Beranda / Urban / Suamiku Jadul / Ucok Vs Butet

Share

Ucok Vs Butet

Penulis: Bintang Kejora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ucok mengaduh karena perutnya kucubit, aku benar-benar geram. Ini pikirannya sudah melenceng, entah dari mana si Ucok kami ini dapat ajaran begitu.

"Pegang dulu motonya, mamak mau pingsan dulu," kataku seraya menyerahkan motor padanya. Lalu mencari tempat duduk di pinggir jalan

"Udahlah, Mak, ayo pulang," kata Ucok.

"Mamak gak bisa tenang jika begini, " kataku.

Ucok lalu menyandarkan motor matic tersebut, lalu dia duduk di dekatku.

"Aku hanya tidak mau melakukan kesalahan yang sama dilakukan Ayah," kata Ucok seraya merangkul bahuku.

"Apa pula kesalahan ayahmu?"

"Itu tadi, Mak, karena suka sama perempuan, perempuan yang disukai hidupnya berantakan, keluarganya berantakan. Akhirnya jadi bahan pertengkaran seumur hidup," kata Ucok.

"Pertengkaran bagaimana?"

"Mamak dan ayah selalu bertengkar karena nasib Bu Rara, dia cerai, mamak dan ayah bertengkar, dia sakit, mamak dan ayah yang bertengkar, aku tidak mau seperti itu nanti setelah menikah, makanya kucegah dari sekarang," kata Ucok.

"Ya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (45)
goodnovel comment avatar
Mrs.Zee
ya ampun Butet bikin sakit perut. ngakak...
goodnovel comment avatar
Sri Sepiari
jangan di buat ribet dah hidup jalani aja... mau suka ama cewek ya suka aja.. klau ucok sayang ama salsa ya kali emang udah nasib.. bu nia ama bang parlin santai aja ngadapi ucok emang anak muda begitu.. beda si butet logika nya jalan perasaan nomer dua
goodnovel comment avatar
sekai
tante bilang gini bukan pemaksaan opini. tp hanya berbagi. tante kaget kau punya pemikiran kek gini. krn tante kira kau cukup pahami semua ajaran ayah kau. tante kira kau bs ambil pelajaran baik dr apa yg terjadi d rmh tangga ayah mamak kau.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku Jadul   Remaja Labil

    Aku masih ingin rasanya menasehati Ucok, akan tetapi dia sudah iya iya saja dari tadi. Apakah dia sudah sadar, atau hanya karena sudah lelah berdebat.Pemikiran anakku ini benar-benar di luar logika, dan berbalik- balik. Katanya orang yang dia sukai akan berantakan hidupnya, tapi dia terus terima chat Salsabila. Katanya dia meniru ayahnya, tapi tak ingin bernasib sama seperti ayahnya. Ah, apakah ini yang namanya remaja labil?Ucok membantu ayahnya pindahan sapi, anak sapi lima ekor akan dipindahkan ke kebun. Bang Parlin memang sudah banyak pekerjaan, dia merasa tidak mampu lagi mengurus sapi tersebut.Urus sapi memang bukan pekerjaan mudah. Bila pekerjaan lain masih bisa libur atau cuti, tidak dengan urus sapi. Jika kita libur alamat sapinya tidak makan. Jadi mengurus sapi itu tak mengenal tanggal merah, bahkan kita lagi sakit' pun harus tetap kerja."Mak, ini si Salsa sudah berikan nomornya rekening, kapan kita transfer?" kata Butet seraya menunjukkan HP -nya."Besok lah, Tet, itu

