Share

Suamiku Mabuk JANDA Kaya Raya
Suamiku Mabuk JANDA Kaya Raya
Author: Hitam Terlarang

Bab 01. Kata CERAI

last update Last Updated: 2025-02-02 07:17:12

Bab 01.

*****

"Ma, kita cerai!"

Dengan mudah laki-laki itu mengatakan CERAI didepan mataku tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Aku tidak dapat berkata apa-apa atas pernyataannya itu, seolah langit runtuh menimpa tubuhku hingga hancur berkeping-keping.

Tidak pernah aku menyangka jika mas Romi, suami yang telah menikahiku hampir lima tahunan lebih menceraikan aku tanpa rasa pertimbangan sama sekali.

Air mataku bagai air bah yang menerjang, bercucuran tiada henti. Lidahku kelu, hingga mulutku bungkam memandang nanar dengan rasa tak percaya.

Ku usap air mata yang luruh dengan telapak tanganku kasar. Dengan sekuat tenaga ku besarkan hati ini. Menatapnya tajam, mencari kebenaran dari kata-katanya yang terlontar dengan sangat manis namun didalamnya terdapat racun yang amat mematikan.

Secara tidak langsung, aku telah menelan racun itu dan hampir membuatku terbunuh seketika.

"Yah,,," jawabku singkat, hanya ucapan itu yang meluncur dari bibirku ini. Dengan sedikit anggukan kepala. Kelu, berat, kerongkonganku terasa kering. Aku tidak tahu alasannya kenapa dia mengatakan hal yang sangat menyakiti bagi setiap kaum wanita itu.

Setelah itu laki-laki itu pun pergi dengan meninggalkan sayatan yang dalam di hatiku.

"Aaakkkkkkkkkkk,,,,,!!!!" Aku berteriak menjerit sejadi-jadinya bagai orang kesurupan. Tidak terima dengan kenyataan yang ku hadapi saat ini. Namun, tetap saja tak sepatah katapun bisa ku ucapkan dari bibirku. Yang ada hanya tetesan air mata yang mengucur deras bak hujan yang turun dari langit.

Sampai anak-anak ku pulang. Rasa kesedihan itu masih terasa. Namun, aku coba untuk tersenyum kepada dua buah hatiku yang tersenyum manis untukku saat pulang dari sekolah tidak menampakan rasa lelahnya akan tetapi perasaan bahagia yang terpancar diwajah polos mereka berdua.

"Mama, adek hari ini dapat nilai A+,,," celoteh anak bungsu ku bernama Shinta.

"Aku juga dapat nilai seratus ma, ini bukunya. Mama lihat sendiri" Rama tak kalah antusiasnya dengan hasil nilainya hari ini. Memperlihatkan padaku dengan senyum ceria mereka. Seolah tidak pernah ada beban pada mereka berdua.

Untuk beberapa saat lamanya. Aku tertegun akan keadaanku saat ini. Rasanya aku sulit untuk percaya dengan perkataan mas Romi dengan keputusan gilanya yang mengatakan ingin pisah denganku.

Bagaimana nasib anak anakku? Jiwa mereka pasti terkoyak jika sampai terjadi perpisahan diantara kita berdua. Anak anaklah yang akan jadi korbannya.

Apa mas Romi tidak memikirkan psikis anak anak hanya menuruti keegoisannya sendiri.

Ya Tuhan, apa yang harus ku lakukan untuk masalahku saat ini.

Perang batinku terus berkecamuk hingga detik ini. Perkataan mas Romi sangat mengganguku, bahkan aku tidak bisa berpikir jernih.

"Mama kenapa sedih gitu?" Tanya Shinta seolah baru sadar jika aku tengah bersedih. Mataku pasti merah karena terlalu banyak menangis.

"Iya, mama nangis kenapa? Siapa yang bikin mama sedih dan nangis seperti ini?" Rama bertanya bertubi tubi bagaimana tentang keadaanku karena aku sampai menangis.

Aku tersenyum getir pada mereka. Bagaimanapun anak anakku tidak boleh mengetahui masalah ini, aku takut mereka akan donw jika aku mengatakan hal ini pada mereka.

"Nggak sayang, hmmm. Mama nggak apa-apa kok. Mama baik-baik saja. Mama sedih karena ingat orang tua mama dikampung halaman. Mama kangen pada mereka. Ya, sudah sekarang ganti baju dulu" titahku pada kedua buah hatiku.

