Home / Urban / Suamiku Jadul / Ucok Marah

Share

Ucok Marah

Author: Bintang Kejora
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

PoV Nia

Ada yang berubah dengan Ucok, dia seperti kehilangan semangat untuk lanjut kuliah, padahal dia sudah diterima di UI. Aku dulu sangat ingin kuliah di sana tapi tidak lolos. Dia lolos jalur undangan, yang konon dari kabupaten kami hanya anakku yang lolos jalur tersebut. Aku bangga. Akan tetapi tinggal daftar ulang dia sudah kurang semangat. Saat kucek di HP, daftar ulang waktunya hampir habis.

"Bang, itu Ucok sepertinya malas daftar ulang," kataku pada Bang Parlindungan di suatu malam.

"Iya, Dek, sekarang dia sudah merasa dewasa, sebaiknya kita biarkan saja bagaimana maunya," kata Bang Parlin.

"Mana bisa begitu, Bang,"

"Jadi harus bagaimana lagi, Dek, dipaksakan tidak mungkin, kita hanya berdoa semoga dia memilih yang terbaik untuk hidupnya, seandainya kita berhasil memaksanya pun dia tetap tidak akan semangat," kata Bang Parlin.

"Karena apa kira-kira ya, Bang?"

"Perempuan, Dek, dulu Ucok anak yang cerdas dan penurut, setelah dia kenal Salsabila jadi begitu, buah memang tida
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (24)
goodnovel comment avatar
carsun18106
yup bener, dan bang parlin pun sadar klo yg dia rasakan dulu adlh obsesi
goodnovel comment avatar
Sri Sepiari
aku berasa ngadepin anakku sendiri ini
goodnovel comment avatar
Sri Sepiari
inti nya adalah salsabila apa masih layak di perjuangkan gitu mbak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suamiku Jadul   Tipu Daya Wanita

    PoV UcokAku selalu kagum pada Ayah, ilmunya yang tinggi tapi rendah hati, jika sudah berzikir bisa membuat orang sakit perut. Akan tetapi kekagumanku berkurang ketika tahu ternyata Ayah ikut mendoakan. Bahkan bukan cuma doa dan zikir, Ayah yang ternyata menyuruh Salsabila datang. Jika selama ini ayah membuat pencuri sakit perut, kini aku yang dibuatnya sakit hati, teramat sakit, aku jadi patah hati.Salsabila datang lagi, akan tetapi aku enggan untuk menemui. Mereka bicara dengan ayah dan Mamak. "Kenapa Bang Ucok, Tante, tadi kami tanya dia, dia bilang tanah itu gak dijual, padahal dijual," terdengar Salsabila bicara."Kemarin memang tanah itu lagi sengketa, tapi sudah beres, Kok," kata Mamak kemudian."Oh, begitu, Tante, kami sudah tanya tadi, harganya sudah deal, besok pengukuran tanah," terdengar lagi Salsabila bicara. Gak nyangka dia ternyata serius beli tanah itu.Saat aku daftar kuliah biar dekat dengannya, dia justru datang ke mari, dengan cowok pula. Akan tetapi aku masih

  • Suamiku Jadul   Kucing dan Ikan Asin

    PoV NiaUcok ternyata bisa juga merajuk, dia tak bicara sampai malam tiba. Saat kami ajak makan malam di luar, Ucok juga tidak mau ikut. Akan tetapi dia titip pesan supaya dibeli nasi goreng juga pada Butet."Bang, bagaimana lagi Ucok ini, Bang, aku takut dia makin tersesat," kataku Saat kami dalam perjalanan."Entahlah, Saat ini adalah saat-saat dia mencari jati diri, umurnya delapan belas tahun, di umur segitu tahap pergantian dari remaja ke dewasa, kita harus sabar, Dek," kata Bang Parlin."Padahal harapan kita sangat besar untuknya, dulu aku berharap dia mau kuliah di Mesir atau Maroko, kemudian jadi penerus pengelola pesantren, jadi kyai haji, harapan memang terlalu tinggi," kata Bang Parlin lagi."Gertak saja, Yah?" Butet tukang nguping itu tiba-tiba ikut bicara."Gertak bagaimana, Tet?""Bilang aja pesantren akan dijual karena yang diharapkan jadi pengurus justru lebih suka urus cewek," kata Butet lagi."Usul bagus, kita lihat dulu bagaimana tanggapan Ucok," jawab Bang Parlin.

