Leo tersenyum jahat, melirik ke arah Barbara yang masih dalam balutan gaun putihnya. Lalu iapun memutar kepalanya ke arah Anton yang menunggu jawabannya."Tuan Anton, kau sangat tidak tulus menyerahkan putrimu. Bagaimana aku bisa percaya kepadamu sebelum aku menyentuhnya, menikmati malam pertama kami?" ujarnya menyeringai dan sedikit mengedipkan sebelah matanya dengan suara yang pelan Anton mengepalkan tinjunya, merasa kesal dengan sikap Leo."Aku hanya menikahkan, dan itu sudah sesuai dengan kesepakatan kita. Barbara menikahi kamu, meskipun ia tidak menerima sepenuhnya, akan tetapi ia mengalah demi keinginan ayahnya, kenapa kau tidak percaya bagaimana aku meyakinkan Barbara untuk menerima orang sepertimu?" kali ini Anton harus lebih membuat Leo yakin. "Seharusnya dulu kau tidak menyakiti hatinya, seharusnya kau menjadi lelaki yang mengerti perasaannya, jadi kenapa aku harus begitu susah?""Kalau begitu, aku akan memberikan rekaman itu setelah kami berada di kamar pengantin kami. Bis
Ah, ini membuatnya benar-benar frustasi. Ternyata masalah ini tidak sederhana seperti yang ia bayangkan sebelumnya. Menyusup di sebuah kamar dimana istrinya bersama dengan pria lain, apa yang akan terjadi di dalam sana? Haruskah ia menyiapkan belati untuk menusuk jantung pria itu? batinnya bergejolak tak menentu."Ovan, aku percaya kepadamu, bahwa kau pasti bisa melindungi istrimu."'Sial! Ini benar-benar bodoh! Seharusnya biarkan saja apa yang sudah berlalu, tanpa harus menanggung resiko sebesar ini,' gerutunya dalam hati, akan tetapi ia hanya menatap kosong pada pria tua di hadapannya itu."Malam ini, sebuah tempat telah disiapkan. Aku berharap kau mempersiapkan diri dan pengawalku akan memberitahu rencana secara menyeluruh segera."Tak ada yang bisa ia lakukan selain mengangguk.***Barbara menatap jengah pada pria yang duduk di hadapannya. Ia sangat tahu pasti bagaimana Leo begitu bersemangat untuk menyentuh tubuhnya. Akan tetapi ia berusaha keras mempertahankan dirinya dengan men
Leo membeku saat Anton Bagaskara menawarkan penawar untuk dirinya. Ia mulai berpikir keras apa maksud penawar yang dikatakan Anton tersebut."Apa maksudmu, brengsek?!" seketika Leo marah dan memaki pria di sebrang telepon."Kau hanya akan mendapatkan penawar racun yang ada di tubuhmu setelah aku yakin rekaman yang kau simpan itu ada di tanganku. Bagaimana?"Leo merasa geram. Ia menjatuhkan ponselnya dan berlari ke ruangan kamarnya. Ia teringat bahwa ternyata Barbara masih ada di kamar mandi. Iapun berlari ke pintu kamar mandi dan menggebrak -gebrak pintu tersebut."Barbara! Buka pintu ini! Cepat!" teriak Leo kencang dan menggebrak terus dengan tangan dan tubuhnya."Ingat Barbara! Kalau aku mati, kamu juga harus mati! Ingat itu!" teriak Leo semakin menjadi.Barbara terpaku di ruangan tersebut dan menatap ke wajah Ovan yang juga tegang."Tidak, jangan pernah dibuka. Dia pasti nekat untuk mencelakaimu, Barbara."Barbara hanya mengangguk pelan. Ia tidak tahu apa yang terjadi, akan tetapi
Leo menyeringai, ia tak tahu harus bagaimana saat ini. Rasa sesak serasa hampir mencabut nyawanya. Ia menatap Anton Bagaskara nanar antara marah dan takut, takut kalau ancaman Anton Bagaskara benar-benar terjadi."Kau masih juga tak menyerah, Leo? Kau tahu bukan, bahwa sebenarnya rekaman itu tidak begitu berguna bagiku dan putriku. Akan tetapi aku sedang menolongmu dari rasa bersalah. Kau mengatakan kau sangat mencintai Barbara, tapi nyatanya kau rela Barbara menderita sekian lama. Itu artinya kau adalah penjahat yang sebenarnya.""Tidak! Aku sangat mencintai Barbara, mana mungkin aku berharap dia menderita!" bantah Leo dengan napas tersengal-sengal. Ia mulai bersandar di dinding sebelah pintu karena merasa gemetar. "Lalu apa yang menyebabkan kamu menyembunyikan kebenaran? Apakah kau mendapatkan sesuatu?"Leo melambung dalam sebuah ingatan yang kini terasa payah untuk diingat lagi. Sangat mungkin pengaruh racun itu mulai menjalar di kepalanya."Berikan penawar itu...aku akan menyerah