  • Suamiku Jadul   Orang Tua Ikan Gabus

    Kami berempat tetap di pinggir sungai, ini adalah hari pertama sapi Butet dibawa ke luar kandang. Biasanya makanannya yang diantar ke kandang. Bang Parlin memperhatikan sapi itu merumput di sawah yang baru habis panen. Sedangkan aku, Ucok dan Butet duduk di pondok. Tiba-tiba mataku tertuju ke pohon kelapa. Kenapa muda hijau itu tampak menggiurkan."Bang!" teriakku kemudian."Apa, Dek," jawab Bang Parlin."Aku pengen kelapa muda," Bang Parlin langsung bergegas, sapinya dia ikatkan ke pohon kecil. Akan tetapi Bang Parlin sepertinya ragu ketika hendak memanjat."Kenapa, Bang?""Abang sudah setengah tua, lo, Dek, masih sanggup kira-kira manjat kelapa ini," kata Bang Parlin sambil melihat ke atas."Biar aku aja, Yah," kata Ucok kemudian."Gak usah, Cok, nanti kamu jatuh, gak usah," kataku kemudian. Biarpun Ucok sudah lama di desa ini, akan tetapi aku tidak tega melihat dia harus manjat pohon kelapa."Ish, mamak," kata Butet."Kenapa, Tet?""Jadi kalau ayah yang jatuh gak apa-apa gitu?" k

  • Suamiku Jadul   Bupati tahan Malu

    Mantan bupati dan istri mudanya akhirnya pergi juga. Tak habis pikir dengan mantan bupati ini, baru saja istrinya ditangkap, kini sudah ada lagi gantinya, perempuan muda lagi. "Cok, kamu bela Salsabila sampai segitunya karena apa?" aku coba interogasi Ucok. Gak rela rasanya dia sampai ngatain orang tua ikan gabus. "Karena Butet diam, Mak," kata Ucok. "Lo, kok aku, apa hubungannya dengan aku?" kata Butet. "Biasanya mulutmu yang cepat kali laju, Tet, polisi sampai Kapolres pun kau lawan, ini kok diam?" kata Ucok. "Abang ini cari alasan saja," "Memang gitu kenyataannya, Tet," "Aku bilang saja ya abang sampai segitunya karena cinta, hanya cinta yang membuat orang nekat dan berani, cie, cie, cinta," Butet malah menggoda abangnya. "Sok ngomongin cinta kau, Tet, belum cukup umur kau, ada punya kau yang kek gini?" kata Ucok seraya menunjukkan KTP -nya. "Cinta memang membuat orang kehilangan logika," kata Butet lagi. "KTP pun dipamerin," sambung Butet lagi. "Heh, Tet, dari mana kau bi

  • Suamiku Jadul   Salsa Jadi Artis

    Dunia memang berputar, pria yang dulu termasuk orang paling disegani dan paling kaya di kabupaten ini kini duduk di depanku dengan wajah lesu. Mengaku bangkrut dan tak sanggup menafkahi istri mudanya. Kini mengemis utangan pada kami, yang mau diutang pun tidak tanggung-tanggung, yaitu lima puluh juta."Banyak kali lima puluh juta, Pak?" tanya Bang Parlin. Kutatap tajam Bang Parlin, dugaanku dia mau menawar jumlah utangan, kelemahannya yaitu membantu orang, memang sulit dia hilangkan."Segitu biaya kami dua bulan, Bang Parlin," kata Ayah Salsabila, " itu pun sudah menghemat itu," sambungnya lagi.Aku terkejut, biaya hidupnya dua bulan lima puluh juta? Artinya dua puluh lima juta sebulan, kira-kira delapan ratusan ribu satunya hari. Itu pun masih menghemat , Luar biasa. Akan tetapi aku kemudian ingat, dia mantan pejabat. "Kami tidak bisa bantu, Pak, maaf saja," kataku kemudian, kulihat Bang Parlin sudah mulai berpikir.Bang Parlin lalu manarik tanganku masuk rumah," maaf, kami berundin