  • Suamiku Jadul   Ucok Yang Galau

    PoV UcokTernyata orang tuaku menaruh harapan yang sangat besar padaku. Mendengar ayah berkata kalau saja beliau ingin aku jadi kiyai haji, aku merasa terharu. Apakah aku bisa? Setengahnya sudah, aku kini seorang haji, konon haji termuda di kabupaten ini, akan tetapi untuk jadi kiyai? Lagi-lagi aku harus angkat topi dan ucapkan salut pada ustadz Rizal, biarpun memimpin pesantren adalah impiannya, dia tidak langsung terima ketika ada yang tawarkan. Alasannya tidak enak padaku. Aku makin salut pada ustadz ini, dia memang satu tingkat di atasku. Hari itu jadwal Salsabila akan datang lagi, sebelumnya dia datang aku sudah kirim pesan lewat wa."Jika pria cepak itu ikut, pengukuran tanah tak akan kudampingi," begitu pesan yang kukirim."Dia hanya teman, lo, Bang Ucok," balas Salsabila."Aku tidak tanya dia siapa?" pesanku lagi."Oke, Bang, aku bawa notaris sekalian, biar urusannya cepat kelar," balas Salsabila."Okeh,"Pagi itu aku bangun lebih cepat, Salat Subuh dan masak sarapan sen

  • Suamiku Jadul   Menampar Keangkuhan Ucok

    PoV UcokMamak justru seperti tak merasa bersalah, justru menantanglu untuk bicara semua yang kurasakan. Sebenarnya aku ingin meledak saja. akan tetapi aku justru tidak tahu harus bilang apa lagi."Entah bagaimana lagi menasehati kau, Cok," kata Ayah."Apa aku jahat, Yah?" tanyaku."Ayah capek, itu-itu saja masalahnya, pakai ini dan ini," kata Ayah lagi, selalu begitu, pakai otak dan hati."Ayah selalu bilang begitu, seakan-akan aku tidak punya otak, seakan-akan aku tidak punya hati," kataku lagi."Kamu punya, Cok, tapi pikiranmu melenceng, hatimu tercoreng, tapi Mamak tidak akan pernah capek, mamak akan terus menjagamu dari iblis itu," kata Mamak.Aku tak tahu harus bilang apa lagi, kembali ke kantor adalah pilihan, kantor kepala desa jadi tempatku merenung lagi. Butet datang, begitu sampai dia langsung marah-marah. Dia Masih berpakaian sekolah. "Kok gak dijemput aku, Bang?" tanyanya. "Oh, lupa, Tet, maaf, kau pun, ditelepon kenapa, dikirimkan pesan kan bisa," kataku membela diri.

  • Suamiku Jadul   Ucok Sadar?

    PoV ButetSaat itu aku baru pulang sekolah , akan tetapi aku tak melihat Bang Ucok datang menjemput. Yang ada justru Bang Sandy, cukup terkejut juga, karena setahuku, dia tinggal d kota sekarang."Bang Sandy!" seruku kemudian."Aku tinggal sama ibu sekarang, kasihan ibu gak ada temannya," kata Bang Sandy sebelum aku sempat bertanya."Oh, Alhamdulillah, semua baik-baik saja," "Iya, Butet, aku sadar kini, mamak pun sudah berubah, tidak begitu mengekang lagi." kata Sandi lagi.HP -ku bunyi, ada panggilan dari mamak."Butet, dah datang si Ucok jemput kau?" tanya Mamak begitu telepon tersambung."Belum, Mak,""Dia lagi ngambek itu, belikan dulu dia nasi," kata Mamak lagi."Oh, iya, Mak,""Antar ke kantor desa," "Iya, Mak, kenapa lagi Bang Ucok?" "Masih hal yang lama,""Aku coba nasehati Bang Ucok ya, Mak," kataku lagi."Gak usah, Tet, nanti dia ngamuk sama kau,""Nggaklah itu, Mak, aku bawa teman," kataku kemudian.Akhirnya aku beli nasi bungkus dua, sengaja kubeli ikan asam padeh kesuk