Keduanya mengerti, kemudian berlalu masuk kedalam kamarnya masing-masing untuk ganti pakaian, tidak banyak protes.

Sesaat kemudian mereka telah ganti pakaian rapi, dengan senyum ceria.

"Mama, aku lapar,,," rengek Shinta manja.

"Rama juga ma" ucap Rama sambil pegangi perutnya.

"Maaf mama hari ini nggak masak sayang. Tapi, hari ini kita makan siang direstoran, gimana? Kita makan enak,,," ajakku. Mata mereka langsung berbinar mendengar ucapan ku.

"Benar ma, kita makan di restoran?" mata putraku sambil membulat.

"Yey, makan enak, makan enak,,," girang putriku dengan senyum bahagia.

Aku pun tersenyum bahagia pada keduanya. Menyambut kehangatan mereka berdua yang begitu antusias.

Namun, seketika wajah keduanya berubah sendu. Seperti ada yang mereka pikirkan. Pasti sendang ingat tentang papanya. Itulah mereka berdua selalu teringat akan papanya disaat dalam situasi dan kondisi apapun yang membuat hatiku seperti terbelah jadi dua.

"Ma, papa nggak diajak?" ucap Shitan dengan wajah sendu, membuatku hatiku terenyuh dengan ucapannya yang masih memikirkan tentang papanya. Padahal laki-laki telah meluluh lantakan duniaku hingga hancur berkeping-keping tanpa sisa.

"Iya ma, kan enak kalau ada papa, biar makin seru dan rame ma. Ajak ya papa, ayolah ma" rengek Rama dengan wajah memelas.

Ku hembuskan nafas pelan. Perih yang ku rasakan saat ini, aku tekan. Walaupun aku ingin keluapkan perasaanku saat ini, aku tidak boleh egois. Aku tidak ingin anak-anak turut andil dalam masalah kami berdua. Nanti, aku akan selesaikan setelah keadaan mereda dan ego masing-masing sudah tidak panas lagi.

Walaupun, tadinya aku hanya diam, tanpa berani melawan ucapan suamiku yang masih berstatus pasangan syah.

"Hmph,,, papa lagi sibuk sayang, lagi ada metting, pulangnya juga larut. Kalian mau nunggu papa kalian sampai larut dan kalian kelaparan, menunggu papa kalian" ucapku bernada tegas. Baru kali ini aku mengatakan hal ini didepan kedua anakku. Biasanya aku tidak bisa menolak permintaan mereka berdua jika mereka merengek ingin bersama papanya, sekalipun sesibuk apapun mas Romi pasti akan menyempatkan waktunya untuk mereka berdua. Tak peduli tentang keadaaannya bagaimana?, Rama dan Shinta bagi mas Romi nomor satu.

Tapi, situasi kali ini sangatlah berbeda. Yah, sudah berbeda, dan karena keputusan mas Romi yang membuatku tidak habis pikir jika mas Romi sampai mengatakan hal gila yang tak masuk akal itu.

Keduanya terdiam. Entah apa yang ada dipikiran mereka saat ini?. Bahkan keduanya saling pandang satu sama lainnya. Seolah keduanya sedang saling mengisyaratkan satu sama lainnya hingga keduanya saling berkedip dan diam.

"Maafkan mama, sayang" pungkasku dengan keadaan saat ini. Mereka berdua tidak bicara lagi.

"Maafkan Rama, ma"

"Maafkan Shintya juga ma"

Keduanya lalu memelukku hangat, seolah mereka berdua mengerti akan perasaanku yang sedang ku rasakan saat ini.

"Rama tidak ingin melihat mama sedih lagi" bisiknya.

"Iya ma, mama gak boleh sedih lagi" bisik Shinta putriku.

Suasana seolah malah mengharu biru. Hampir saja aku tidak dapat membendung perasaanku saat ini tapi kesedihan yang ku rasakan kali ini, tidak akan ku perlihatkan dulu pada kedua buah hatiku. Biarlah mereka sendiri yang nantinya tahu sendiri kelakuan papa mereka seperti apa.

"Kalian jangan sedih gitu. Ayo senyum. Kalau kalian seperti ini mama gak mau" candaku, tersenyum hangat pada kedua buah hatiku, supaya mereka berdua tersenyum dan semangat.