  • Suamiku Jadul   Tamu Tak Diundang

    Aku benar-benar terdiam, tak dapat berkata apa-apa lagi. Apakah benar laranganku itu, blokiran itu yang membuat Salsa jadi begitu?Butet mendekatiku, lalu merangkul bahu ini."Gak usah merasa bersalah, Mak, mamak sudah tepat, Salsa itu bukan tanggung jawab kita, dia punya orang tua," kata Butet. Anakku ini memang yang paling paham apa yang kurasakan."Cok, mamak hanya memikirkan kau, memikirkan mentalmu, Salsa jadikan tidur bareng sebagai alat untuk mengikatmu, mamak hanya coba mencegah," kataku kemudian."Iya, Mak, iya, kayak anak kecil aja aku diikat segala dengan tidur bareng, ya, Allah, Mak, aku bukan anak kecil mamak lagi, aku sudah punya KTP sekarang," kata Ucok.Semenjak Ucok punya KTP, entah sudah berapa kali dia pamer tentang KTP -nya. Asal berdebat dengan Butet pun dia suka tunjukkan KTP. "Bang Ucok, Abang kan pernah bilang, jika yang Abang sukai hidupnya akan berantakan, ya, udah, gak usah sukai, gak usah pedulikan, biar hidupnya tenang," kata Butet.Kami mau berdebat lagi

  • Suamiku Jadul   Ketika Anak Mantan Datang

    Risih juga melihat Amanda seperti itu, padahal dia keturunan Arab. Wajahnya cantik, bodinya juga Bagus. Kulihat Ucok yang sesekali melirik Ananda, sedangkan Bang Parlin berusaha buang muka. "Gak risih apa pakaiannya kek gitu?" tanya Butet."Hehehe, dah biasa, Tet, justru pakai baju longgar yang buat aku risih," kata Amanda."Padahal kalian keturunan Arab," sahutku kemudian."Abu jahal juga keturunan Arab, Mak," Ucok ikut bicara. Kali ini cukup membuat Amanda tersinggung."Gak usah rasis lah, gak usah singgung keturunan, itulah enaknya di Australia, mau kulit hitam, putih, merah, gak akan ada yang singgung ras," kata Amanda.Ucok ternyata risih juga di dekat Ananda yang celana super pendek, pangkal pahanya kelihatan. Ucok menjauh saat makan, dia ambil nasi dan sepotong ikan, dia pergi ke pondok.Bang Parlin juga ikut Ucok. "Permisi ya , ke sana dulu," kata Bang Parlin. Tinggal aku, Butet, Amanda dan Lindung di pinggir sungai tersebut."Aku tahu, Tante, mungkin Ucok cemburu," kata Li

  • Suamiku Jadul   Menguji Bang Parlin

    Libur sekolah tiba, ada hari besar keagamaan, sehingga tanggal pun jadi merah. Ucok dan Butet masih di rumah. Pagi itu aku rebahan seperti biasa, entah kenapa kehamilan kali ini membuat aku malas-malasan bergerak di pagi hari. Orang yang berurusan dengan kepala desa pun kadang datangnya ke rumah."Cookkk!" aku berteriak memanggil Ucok. Anakku itu datang dengan tergopoh-gopoh. "Ada apa, Mak?" sahutnya."Tolong ambilkan hp mamak," kataku kemudian."Kan, itu, Mak," kata Ucok seraya menunjuk hp tersebut di atas meja rias."Ya, ampun, Mak, kan dekat gini," "Udah, ambil saja, Cok," kataku seraya tersenyum."Iya, Mak, iya," kata Ucok.Akan tetapi baru saja mau buka hp, ada tamu datang, ternyata Lindung dan Amanda datang lagi. Aku terpaksa keluar kamar juga."Mana Om Parlin," tanya Lindung."Lagi keluar, memang kenapa?" tanyaku."Begini, Tante, kami mau pulang, rencananya dari Medan kami akan ke Bandung, ziarah ke makam ibu," kata Lindung lagi."Oh, iya, baguslah, terus apa hubungannya deng

  • Suamiku Jadul   Gagal Haji Karena Bayi

    "Saat aku menyelam di sungai nangkap ikan, untuk makan keluarga, bukan pahlawan, tapi saat aku menolak pergi ke Bandung, baru pahlawan," kata Bang Parlin. "dunia ini makin aneh," sambung Bang Parlin lagi."Abang yang bilang, wanita itu makhluk paling misterius di dunia ini," jawabku."Suka-sukamu lah, Dek," jawab Bang Parlin. Memang aneh, tapi bagiku ini perubahan besar dari dua lelakiku, Ucok bisa menolak Amanda, gadis yang disukainya sejak dulu, Bang Parlin bisa menolak bantu orang, berhubungan dengan Rara lagi. Ini satu kemajuan, receh memang, tapi, entahlah, aku bahagia sekali."Abang lagi bingung ini, Dek," kata Bang Parlin di suatu malam, saat itu hari sudah jam sebelas malam."Kenapa bingung, Bang? Udah, Lindung itu anak orang," kataku kemudian."Itulah kamu, Dek, cepat sekali nangkap, tapi salah," kata Bang Parlin."Jadi?""Tadi Abang ditelepon biro haji, kita akan berangkat tahun ini, mulai bulan depan akan manasik haji," kata Bang Parlin."Wah, tapi aku hamil, Bang,""Itula

