dia mendengarkan ucapan Mae dengan serius. Mae memijat keningnya dan melanjutkan, "Sharon juga terus mencari masalah denganku. Kali ini, hanya dia yang menolak kamu diangkat menjadi ketua. Bahkan, dia meremehkanku waktu di telepon."Sharon sangat disukai para petinggi. Dia bisa bertindak sesuka hatinya di markas penelitian. S
"Aku memang menginginkannya, tapi saran ketua belum diterima," sahut Ed. Jika dia memiliki senjata mematikan ini, menghabisi Jacob dan lainnya sangat mudah.Hans juga berdiri di depan dinding kaca yang tebal. Dinding kaca ini tidak bisa ditembus peluru. Segala sesuatu yang berada di dalam ruangan bisa diamati dari setiap sisi.Bahkan, para staf langsung mengamati proses perkembangbiakan antara 2 manusia. Semua manusia yang berada di dalam ruangan tidak mempunyai harga diri lagi. Mereka bagaikan hewan yang dikurung di dalam kandang.Bisa dibilang, mereka lebih rendahan daripada hewan. Mereka hanya bahan eksperimen.Ed datang melihat senjata mematikan ini beberapa jam sekali. Setiap kali, keinginan Ed untuk memiliki senjata mematikan ini makin besar.Senjata mematikan ini memakai kalung giok kecil. Katanya, dia sudah memakai kalung itu selama bertahun-tahun. Itu adalah giok biasa, jadi para staf tidak mengambil kalung itu.Kalung tersebut membuat senjata mematikan ini berbeda dengan yang
Anak buah yang mengikuti Jacob adalah ahli. Mereka bisa melewati tes bakat dengan mudah. Akhirnya, ada 14 orang yang melewati tes. Mereka disuruh masuk ke sebuah mobil dan staf mengatakan mereka akan dibawa ke tempat pelatihan.Jacob memandang ke luar jendela sambil mendengar percakapan orang-orang di dalam mobil."Aku nggak menyangka bisa melewati tes. Kali ini, aku harus menghasilkan banyak uang.""Setelah menghasilkan banyak uang, aku nggak akan hidup susah lagi. Orang tuaku juga akan merasa bangga.""Apa aku bisa membeli mobil setelah kembali? Jalan Wally itu tempat yang sangat terkenal di dunia."Jacob bersandar di kursi. Tatapannya menjadi muram. Orang-orang ini tidak tahu mereka akan dibawa ke tempat yang mengerikan.Mobil terus melaju. Selain Jacob dan anak buahnya, tidak ada yang tahu lokasi pelatihan yang disebutkan staf.Empat jam kemudian, mobil berhenti di daerah pedalaman gunung. Sopir menyuruh semua orang turun dari mobil dan menunggu di luar dengan bahasa lokal.Jacob t
Saat terdengar suara di luar pintu, wanita itu pun bangkit karena sepertinya Jacob sudah kembali. "Malam ini aku akan mulai bertindak, sepertinya nanti nggak akan datang mencarimu lagi. Jaga dirimu baik-baik."Wanita berbicara dengan cepat dan langsung keluar sambil menundukkan kepalanya saat Jacob membuka pintu.Jacob sempat melihat wanita itu. Setelah wanita itu keluar, dia baru menutup pintu dan menatap Sienna. "Kenapa dia datang ke sini lagi?""Mengantarkan makanan untukku. Kenapa ada ledakan di luar?" kata Sienna."Aku yang membuatnya. Arlo dan Bakti sudah pergi ke sana. Malam ini mereka akan menyamar sebagai mayat-mayat orang dari Negara Deslandia yang tewas akibat ledakan dan akan dibawa ke rumah sakit," jelas Jacob.Jantung Sienna langsung berhenti sejenak saat mendengar mereka sudah mulai bertindak."Sienna, aku juga harus pergi ke pusat kesejahteraan sekarang," lanjut Jacob.Setelah menjelaskan situasi di pusat kesejahteraan secara singkat, Jacob mengangkat tangan dan mengelu