Keduanya seolah senyum dipaksakan. Karena aku yakin jika mereka sedang memikirkan papanya. Karena bagi mereka mas Romi adalah segala. Untuk saat ini aku tidak ingin mengatakan alasannya kenapa karena tidak mengajak mas Romi. Bahkan selama ini, kita jarang makan bersama direstoran. Jikapun makan di restoran itupun ada saat-saat tertentu saja, seperti merayakan ulang tahun ataupun acara penting lainnya. Namun, kali ini sangatlah berbeda dari biasanya. Bahkan, ini tidak acara resmi melainkan acara makan biasa, tidak ada hal istimewa bahkan hanya sekedar untuk melupakan kesedihan yang ada.

"Kakak, adik,,, ayo senyum. Nanti jika papa nggak sibuk lagi, kita ajak papa makan bersama" pungkasku supaya mereka semangat.

Namun hal itu seolah tidak membuat keduanya merespon. Apa yang harus aku lakukan sekarang supaya membuat mereka tersenyum ceria?. Jika aku telpon papa mereka aku takut nanti mereka kecewa kalau papa mereka saat ini sedang bersama...

Kerongkonganku rasanya kering jika mengingat hal yang menyakitkan itu. Namun, aku bisa berbuat apa. Keputusan ada ditangan mas Romi.

Dengan sedikit tangan gemetar, akhirnya ku pegang gawai, ku setuh layar polsen dan mencari kontak milik mas Romi yang ku beri tanda special untuk nomornya.

Akhirnya panggilan pun masuk. Dengan dada berdebar aku pun menerima sahutan dari seberang.

Terdengar desahan manja ditingkahi dengan suara serak pria yaitu suara mas Romi yang sedang....

Sekuat tenaga ku tahan perasaan hatiku yang seolah tercabik-cabik.

'Tega kamu melakukan semua ini denganku mas. Apa salahku? Apa kekuranganku mas, sehingga kau berbuat seperti itu padaku?' batinku merasa geram dengan apa yang dilakukan mas Romi saat ini sedang berselingkuh dengan seorang wanita dan entah sedang merasa dimana keduanya saat ini. Penghianatan yang dilakukannya bahkan ini seolah dilakukannya dengan sengaja.

"Ma, mama,,, kenapa mama malah menangis?" Tanya Shinta heran. Melihat air mataku tak bisa ku bendung lagi, bercucuran. Hingga tak terasa hp yang ku pegang terjatuh.

"Mama,,, hpnya jatuhnya" seru Rama tak percaya karena hp yang ku pegang terjatuh.

Aku langsung melosoh jatuh dengan derai air mata yang terus bercucuran. Aku tidak dapat lagi menahan perasaanku didepan kedua buah hatiku.

"Kamu tega mas Romi!" Tiba-tiba aku berteriak histeris seperti kesetanan.

"Mama, Shinta takut. Mama kenapa? Mama,,,!" Sontak Shinta menangis sambil menggoyangkan tubuhku.

"Mama,,," seru Rama memelukku pun dengan putriku juga memelukku karena kondisi saat ini terduduk.

Aku terpuruk didalam kubangan yang dalam, dalam masalah rumah tanggaku.

Aku harus kuat. Tiba-tiba semangat itu muncul dalam diriku. Aku tidak boleh lemah didepan anak-anak ku. Mereka tidak boleh ikut larut dalam masalah yang terjadi saat ini.

"Maaf, maafkan mama Shinta, Rama. Maafkan mama,,," ku usap air mataku yang tadi sempat seperti air bah. Kini aku coba buat tersenyum pada mereka. Aku tidak ingin larut dalam kesedihan ini. Hanya beberapa jam berlalu. Dan belum tentu kebenaran itu terjadi. Karena aku belum melihat faktanya.

"Kalau mama lagi sedih, kita gak usah makan direstoran saja ma. Kita makan mie instan saja dirumah" Rama menakup wajahku. Menatapku dengan perasaan bersalah. Itu yang tersirat dari sorot matanya yang bening.

"Iya ma, gak pa pa kok Shinta makan mie instan" putriku tersenyum kecil. Senyum yang tulus.

Ya Allah, perasaanku rasanya tambah pilu melihat keduanya yang tidak ingin melihatku makin larut dalam kesedihan.

