Gea menghamburkan diri ke pelukan Charles. “Charles, kenapa kita baru bertemu?”Charles tertawa kecil. “Karena baru sekarang aku dipercaya menjadi iparnya”“Kak Bei, pemandangan apa kita lihat sekarang?"Pelukan Gea terlepas. Sinta dan Bei menatap mereka dengan tatapan jijik.“Kak Gea, kemarin kakek kaya, sekarang bule dari mana? Sampai kapan kau membiayai suami kulimu itu?” ejek Sinta.“Gea, mereka …?” tanya Charles dengan bahasa Inggris dengan aksen Australia.“Orang tak penting,” sahut Gea juga dengan bahasa yang sama. “Oh.”Sinta memandangi Charles yang berambut sebahu dikuncir, mengenakan jas coklat berpadu kaos putih di dalam, kontras dengan celana jeans berlubang-lubang. Pandangannya beralih pada Gea yang mengenakan kaos dan celana longgar, dengan rambut dipotong setelinga, di belakang dibiarkan menjuntai sampai ke bahu. “Tak peduli kau terpengaruh dengan gayanya atau tidak, setidaknya jaga muka di pesta ini,” tambah Sinta. “Jaga muka?” tanya Gea.“Penampilanmu ….”“Ooh.” G
Pandangan kakek beralih pada Charles. “Dia?’“Oh, kenalkan, Kek. Dia Charles, salah satu eksekutif More dari Australia. Charles, dia kakeknya bos. Tuan Buana,” ujar Gea dengan bahasa Inggris. Nama Buana seketika membuat Sinta dan Bei syok kemudian saling bersitatap. Charles bersegera mengulurkan tangan. “Senang bisa bertemu dengan Anda.” Kakek menyambut ramah. “Saya juga senang bertemu dengan anak muda sepertimu. Jauh-jauh datang ke sini untuk mendukung perusahaan More, sebagai kakek saya mengucapkan terima kasih.”Charles tersenyum cengengesan. “Tak perlu sungkan, Kek.”“Sepertinya kalian cukup akrab tadi?” selidik kakek. “Iya, Kek. Dia teman online aku sejak kuliah di Australia. Aku belajar banyak darinya, jadi lumayan dekat. Hanya saja, baru sekarang kami bertemu karena saat itu kami tinggal di kota yang berbeda. Aku sangat berterima kasih pada cucu Kakek," jawab Gea juga dalam bahasa Inggris. Ia percaya orang seperti Kakek pasti mahir bahasa Inggris. “Iya, Kek. Gea sudah kuan
“Kak Bei, mungkinkah dia Gea?” bisik Sinta menunjuk dengan dagunya. Bei menoleh ke arah ditunjuk Sinta. “Jika dilihat dari pria bule itu, ada kemungkinan itu Gea. Tapi kenapa mengenakan topeng?”Sinta mencermati pergelangan Gea yang sudah berubah gelangnya. Kali ini gelang kecil berkilauan berlian yang disusun jarang. Di jari perempuan itu bukan lagi cincin yang sempat ia dilihat di ponsel. Pandangan Sinta naik ke atas. Ternyata kalung, bahkan anting, satu paket dengan gelang dan cincin. “Benar. Tidak mungkin kuli bisa memberi Gea perhiasan semahal itu,” tukas Sinta. “Atau mungkinkah itu pemberian Tuan Buana? Oh iya, bukankah ke toko gaun kemarin bersama Tuan Buana?” Sinta membenarkan asumsinya, gaun dan perhiasan itu dari Tuan Buana.“Tunggu saja, jika aku sudah mendekati pewarisnya, akan kubongkar semua kebusukanmu!”Sinta kembali fokus ke suara Ferry. Acara inti dimulai. Penghargaan kepada beberapa orang penting dalam perusahaan teknologi More.“Baiklah saya langsung panggil, M
“Walau bagaimanapun, aku istrinya. Kenapa harus dirahasiakan dariku?”“Mungkin dia tidak ingin mengganggu hari bahagiamu,” jawab Charles. “Lebih dari itu. Ia juga ingin melindungi Nyonya. Jika Nyonya tahu itu, Nyonya akan panik dan itu membuat Nyonya dalam bahaya.”Badan Gea membeku. “Apa maksudnya, kecelakaan ini ….”“Tidak pasti. Sepertinya Tuan Muda sudah punya insting ke sana. Karena itulah, dia minta Charles melindungimu bukan kepada saya. Padahal saya lebih dekat dengan Tuan, bukan Charles. Dari sini, harap Nyonya memahami.”Gea sedikit terhuyung. Ia duduk ke ujung ranjang. “Artinya, dia juga bermaksud menyembunyikan statusku?”Ferry mengangguk. “Aku sudah coba cek penyerang kemarin. Dia orang suruhan. Rekening pemilik menerima transferan sebelum kejadian. Tapi, belum apa-apa, IP itu sudah menghilang. Sekarang kecelakaan tabrakan. Entah ada hubungannya antara penyerangan dengan kecelakaan, bagaimanapun kita harus berhati-hati. Entah musuh satu atau dua orang, internal atau eks