Bab terbaru

  • Suamiku Jadul   Diperebutkan Tiga Lelaki Tampan

    PoV NiaAku tak bisa menahan tawa saat tak sengaja mendengar Butet ditembak Sandy, aku justru jadi teringat saat-saat seusia Butet. Bedanya dulu, aku klepek-klepek, sementara Butet tetap pada pendiriannya tidak pacaran. Aku harus bersyukur punya anak gadis seperti ini.Umar lagi, dia menggunakan orang tua angkatnya yang Kapolres itu untuk menunang Butet. Bang Parlindungan bisa menolaknya dengan tegas. Ada apa ini, dalam dua hari, Butet dua kali ditembak langsung."Mak, gara-gara mamak calon wakil bupati, hidupku juga berubah," kata Butet di suatu siang. Saat itu kami lagi makan siang bersama di kantor desa."Kok gitu, Tet?""Gitulah, Mak, tiba-tiba banyak penjilat, bahkan guruku tiba-tiba baik, aku seperti diistimewakan, bahkan ada guru yang bilang, belum pernah ada anak pejabat yang sekolah di situ, dia berharap mamak menang supaya ada anak pejabat sekolah di situ," kata Butet."Ini baik atau buruk, Tet,?" "Entahlah, Mak, baiknya , gak ada yang berani bully aku, Mak, buruknya, banya

  • Suamiku Jadul   Musim Kawin

    PoV ButetKulirik Bang Sandy, dia menunduk sambil mempermainkan kancing bajunya. Dia sepertinya tak berani mengangkat wajah, atau dia sudah patah hati lagi. Harus kuakui perjuangannya, akan tetapi sudah komitmen pada diri sendiri, tidak akan pacaran."Terbuat dari apa hatimu, Butet? aku sungguh-sungguh mengatakan cinta, Kamu malah bilang itu kabar buruk, Ya, Allah, kuatkan hambamu ini," kata Bang Sandy. "Maaf, Bang, kenapa tiba-tiba ngomong cinta? kan sudah kubilang aku tidak pacaran,""Makin lama kupendam, hatiku justru makin tersiksa, Butet, terus makin lama sepertinya akan lebih sulit untuk mengatakan cinta.""Hmmm,""Panah cintaku sudah kutembakkan dari busurnya, langsung mengarah ke jantung hatimu, akan tetapi kamu mematahkannya, tidak apa-apa Butet, setidaknya aku lega, akhirnya panah cinta bisa kutembakkan, sudah lelah memegangnya selama ini," kata Sandy."Abang ngomong apa, sih?" tanyaku."Butet, tolonglah jangan permainkan hatiku, jika kamu menolak, walaupun kecewa, kuterima

  • Suamiku Jadul   Kabar Buruk?

    PoV ButetSemenjak mamak resmi' jadi bakal calon wakil bupati. Aku justru jadi terkenal, bahkan guru sekolah pun tiba-tiba baik sekali. Seperti saat itu, aku terlambat masuk kelas karena lagi makan bakso. Ini salah tukang baksos itu, pesananku lama datang. Pas datang lonceng tanda masuk kelas sudah berbunyi. Sayanglah baksoku, akhirnya kumakan juga, biarlah terlambat sekali ini.Guru yang satu ini terkenal galak, mengajar bidang studi Bahasa Inggris, akan tetapi saat aku masuk kelas, beliau tidak marah. Justru tersenyum melihatku."Silahkan duduk, Tet," kata ibu tersebut. Tentu saja aku heran.Saat pulang dari sekolah, ibu guru itu malah menawarkan tumpangan untuk pulang. Karena memang ayah gak bisa datang menjemput, aku mau saja, langsung naik motor matic ibu tersebut."Jika makmu jadi wakil bupati, jangan lupa sama ibu ya," kata ibu tersebut saat aku turun di kantor desa."Iya, Bu," jawabku. Ternyata ada mau ibu ini, aku jadi membayangkan kelak jika mamak jadi pejabat akan ban

  • Suamiku Jadul   Ucok Selalu Bersalah?

