"Mana ku tahu? Aku hanya tau kalau Selen adalah sahabat Barbara dan juga mantan kekasih Leo. Aku juga tak mengerti hubungan kalian yang rumit," celetuknya. Seolah semua serba kebetulan bukan? Dave juga kekasih Selen, lebih sekedar pacar mainan saja bagi Dave karena dia tidak pernah berkomitmen untuk menikahi perempuan."Tapi...apa maksudmu kalau Leo juga mantan Selen sama seperti Barbara, sedang mereka bersahabat?""Yah, begitulah yang dikatakan sebagai pagar makan tanaman. Apa kau tau bagaimana Barbara terluka pada saat itu? Bahkan dia ditinggalkan pada saat kakinya lumpuh." lalu Ovan menatap tajam pada Dave, "Bagaimana menurutmu, apakah saudari perempuan kamu mendapatkan karma atas kelakuan kakaknya yang sepertimu?" cibir Ovan, sambil tangannya terus menskip banyak sekali video yang tersimpan."Ah...kau bicara apa, aku cuma bersenang-senang sama seperti mereka, kenapa seolah aku yang cari korban?" kilahnya sambil terus melihat isi file tersebut."Ini benar-benar gila! File ini beris
"Oh, kamu sudah bangun, Barbara? Ini masih malam, kamu bisa melanjutkan tidurmu, hmm?""Bagaimana aku bisa tidur kalau suamiku saja malah bergadang denganmu. Kalau kau ingin aku tidur, maka biarkan Ovan bersamaku" Rajuk Barbara.Ovan dan juga Dave saling melihat, mereka tersenyum geli dengan tingkah Barbara."Sayang, aku akan menyelesaikan dulu tugas ini, dan aku akan segera menghampiri kami di tempat tidur."Barbara menguap lebar, lalu melihatnya dengan bibir mengerucut."Kau mau bohong?""Enggak sayang, bagaimana mungkin aku akan berbohong."Barbara akhirnya membalikkan tubuhnya dengan langkahnya yang sedikit menyeret. Wanita itu benar-benar mengantuk sementara Ovan dan juga Dave malah sedang sangat penasaran dengan isi rekaman itu."Ayo lanjutkan, aku sangat penasaran," kata Dave saat melihat Barbara sudah pergi dan meyakinkan kalau saudara perempuannya itu sudah berada di atas tempat tidur."Apa kau yakin dia sudah tidur?""Kurasa begitu. Kau lihat saja kalau tak percaya.""Dave,
Gadis itu mengganti memori card dengan memori card yang lain. Lalu iapun menyembunyikan memori di sebuah tempat tersembunyi. Risa kemudian berjalan mengikuti langkah Dave menuju kamar Ceila.Di sana Dave bersedekap bingung karena ternyata Ceila sudah tertidur pulas. Dave kesal dikerjain Risa.Saat melihat Risa datang, pria itu memasang wajah masam dan cemberut."Aku tidak menyangka kamu seperti tikus kecil yang mengganggu seekor kucing di tengah malam!" desisnya sembari menatap kesal Risa."Ssst, jangan ribut, Pak. Ceila sedang tidur. Nanti dia akan terbangun dan susah untuk tidur kembali.""Benarkah?" Sambil mengatakannya Dave menatap tajam mata Risa dengan melangkah kearahnya perlahan. Seperti seekor kucing yang mengendap hendak menerkam mangsanya."Be-benar kok, Pak. Tadi Ceila mencari bapak...""Tidak mungkin. Atau... sebenarnya kamu yang mencariku? Kenapa? Apa kau merindukanku?, Ah, boleh juga, seorang maid bawel sedang merindukan tuannya bukan? Memanggil ke kamar sepi di tengah
"Tidak mungkin, rasanya aku sudah memastikan bahwa semua file itu terhapus. Akan tetapi apakah ada sebuah eror sistem sehingga tidak bisa menghapus?" lirih Dave bermonolog."Dave? Ngapain pagi -pagi sudah bengong begitu? Apa semalam kamu bertemu bidadari?" suara Barbara membuatnya menoleh ke asal suara. Bertemu bidadari katanya? Ah, yang benar saja, yang ada dia baru saja dikerjain Maid pemarah itu, batinnya."Eh, begitulah, Barbara. Sayangnya bidadari yang kutemui sangatlah menjengkelkan. Coba saja kalau ketemu lagi, apa yang paling cocok untuk kulakukan?"Barbara mengernyit, apa maksud Dave sebenarnya?"Kamu harus hati-hati kalau begitu, Dave. Bisa jadi itulah bidadari yang sebenarnya.""Hei, apa maksudmu?""Loh, aku yang seharusnya bertanya apa maksudmu!""Sudah, jangan ribut. Ayo sayang, mari kita ke pengadilan untuk menyerahkan barang bukti ini. Setidaknya aku ingin mereka mendapatkan hukuman yang setimpal. Hmm?"Barbara tak menjawab, ia hanya menatap Ovan bergantian dengan melih