"Tidak sayang, mama gak pa pa. Kita tetap makan direstoran. Kalian pasti sudah kelaparan, kan" kini perasaan ku sudah mulai tenang.

"Mama sudah siap. Ayo kita berangkat" ajakku. Dengan senyum ceria seolah tidak ada yang terjadi masalah yang ku rasakan.

Keduanya heran. Terdiam melihat ekspresi ku yang berubah begitu mendadak.

"Kok malah diam, sayang. Hmmm,,, ayo berangkat"

"Horeee,,," keduanya pun bersorak gembira.

Related chapters

  • Suamiku Mabuk JANDA Kaya Raya    Bab 02. Melihat Suaminya bersama seorang wanita seksi

    Bab 02. ***** "Ma, bagus banget tempat ini?" Decak kagum Shinta kagum dengan tempat yang ku datangi saat ini. "Iya ma, aku belum pernah datang kesini, ma" mata Rama tampak berbinar. "Hmmm,,, " ada seseorang yang berdehem. Sontak aku menoleh kesumber suara. Ku lihat cewek cantik, mempesona, tubuhnya langsing, penampilannya sangat glamour, dengan belahan dada yang menonjol, sedangkan belahan kakinya yang jenjang, sedikit terekspos, tampak begitu jenjang, mulus. Terlihat begitu angkuh, menatapku seolah menghina dengan penampilanku. "Gak salah ada orang udik datang kesini" sindirnya terasa pedas. Namun, aku tidak ada urusan dengan wanita yang otaknya gak beres ini. Dia pikir, dirinya kayak. Aku kesini juga tidak traktiran dia. "Saya datang kesini bukan minta ditraktir olehmu. Kenapa situ sekali sama saya. Anda pikir orang seperti anda yang bisa datang ke tempat ini?" Aku balik sinis padanya. Orang sepertinya kalau didiemin pasti ngelunjak. "Oh, kau sudah merasa hebat ya.

    Last Updated : 2025-02-02
  • Suamiku Mabuk JANDA Kaya Raya    Bab 03. Perasaan hampa

    Bab 03.***** Tidak tahu jalan pikirannya saat ini. Walaupun masih dengan berat hati, aku masih menyiapkan sarapan pagi untukmu. Walaupun tidak ada senyum atau pun sapa seperti biasanya sehingga rumah ini terasa hambar dan hampa seolah tidak ada penghuninya. Bahkan aku tidak percaya jika orang yang hidup bersamaku hampir enam tahun punya pikiran untuk selingkuh. Kurang apa aku? Cantik? Tentu bukan alasan. Cantik itu relatif dari sudut pandang seseorang yang menilainya. Tidak perlu aku tanyakan hal itu padanya. Lebih baik aku pendam untuk selamanya. "Hari ini aku tidak pulang. Ada lembur dikantor" ucapnya datar. Tidak ku balas, hanya senyum getir yang bisa ku berikan. Karena itu hanyalah alasan untuk selingkuh. Lalu, tampak dia seperti sadar. "Mana minuman yang biasa aku minum itu?" Ia mencari sesuatu yang tak ku suguhkan. Tidak ku jawab... "Kamu budek!" Aku hanya berlalu dan mencuci perabotan kotor yang ku pakai buat tadi untuk masak. Dia tampak kesal ku abaikan sejak

    Last Updated : 2025-02-02
  • Suamiku Mabuk JANDA Kaya Raya    Bab 04. Dia tidak selevel denganku.

    Bab 04. *** Ada luka yang membekas dihatiku ini. Nyeri. Nyeri sekali. Namun, kali ini aku tahan untuk kuat didepannya. Aku tidak ingin terlihat RAPUH dihadapan laki laki yang masih berstatus kan suami, walaupun telah menalak aku ke tahap tiga dan aku masih bersabar untuk itu. Ku berani menatapnya dengan tenang, ingin melihat reaksinya seperti apa? Ku hela nafas pelan. "Sudah" kataku singkat. Dengan tenang. Bahkan senyum pun tidak. Ia tampak tersenyum getir menatapku dengan rasa bersalah yang mendalam. Tapi semua sudah terlambat. Perlu diperbaiki. Apanya? Toh, semua sudah terlontar dan tidak bisa ditarik kembali. Rasa penyesalan mendalam ia rasakan, mungkin ia merasa sangat bersalah karena telah mengatakannya tanpa sadar. "Aku benar-benar minta maaf sama kamu. Maukah kamu memaafkan aku" nadanya serius bahkan sedikit ditekan. Ada getaran yang ia pendam. Aku tersenyum tersenyum. "Setelah kamu mengatakan itu, apa kamu baru menyesalinya?. Apa dulu tidak pernah terpikirkan