    PoV UcokMamak akhirnya datang melihatku, aku sangat senang sekali, rindu ini akhirnya bisa terobati. Bang Torkis juga ikut, dia jadi pembelaku saat mamak lagi-lagi menyalahkanku. Pesan Ayah jika untuk gaya hidup, anggap saja ayahmu paling miskin' benar-benar kuterapkan, mulai motor sampai bangun rumah bertingkat pun aku tidak meminta sama orang tua. Harus kubuktikan pada dunia, aku bisa mandiri.Malam itu ada musyawarah di masjid, agendanya adalah pembentukan BKM masjid tersebut yang sudah lama vakum. Aku yang jadi panitia pelaksana. Dua hari ini aku sudah mendatangi setiap rumah di lingkungan ini, memberikan undangan untuk musyawarah. Di lingkungan ini ternyata kesadaran orang memakmurkan mesjid sangat rendah. Dari seratusan orang yang diundang, yang datang hanya kira-kira tiga puluhan orang. Padahal undangan itu ditandatangani ketua RW daerah ini.Dalam musyawarah itu tidak ada yang bersedia jadi pengurus masjid, sementara pengurus yang lama sudah pindah. Aku juga akhirnya yan

  • Suamiku Jadul   Ambisi Ucok

    PoV NiaTernyata tim sukses sudah mempersiapkan semua, begitu aku iyakan, baliho sudah berdiri di pintu gerbang desa kami, juga di simpang. Bupati ini benar-benar serius. "Go, go, Nia, Membangun dari Desa," begitu tulisan di baliho raksasa, fotoku dan foto bupati terpangpang besar. Go, go itu sendiri artinya dalam bahasa Mandailing adalah kuat. Aku hanya duduk manis di rumah, semua dikerjakan tim sukses, dan seluruh dana ditanggung bupati. Katanya dia menghabiskan kebun sawit dua ratus hektar untuk daftar bupati ini.Hari itu Sandy datang berkunjung ke rumah, aku tentu heran, Butet sedang tidak ada di rumah, katanya dia ada ekstra kulikuler di sekolah."Butet belum pulang," kataku sambil mempersilahkan masuk."Aku datang mau bertemu Tante dan Om," jawab Sandy."Ada apa?" tanya Bang Parlin."Jangan terkejut ya, Om, Tante, kata Sandy serata mengeluarkan laptopnya,""Ada apa sih, Sandy, buat deg-degan aja," kataku."Ini, Tante, sebenarnya ini sudah dua Minggu lalu kejadiannya, tapi Uc

  • Suamiku Jadul   Jalan Berliku Menuju Sukses

    "Maju lo, kalau berani!" kataku lagi. Entah kenapa aku merasa tertantang jika bertemu orang seperti ini. Darah mudaku terasa bergolak. Satu temannya mengambil sesuatu dari mobil, satu lagi maju. Kami beradu pukulan beberapa kali, dua pukulanku membuat pria itu terpojok di dinding ruko orang. Ada yang aneh di sini, kalau di kampung ada keributan, orang-orang akan keluar rumah. Di sini, orang-orang justru menutup pintu, ruko yang di samping tadi masih terbuka pintunya kini sudah tutup.Akhirnya ada juga pengendara motor yang berhenti, akan tetapi mereka bukan membantu atau melerai, akan tetapi justru merekam. Aku makin emosi, darah mudaku makin mendidih, beberapa kali pukulanku mendarat di perut pria tersebut, akan tetapi tiba-tiba sebuah pukulan benda tumpul mendarat di kepalaku, aku memegang kepala, terasa dingin, ternyata darah sudah mengucur. Dua orang itu lalu pergi meninggalkanku, sebelum mereka pergi, bahuku masih sempat kena pukulan. Aku ambil HP, menghubungi Bang Bangbang,

  • Suamiku Jadul   Salsabila Dapat Hidayah?