"Orang sepertiku? Kau pikir siapa kamu merasa lebih cantik dari siapa? Bahkan aku tidak pernah punya seorang maid sangat jelek kecuali sekarang ini!" Dave berkata sambil mencibir. Karena kesal ia memotong-motong bawang bombai sangat kasar dan tak beraturan."Aku memang jelek, tapi lebih suka lelaki yang tidak cerewet seperti suara balon pecah.""Aish! Tak kubayangkan hidupku punya maid yang keras kepala dan banyak tingkah."Barbara dan Ovan tersenyum-senyum melihat perdebatan mereka dan juga Ceila dengan santai membuat sereal tanpa perduli dengan keributan kedua orang di hadapannya."Kalian bertengkar setiap hari?" tiba-tiba Ovan berkomentar. "Itulah sebabnya Ceila sangat terhibur.""Ah, aku merasa kesal, aku akan mengganti maid ini dengan yang lebih baik. Setidaknya lembut dan keibuan dalam berbicara. Aku bersedia membayar mahal untuk maid yang lebih baik. Oh ya, jangan lupakan, yang cantik dan seksi sehingga aku tidak bosan dan mual saat melihatnya."Barbara terkekeh."Kau pasti dap
"Mana ku tahu? Aku hanya tau kalau Selen adalah sahabat Barbara dan juga mantan kekasih Leo. Aku juga tak mengerti hubungan kalian yang rumit," celetuknya. Seolah semua serba kebetulan bukan? Dave juga kekasih Selen, lebih sekedar pacar mainan saja bagi Dave karena dia tidak pernah berkomitmen untuk menikahi perempuan."Tapi...apa maksudmu kalau Leo juga mantan Selen sama seperti Barbara, sedang mereka bersahabat?""Yah, begitulah yang dikatakan sebagai pagar makan tanaman. Apa kau tau bagaimana Barbara terluka pada saat itu? Bahkan dia ditinggalkan pada saat kakinya lumpuh." lalu Ovan menatap tajam pada Dave, "Bagaimana menurutmu, apakah saudari perempuan kamu mendapatkan karma atas kelakuan kakaknya yang sepertimu?" cibir Ovan, sambil tangannya terus menskip banyak sekali video yang tersimpan."Ah...kau bicara apa, aku cuma bersenang-senang sama seperti mereka, kenapa seolah aku yang cari korban?" kilahnya sambil terus melihat isi file tersebut."Ini benar-benar gila! File ini beris
"Oh, kamu sudah bangun, Barbara? Ini masih malam, kamu bisa melanjutkan tidurmu, hmm?""Bagaimana aku bisa tidur kalau suamiku saja malah bergadang denganmu. Kalau kau ingin aku tidur, maka biarkan Ovan bersamaku" Rajuk Barbara.Ovan dan juga Dave saling melihat, mereka tersenyum geli dengan tingkah Barbara."Sayang, aku akan menyelesaikan dulu tugas ini, dan aku akan segera menghampiri kami di tempat tidur."Barbara menguap lebar, lalu melihatnya dengan bibir mengerucut."Kau mau bohong?""Enggak sayang, bagaimana mungkin aku akan berbohong."Barbara akhirnya membalikkan tubuhnya dengan langkahnya yang sedikit menyeret. Wanita itu benar-benar mengantuk sementara Ovan dan juga Dave malah sedang sangat penasaran dengan isi rekaman itu."Ayo lanjutkan, aku sangat penasaran," kata Dave saat melihat Barbara sudah pergi dan meyakinkan kalau saudara perempuannya itu sudah berada di atas tempat tidur."Apa kau yakin dia sudah tidur?""Kurasa begitu. Kau lihat saja kalau tak percaya.""Dave,
Gadis itu mengganti memori card dengan memori card yang lain. Lalu iapun menyembunyikan memori di sebuah tempat tersembunyi. Risa kemudian berjalan mengikuti langkah Dave menuju kamar Ceila.Di sana Dave bersedekap bingung karena ternyata Ceila sudah tertidur pulas. Dave kesal dikerjain Risa.Saat melihat Risa datang, pria itu memasang wajah masam dan cemberut."Aku tidak menyangka kamu seperti tikus kecil yang mengganggu seekor kucing di tengah malam!" desisnya sembari menatap kesal Risa."Ssst, jangan ribut, Pak. Ceila sedang tidur. Nanti dia akan terbangun dan susah untuk tidur kembali.""Benarkah?" Sambil mengatakannya Dave menatap tajam mata Risa dengan melangkah kearahnya perlahan. Seperti seekor kucing yang mengendap hendak menerkam mangsanya."Be-benar kok, Pak. Tadi Ceila mencari bapak...""Tidak mungkin. Atau... sebenarnya kamu yang mencariku? Kenapa? Apa kau merindukanku?, Ah, boleh juga, seorang maid bawel sedang merindukan tuannya bukan? Memanggil ke kamar sepi di tengah