    Last Updated : 2025-02-06
  • Suamiku Mabuk JANDA Kaya Raya    Bab 05

    Pertengkaran kembali. *****Seorang disebrang sana menunggu keputusan. Yang pasti tidak sekarang. Nadanya terdengar tidak sabaran. "Supaya kamu disakiti lebih dalam dan melihat laki-laki bajingan itu bermesraan dihadapanmu, baru kamu akan melepaskannya. Begitu?" Sambungnya lagi dengan nada penuh emosi. "Dengan alasan seperti itu kamu masih tetap bertahan. Jikapun kamu mau hari juga kamu bisa pisah dengan bajingan tak tahu diri itu" dia benar meluap emosinya. "Kau tahu, aku sudah muak dengan pencundang tak tahu diri itu. Setelah dia dapat segalanya darimu. Kini dengan terang-terangan menyakiti hatimu selingkuh dengan wanita lain. Lana! Bukakah kau mengenalnya Luna? Dia dulu yang pernah jadi sainganmu untuk memperebutkan laki-laki yang sekarang sudah mencampakkanmu. Apalagi yang kamu pertahankan Luna? Apa?"Tidak dapat berkata apa-apa lagi setelah dia bicara panjang lebar. "Ayah dan ibu sudah menunggu dirumah. Maaf, aku tidak bisa menemuimu hari juga dalam waktu lama karena aku s

    Last Updated : 2025-02-13

Latest chapter

  • Suamiku Mabuk JANDA Kaya Raya    Bab 05

    Pertengkaran kembali. *****Seorang disebrang sana menunggu keputusan. Yang pasti tidak sekarang. Nadanya terdengar tidak sabaran. "Supaya kamu disakiti lebih dalam dan melihat laki-laki bajingan itu bermesraan dihadapanmu, baru kamu akan melepaskannya. Begitu?" Sambungnya lagi dengan nada penuh emosi. "Dengan alasan seperti itu kamu masih tetap bertahan. Jikapun kamu mau hari juga kamu bisa pisah dengan bajingan tak tahu diri itu" dia benar meluap emosinya. "Kau tahu, aku sudah muak dengan pencundang tak tahu diri itu. Setelah dia dapat segalanya darimu. Kini dengan terang-terangan menyakiti hatimu selingkuh dengan wanita lain. Lana! Bukakah kau mengenalnya Luna? Dia dulu yang pernah jadi sainganmu untuk memperebutkan laki-laki yang sekarang sudah mencampakkanmu. Apalagi yang kamu pertahankan Luna? Apa?"Tidak dapat berkata apa-apa lagi setelah dia bicara panjang lebar. "Ayah dan ibu sudah menunggu dirumah. Maaf, aku tidak bisa menemuimu hari juga dalam waktu lama karena aku s

  • Suamiku Mabuk JANDA Kaya Raya    Bab 04. Dia tidak selevel denganku.

    Bab 04. *** Ada luka yang membekas dihatiku ini. Nyeri. Nyeri sekali. Namun, kali ini aku tahan untuk kuat didepannya. Aku tidak ingin terlihat RAPUH dihadapan laki laki yang masih berstatus kan suami, walaupun telah menalak aku ke tahap tiga dan aku masih bersabar untuk itu. Ku berani menatapnya dengan tenang, ingin melihat reaksinya seperti apa? Ku hela nafas pelan. "Sudah" kataku singkat. Dengan tenang. Bahkan senyum pun tidak. Ia tampak tersenyum getir menatapku dengan rasa bersalah yang mendalam. Tapi semua sudah terlambat. Perlu diperbaiki. Apanya? Toh, semua sudah terlontar dan tidak bisa ditarik kembali. Rasa penyesalan mendalam ia rasakan, mungkin ia merasa sangat bersalah karena telah mengatakannya tanpa sadar. "Aku benar-benar minta maaf sama kamu. Maukah kamu memaafkan aku" nadanya serius bahkan sedikit ditekan. Ada getaran yang ia pendam. Aku tersenyum tersenyum. "Setelah kamu mengatakan itu, apa kamu baru menyesalinya?. Apa dulu tidak pernah terpikirkan