    PoV UcokBang Bambang benar, ternyata uang kami kurang untuk bangun kamar mandi tersebut, belum selesai dananya sudah habis. Jika kamar mandi tetap yang satu itu, kamar yang baru selesai akan sulit untuk dikontrakkan. Karena kamar mandi yang lain tempat. "Begini saja, Ucok, upah saya gak usah dikasih dulu, semua uangnya belikan bahan, upahku belakanganya saja," usul dari Bang Bambang. Selama ini aku memang menggajinya harian. Kata orang gaji di kota ini dua ratus ribu perhari, segitu lah dia kugaji."Gak bisa begitu, Bang, ada hadis yang artinya, Bayarlah upah pekerja itu sebelum keringatnya kering," kataku."Wah, salut sama Kamu, Cok, masih muda tau agama dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari."Berapa lagi kira-kira butuhnya, Bang?" tanyaku pada Bang Bambang."Kira-kira lima belas jutaan lagi, Cok, baru leluasa," kata Bang Bambang.Padahal, sekali telepon ke orang tua, pasti diberikan, akan tetapi aku ingin mandiri, berdiri di atas kami sendiri, tanpa menyusahkan orang tua

  • Suamiku Jadul   Go, Go, Nia

    Hari Minggu adalah hari merdeka bagiku, sehabis salat subuh aku bisa tiduran lagi, karena Butet tidak sekolah, dia yang urus Cantik pagi hari. Bangun jam delapan pagi sudah ada sarapan yang dimasak Bang Parlin.Selesai sarapan, ada telepon dari Pak Bupati."Assalamualaikum, Bu Kades," salam bupati dari seberang sana," "Waalaikum salam,""Saya tahu, besok waktu terakhir batasan waktu ibu berpikir itu, tapi kok saya tidak sabaran ya," kata bupati itu lagi."Besok saja saya kasih kepastian, Pak,""Hari ini saja, saya undang ibu dan keluarga makan siang di Lopo Saba," kata bupati itu lagi. Lopo Saba adalah salah satu restoran yang baru buka di daerah kami, warung lesehan yang berada di pinggir sawah, menunya masakan khas Mandailing. "Baik, Pak, kami datang," jawabku."Saya berharap, jika nanti sudah ada jawaban kepastian, karena kita harus gerak cepat, kita butuh puluhan ribu tanda tangan untuk persyaratan mendaftar ke KPU," kata bapak itu lagi."Baik, Pak,""Bang, Butet!" aku berteriak

  • Suamiku Jadul   Naik Haji Atau Naik Jabatan

    Aku benar-benar khawatir sekali dengan anakku itu, dugaanku kemarin dia menelepon mau mengadu, akan tetapi tak mau menyusahkan orang tua. Aku ambil HP, coba hubungi Ucok, akan tetapi tak tersambung, HP -nya bahkan tidak aktif. Aku jadi makin khawatir, tak bisa kubayangkan anakku di tahanan polisi.Butet datang, begitu datang dia langsung ikut menonton video tersebut."Butet, Mamak mau ke Jakarta, kalian di sini duku ya?" kataku pada Butet."Cantik?""Mamak bawa,""Mamak baru sehat,""Abangmu dapat masalah, Tet,"Sementara Butet terus memperhatikan video itu."Mak, bukankah ini Annisa?" kata Butet."Nggaklah, Annisa berjilbab panjang, rambutnya gak mungkin pirang," mataku kemudian."Ini Annisa, Mak," kata Butet serata memperbesar foto screenshot."Iyakah?" "Aku yakin ini Annisa, Ayah telepon dulu Pak Ali Akhir," kata Butet.Tepat dugaanku, wanita cantik adalah kelemahan anakku ini, dia pasti sudah dirayu Annisa dan mengajaknya ke tempat hiburan malam."Assalamualaikum, Pak," terdenga

DMCA.com Protection Status