Bakti yang menopang dagunya menatap Jacob, lalu menatap Arlo dan akhirnya melihat ke arah Sienna yang duduk di sofa. Dia merasa suasana di antara ketiga orang ini terasa aneh, tetapi sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal ini. Jacob sudah bilang mereka akan bertindak malam ini, sehingga dia harus bersiap-siap sekarang.Di dalam kamar, Arlo menatap Bakti dan berkata, "Kamu akan bergerak bersamaku, kamu harus berhati-hati."Bakti yang merasa lucu langsung tersenyum. "Tenang saja."Saat ini, Jacob sudah keluar. Sebelum pergi, dia menggendong Sienna ke dalam kamar untuk tidur.Sienna tidur dengan nyenyak, sehingga dia tidak terbangun. Saat mendengar suara ledakan di luar pada malam harinya, dia baru terbangun karena terkejut dan segera bangkit dari tempat tidur untuk pergi ke ruang tamu. Dia merasa gelisah saat melihat ketiga pria itu tidak ada di sana, lalu menemukan selembar kertas yang ditinggalkan Jacob di saklar lampu di dekat pintu.[ Jangan keluar, aku akan segera kembali. ]M
Sienna segera berbalik dan membuka pintu kamar tidurnya. Kamar hotel yang dipesannya adalah tipe suite, sehingga di luar adalah ruang tamu saat dia membuka pintunya.Jacob, Arlo, dan Bakti sedang duduk di sofa di ruang tamu itu. Ruang tamu di sini tidak luas dan sofanya juga kecil, sehingga tiga pria itu duduk dengan agak berdesakan.Melihat Sienna yang keluar dengan hanya mengenakan piama, Jacob yang awalnya sedang menunjukkan beberapa titik di peta langsung tertegun sejenak.Sienna baru menyadari dirinya masih mengenakan piama saat melihat ekspresi Jacob. Namun, selain piama yang semalam sudah dikeluarkannya sebelumnya, saat ini dia tidak memiliki pakaian lain karena kopernya sudah dibawa pergi.Jacob juga tidak melihat ada koper Sienna di sana. Dia mengira Sienna datang terburu-buru, sehingga tidak membawa apa-apa. "Kamu istirahat saja lagi, aku akan pergi membelikan pakaian untukmu.""Ya," jawab Sienna, lalu menutup pintu dengan wajah yang memerah.Jacob meletakkan peta di depan ke
Sienna juga tahu pertemuannya dengan wanita itu terlalu kebetulan. Selain itu, saat mereka di negara asing ini, wanita itu sepertinya sama sekali tidak panik.Namun, Sienna ingin memercayai wanita itu karena tatapan wanita itu sangat penuh dengan emosi saat berbicara tentang mencari adiknya. Perasaan seperti itu tidak mungkin pura-pura, mungkin benar-benar datang mencari adiknya. Saat keduanya masuk ke hotel ini dan melihat wajah masing-masing, wanita juga tidak terlihat terkejut. Ini membuktikan wanita itu tidak mengenalinya.Sienna melihat sup di dalam mangkuk dan meminumnya sedikit. "Sepertinya dia memang datang untuk mencari orang."Jacob mengangkat tangannya dan mengelus kepala Sienna. Dia sangat memahami kepribadian Sienna yang terlihat dingin, tetapi sebenarnya hati Sienna sangat lembut. Dia sering kali tidak tega terhadap siapa pun dan sangat bertanggung jawab. Meskipun kepribadian ini entah membawa berkah atau bencana, dia tidak akan memaksa Sienna untuk berubah.Setelah seles
Jacob tidak mengatakan apa-apa. Dia langsung masuk dan mengambil koper Sienna yang berada di dalam kamar, lalu menggenggam tangan Sienna dan menariknya keluar.Pada saat itu, ponsel Sienna kembali berdering, tetapi dia tidak memperhatikannya karena yang ada di pikirannya hanya mengapa Jacob bisa begitu cepat tiba. Pikirannya agak kacau dan Jacob juga tidak mengatakan apa-apa, sehingga dia merasa bersalah dan memilih untuk diam. Selain itu, dia juga merasa agak lemas karena sakit di lambungnya tadi.Saat hendak masuk ke dalam mobil, ponsel Sienna kembali berbunyi. Kopernya sudah dimasukkan ke dalam bagasi dan Jacob ke kursi depan untuk menyalakan mobilnya, sedangkan dia berdiri di luar untuk menerima panggilan."Sienna, kamu di mana? Bukankah aku sudah bilang jangan berkeliaran?" tanya Jacob.Mendengar pertanyaan itu, seluruh tubuh Sienna langsung menjadi kaku dan pikirannya segera menjadi jernih. Apa maksudnya ini? "Jacob?""Ya."Jacob bertanya dengan nada yang sangat cemas, "Kenapa ka