  • Suamiku Mabuk JANDA Kaya Raya    Bab 03. Perasaan hampa

    Bab 03.***** Tidak tahu jalan pikirannya saat ini. Walaupun masih dengan berat hati, aku masih menyiapkan sarapan pagi untukmu. Walaupun tidak ada senyum atau pun sapa seperti biasanya sehingga rumah ini terasa hambar dan hampa seolah tidak ada penghuninya. Bahkan aku tidak percaya jika orang yang hidup bersamaku hampir enam tahun punya pikiran untuk selingkuh. Kurang apa aku? Cantik? Tentu bukan alasan. Cantik itu relatif dari sudut pandang seseorang yang menilainya. Tidak perlu aku tanyakan hal itu padanya. Lebih baik aku pendam untuk selamanya. "Hari ini aku tidak pulang. Ada lembur dikantor" ucapnya datar. Tidak ku balas, hanya senyum getir yang bisa ku berikan. Karena itu hanyalah alasan untuk selingkuh. Lalu, tampak dia seperti sadar. "Mana minuman yang biasa aku minum itu?" Ia mencari sesuatu yang tak ku suguhkan. Tidak ku jawab... "Kamu budek!" Aku hanya berlalu dan mencuci perabotan kotor yang ku pakai buat tadi untuk masak. Dia tampak kesal ku abaikan sejak

  • Suamiku Mabuk JANDA Kaya Raya    Bab 02. Melihat Suaminya bersama seorang wanita seksi

    Bab 02. ***** "Ma, bagus banget tempat ini?" Decak kagum Shinta kagum dengan tempat yang ku datangi saat ini. "Iya ma, aku belum pernah datang kesini, ma" mata Rama tampak berbinar. "Hmmm,,, " ada seseorang yang berdehem. Sontak aku menoleh kesumber suara. Ku lihat cewek cantik, mempesona, tubuhnya langsing, penampilannya sangat glamour, dengan belahan dada yang menonjol, sedangkan belahan kakinya yang jenjang, sedikit terekspos, tampak begitu jenjang, mulus. Terlihat begitu angkuh, menatapku seolah menghina dengan penampilanku. "Gak salah ada orang udik datang kesini" sindirnya terasa pedas. Namun, aku tidak ada urusan dengan wanita yang otaknya gak beres ini. Dia pikir, dirinya kayak. Aku kesini juga tidak traktiran dia. "Saya datang kesini bukan minta ditraktir olehmu. Kenapa situ sekali sama saya. Anda pikir orang seperti anda yang bisa datang ke tempat ini?" Aku balik sinis padanya. Orang sepertinya kalau didiemin pasti ngelunjak. "Oh, kau sudah merasa hebat ya.

  • Suamiku Mabuk JANDA Kaya Raya    Bab 01. Kata CERAI

    Bab 01.***** "Ma, kita cerai!" Dengan mudah laki-laki itu mengatakan CERAI didepan mataku tanpa rasa bersalah sedikitpun. Aku tidak dapat berkata apa-apa atas pernyataannya itu, seolah langit runtuh menimpa tubuhku hingga hancur berkeping-keping. Tidak pernah aku menyangka jika mas Romi, suami yang telah menikahiku hampir lima tahunan lebih menceraikan aku tanpa rasa pertimbangan sama sekali. Air mataku bagai air bah yang menerjang, bercucuran tiada henti. Lidahku kelu, hingga mulutku bungkam memandang nanar dengan rasa tak percaya. Ku usap air mata yang luruh dengan telapak tanganku kasar. Dengan sekuat tenaga ku besarkan hati ini. Menatapnya tajam, mencari kebenaran dari kata-katanya yang terlontar dengan sangat manis namun didalamnya terdapat racun yang amat mematikan. Secara tidak langsung, aku telah menelan racun itu dan hampir membuatku terbunuh seketika. "Yah,,," jawabku singkat, hanya ucapan itu yang meluncur dari bibirku ini. Dengan sedikit anggukan kepala. Kelu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status