Setelah sadar, Ceila melihat Selen menangis tersedu di sampingnya, sementara beberapa orang tetangga dan perawat juga ada di sana. Wanita itu terlihat sedih bahkan Ceila tahu bahwa tangisan Selen hanya tangisan berpura-pura."Kenapa aku harus terbangun dan menjadi beban semua orang di sini?" kata Ceila dengan sedikit lantang dan menatap lurus ke depan.Perbuatan itu membuat semua yang ada di sana saling melihat."Ceila, pelankan suaramu, kenapa kamu membuat ucapan omong kosong? Kamu cari perhatian?" desis Selen kesal dengan putrinya. Jangan sampai semua orang tahu dengan pertengkaran mereka, itu bisa menjatuhkan harga dirinya. "Kamu sedang shock, Ceila. Kembalilah berbaring dan jangan terlalu banyak berbicara," kata Selen dan membantu Ceila untuk berbaring. Selen takut kalau ucapan Selen bisa dimengerti oleh beberapa orang di sana. Karena salah satu tetangganya berasal dari Malaysia dan juga Indonesia, mereka bisa saja mengerti ucapan Ceila.Ceila hanya diam dan membiarkan Selen memba
Risa bingung, sikap Dave tidak seperti perbuatannya yang berusaha menggodanya. Apa maksudnya sebenarnya?"Pak, tolong lepaskan. Baiklah kalau tidak bisa, maka kita selesaikan urusan ini," kata Risa berharap kepastian.Tak disangka, Dave melepaskan dirinya, ia sangat bersyukur Dave tidak melakukan apapun kepadanya. Ia tahu telah berbuat salah, akan tetapi tidak seharusnya Dave melecehkan dirinya. Ia hanya bernapas lega dan melihat Dave takut -takut.Sementara itu tiba-tiba Ceila muncul dari arah pintu."Mom Risa, aku sangat lapar sekali. Aku ingin makan omelette kentang ditaburi keju seperti kemarin. Ayolah, aku sudah sangat lapar," kata Ceila dan tangan kecilnya menyeret tangan Risa.Risa menjadi sangat ragu karena ia mendengar kalau Dave tadi mengatakan tidak akan lagi mempekerjakan dirinya. Akan tetapi hatinya sangat menyayangi Ceila yang selalu bermanja-manja dengannya. Bagaimana kalau gadis itu tahu? Ah tidak, Risa tidak bisa membayangkannya."Mom?""Ah, sebentar. Ya sudah, ayo ki
"Lihat aku, Risa. Kenapa kamu mengemasi pakaianmu? Apa yang terjadi?" kini Dave menyentuh kedua sisi tubuh Risa.Risa menatap Dave keheranan."Pak, bukannya saya harus berhenti sekarang juga? Saya sedang mengemas pakaian dan hendak pergi kembali ke rumah orang tua saya. Maaf karena telah mengecewakan bapak," kata Risa pelan dan sedih. Dan iapun tidak bisa lagi menahan tetesan air matanya yang memaksa untuk keluar."Kamu? Mau pulang? Kenapa? Apakah karena apa yang kuucapkan tadi?"Risa mengangguk pelan. Ia melakukannya memang karena ucapan Dave tadi yang tidak mau lagi mempekerjakan dirinya."Risa... maafkan aku. Maafkan kalau aku mungkin terlalu terburu-buru dalam mengatakannya. Aku tidak bermaksud memaksamu untuk....uhmm... tunggu. Bukankah aku belum menyatakan perasaanku?""Maksudnya?" Risa malah bingung, sama bingungnya dengan Dave."Risa... kata-kata mana yang aku katakan sehingga kamu mengemas pakaianmu?" tanya Dave, ia merasa telah terjadi salah faham di sini."Bukankah tadi Pak
Risa benar-benar tak bisa menjawab celotehan bocah kecil itu, mengingat bagaimana dekatnya ia dengan Ceila. Berat rasanya untuk pergi dari tempat itu, namun bagaimanapun ia harus punya harga diri. Ia sangat takut Dave hanyalah melecehkan dirinya saja."Mommy, apakah Mommy harus pergi?" tanya bocah itu dan memegangi tangan Risa. "Kalau mommy pergi, maka Ceila akan ikut Mommy," kata bocah itu kemudian.Risa yang masih terpaku dalam kebingungannya, antara melanjutkan langkahnya atau meladeni ucapan bocah itu. Ia sungguh takut Ceila semakin memberatkan langkahnya untuk pergi."Mommy?" kini bocah itu mengguncang tubuh Risa, menuntut penjelasan dari Risa apakah dia bisa ikut kemanapun Risa pergi.Risa menggigit bibirnya, ia merasa kelu mendengarkan rengekan Ceila kecil, ia sangat pilu mendengarnya."Ceila, Daddy pasti akan mendapatkan mommy yang lebih baik dalam merawat Ceila, jadi Ceila nggak perlu khawatir, ya. Ceila pasti akan senang dengan Mommy baru Ceila, hmm?" kata Risa mengelus punc