  • Suamiku Jadul   Otw Jakarta

    PoV NiaUcok akhirnya minta maaf lagi, entah apa yang dikatakan Butet pada Anakku ini, dia tiba-tiba sudah mau daftar ulang. Kebetulan Butet pun libur panjang. Bang Parlin menyarankan kami antar Ucok ke Jakarta, sekalian jalan-jalan.Aku tentu saja senang sekali, karena Cantik masih bayi, juga aku yang baru pulih, Bang Parlindungan menyewa mobil mewah, yang di dalamnya bisa rebahan. Bang Parlin mengeluarkan uang dua kali lipat dari ongkos biasa biar dapat mobil mewah seperti ini. Di dalam mobil itu memang sangat leluasa, kami yang cuma empat orang, tapi kursinya ada delapan. Si sopir justru mencopot dua kursi yang di tengah, disulapnya jadi tempat tidur. Bahkan dalam mobil itu aku bisa mengikat ayunan untuk Cantik.Sebelum berangkat aku buatkan story wa di HP Bang Parlin dengan caption. "Otw raun-raun""Mau ke mana, Bang Parlin?" ada yang kirim pesan. Aku kenal pria yang kirim pesan tersebut. Dia teman lama Bang Parlin yang juga teman bisnis jual beli sapi. "Jakarta," balasku singkat

  • Suamiku Jadul   Menaklukkan Ibukota

    Aku tak bisa menahan emosi lagi, aku jadi benci Salsabila, Ucok di kampung, dia mau beli lahan di kampung. Ucok ke Jakarta, mau kembali pula dia ke Jakarta."Sabar, Dek, kali ini kamu salah," kata Bang Parlin."Kok salah, Bang, aku hanya melindungi anakku dari godaan iblis wanita itu," aku makin emosi "Yang bisa kita lakukan adalah mendidik anak kita, Dek, bukan memarahi anak orang, hubungan itu ada dua arah, jika satu menolak, tak akan terjadi." kata Bang Parlindungan. Sementara Ucok masih tidur."Di Jakarta nanti, pasti orang seperti si Salsabila itu banyak, bahkan lebih parah dari Salsabila, jadi yang kita lakukan membentengi anak kita, bukan melarang anak orang," kata Bang Parlin.Mobil yang kami tumpangi sudah memasuki wilayah Lampung, kami istirahat di sebuah penginapan. Rencananya esok harinya akan menyeberang ke pulau Jawa. "Cok, di Jakarta Kamu tak bisa mendampingimu lagi, kau bertanggung jawab pada dirimu sendiri, tolong, Nak, jangan kecewakan kami orang tuamu, itu saja,"

  • Suamiku Jadul   Menaklukkan Ibukota 2

    PoV UcokButet benar, di kota, aku memang tidak adanya apa-apanya, gadis seperti Salsabila banyak. Baru pertama sampai di Jakarta, aku sudah melihat gadis cantik bernama Annisa. Dia putri Kapolres, dan ternyata dia sudah pernah dengar namaku.Dia gadis yang supel, kami cepat akrab, , akan tetapi dia sepertinya memandang rendah orang kampung seperti aku."Juara kelas di kampung, kalau kota itu hanya rangking lima belas," begitu kata Annisa saat kami berbincang-bincang di teras rumah mereka. "Oh ya, kamu rangking berapa?" tanyaku kemudian."Aku rangking tiga, pernah dapat lompat kelas, rangking tiga di sini sudah biasa juara umum di sekolah kampung," katanya lagi. "Ohhh," Ayah justru membeli rumah untuk kutempati di Depok, dekat dengan kampus. Kamar rumah itu ada tiga. Rencananya akan kukontrakkan. Dua kamar, satu juta per kamar per bulan, jadi dapat dua juta, itulah biayaku hidup di kota ini. Aku berjanji dalam hati, tidak akan menyusahkan orang tua lagi.Matematika Ayah memang