"Gea, tahukah kau, Tuhan menempamu sekian tahun untuk Ahsin?" "Kenapa malam ini mendadak kau menjadi bijak? Apa telah terjadi sesuatu yang besar?"Charles berbaring. "Sebenarnya aku anak orang kaya."Gea duduk, menyandarkan punggungnya. "Kekayaan dari kakek ayah. Sayangnya, ayah mempunyai kebiasaan buruk suka menebar benih. Sesama perempuan saling injak untuk naik, apalagi yang memiliki anak. Belum lagi perebutan dari saudara-saudara ayah. Ibuku salah satu korban. Ibu memilih menjauh, menyembunyikanku bahkan mengubah ujung namaku dari mereka. Namun, akhirnya ketahuan juga. Kami hidup tidak tenang. Setelah ibu meninggal, aku memilih mendalami dunia cyber dan hidup tersembunyi. Kamu orang pertama yang ingin aku temui dan akhirnya Ahsin mempertemukan kita." Tiba-tiba Gea membeku."Gea, kau tidak apa?" Charles menjadi panik. Gea menggeleng. "Andai cewek, aku akan memelukmu."Charles melempar bantalnya ke arah Gea. Gea tertawa. Ia memejamkan mata. "Terima kasih, Charles."Perlahan ai
“Kau tak pernah cerita kehidupanmu pada Ahsin?” Charles kembali terduduk. Gea menggeleng. “Dia sibuk sekali. Ya, kadang terselip di balik obrolan, tapi tidak seperti ini. Ahsin juga tidak menceritakan keluarganya. Aku baru tahu malam ini kalau dia mempunyai seorang paman. Dia nyaris tidak pernah mengeluh, apalagi mengeluhkan keluarganya. Mendengar ceritamu, aku tidak tahu hari seperti apa yang telah dilewati Ahsin.”“Jangan dibayangkan. Istirahatlah. Semoga besok dia sudah sadar. Berjanjilah menjadi Gea yang dia sukai. Tak peduli soal kelayakan menurutmu, yang penting dia bahagia.”Gea memiringkan kepalanya, tersenyum sedikit, kemudian mengangguk. “Kau juga sudah berpengalaman dan telah banyak mengajariku. Kau tidak ingin mengambil hakmu?”“Tanyakan pada dirimu sendiri, kenapa saat pulang ke Indonesia tidak langsung mengambil alih kerja keras ibumu?”Gea merengut. Kembali ia menatap langit. Ia teringat saat pulang tengah malam bersama Ahsin. “Ahsin, kesempatan tidurmu tinggal sedik
Ruang inap gelap. Perawat itu mengangkat jarum suntik sudah tersedia isinya. Dengan bergetar, ia menyentuhkan ujung jarum ke selang infus. “Maafkan aku,” lirih perawat. “Mengapa Anda memasukkan obat dengan meraba-raba?” Perawat tersentak. Jarum suntik terlepas. Lampu menyala. Perawat termundur. Ferry mendekat dengan tatapan tajam hingga perawat itu terblokir oleh nakas. Ferry menarik name tag dan mencocokkan dengan foto wajah yang tersimpan di ponselnya.“Kamu akan kami bebaskan, jika memberitahu siapa yang menyuruhmu,” ucap Ferry dingin. Perawat itu gemetaran. “Ini memang jadwal masuk obat.”Mata Ferry mengerling ke arah name tag.“Eee … dia sa … sakit. Jadi saya yang menggantikan.” Perawat merasakan keringat membasahi tubuhnya. “Sekali lagi aku tanyakan. Kali ini tidak ada kata ampun jika masih tidak mau mengaku.”“Aku tidak bohong. Sungguh.”Ferry mengambil pistol yang tersimpan di jasnya dan menodongkan ke arah perawat. Seketika perawat bersujud dengan mengatup kedua tanga
“Dia juga terlihat tidak peduli dengan teknologi. Tidak suka medsos, bahkan status wa ku saja tidak pernah dia lihat,” tambah Sinta. “Tapi bagaimana dia punya circle anak IT dan semuanya bekerja di perusahaan More?”“Sudahlah, nanti kau tanyakan padanya,” ide Malika. “Dia tidak muncul lagi setelah katanya ingin mengambil perusahaan. Cih, sok-sokan mengancam, datang pun tidak berani,” gerutu Lyman. “Sampai sekarang?” tanya Malika. Sinta mengangguk sambil memberikan senyuman keberhasilan pada ibunya. “Untung sekarang dikelola Buana, jadi kita bisa lebih dekat dengan mereka.”Sinta meraih tangan Lyman. “Benar, Pa. Sinta janji akan menarik perhatiannya jika datang nanti. Sinta janji akan memberikan kehidupan yang mewah pada Mama Papa.”“Anak berbakti. Papa Mama mengandalkanmu. Apalagi sekarang, perusahaan ditangani Buana, kita tidak bisa lagi bebas mengeluarkan dana. Kamu harus bekerja keras Sinta,” pinta Lyman.“Jangan khawatir, Pa. Aku tidak akan mengecewakan Papa Mama.”****“Sabar