Latest chapter

  • Suamiku Jadul   Diperebutkan Tiga Lelaki Tampan

    PoV NiaAku tak bisa menahan tawa saat tak sengaja mendengar Butet ditembak Sandy, aku justru jadi teringat saat-saat seusia Butet. Bedanya dulu, aku klepek-klepek, sementara Butet tetap pada pendiriannya tidak pacaran. Aku harus bersyukur punya anak gadis seperti ini.Umar lagi, dia menggunakan orang tua angkatnya yang Kapolres itu untuk menunang Butet. Bang Parlindungan bisa menolaknya dengan tegas. Ada apa ini, dalam dua hari, Butet dua kali ditembak langsung."Mak, gara-gara mamak calon wakil bupati, hidupku juga berubah," kata Butet di suatu siang. Saat itu kami lagi makan siang bersama di kantor desa."Kok gitu, Tet?""Gitulah, Mak, tiba-tiba banyak penjilat, bahkan guruku tiba-tiba baik, aku seperti diistimewakan, bahkan ada guru yang bilang, belum pernah ada anak pejabat yang sekolah di situ, dia berharap mamak menang supaya ada anak pejabat sekolah di situ," kata Butet."Ini baik atau buruk, Tet,?" "Entahlah, Mak, baiknya , gak ada yang berani bully aku, Mak, buruknya, banya

  • Suamiku Jadul   Musim Kawin

    PoV ButetKulirik Bang Sandy, dia menunduk sambil mempermainkan kancing bajunya. Dia sepertinya tak berani mengangkat wajah, atau dia sudah patah hati lagi. Harus kuakui perjuangannya, akan tetapi sudah komitmen pada diri sendiri, tidak akan pacaran."Terbuat dari apa hatimu, Butet? aku sungguh-sungguh mengatakan cinta, Kamu malah bilang itu kabar buruk, Ya, Allah, kuatkan hambamu ini," kata Bang Sandy. "Maaf, Bang, kenapa tiba-tiba ngomong cinta? kan sudah kubilang aku tidak pacaran,""Makin lama kupendam, hatiku justru makin tersiksa, Butet, terus makin lama sepertinya akan lebih sulit untuk mengatakan cinta.""Hmmm,""Panah cintaku sudah kutembakkan dari busurnya, langsung mengarah ke jantung hatimu, akan tetapi kamu mematahkannya, tidak apa-apa Butet, setidaknya aku lega, akhirnya panah cinta bisa kutembakkan, sudah lelah memegangnya selama ini," kata Sandy."Abang ngomong apa, sih?" tanyaku."Butet, tolonglah jangan permainkan hatiku, jika kamu menolak, walaupun kecewa, kuterima

  • Suamiku Jadul   Kabar Buruk?

    PoV ButetSemenjak mamak resmi' jadi bakal calon wakil bupati. Aku justru jadi terkenal, bahkan guru sekolah pun tiba-tiba baik sekali. Seperti saat itu, aku terlambat masuk kelas karena lagi makan bakso. Ini salah tukang baksos itu, pesananku lama datang. Pas datang lonceng tanda masuk kelas sudah berbunyi. Sayanglah baksoku, akhirnya kumakan juga, biarlah terlambat sekali ini.Guru yang satu ini terkenal galak, mengajar bidang studi Bahasa Inggris, akan tetapi saat aku masuk kelas, beliau tidak marah. Justru tersenyum melihatku."Silahkan duduk, Tet," kata ibu tersebut. Tentu saja aku heran.Saat pulang dari sekolah, ibu guru itu malah menawarkan tumpangan untuk pulang. Karena memang ayah gak bisa datang menjemput, aku mau saja, langsung naik motor matic ibu tersebut."Jika makmu jadi wakil bupati, jangan lupa sama ibu ya," kata ibu tersebut saat aku turun di kantor desa."Iya, Bu," jawabku. Ternyata ada mau ibu ini, aku jadi membayangkan kelak jika mamak jadi pejabat akan ban

  • Suamiku Jadul   Ucok Selalu Bersalah?

    PoV UcokMamak akhirnya datang melihatku, aku sangat senang sekali, rindu ini akhirnya bisa terobati. Bang Torkis juga ikut, dia jadi pembelaku saat mamak lagi-lagi menyalahkanku. Pesan Ayah jika untuk gaya hidup, anggap saja ayahmu paling miskin' benar-benar kuterapkan, mulai motor sampai bangun rumah bertingkat pun aku tidak meminta sama orang tua. Harus kubuktikan pada dunia, aku bisa mandiri.Malam itu ada musyawarah di masjid, agendanya adalah pembentukan BKM masjid tersebut yang sudah lama vakum. Aku yang jadi panitia pelaksana. Dua hari ini aku sudah mendatangi setiap rumah di lingkungan ini, memberikan undangan untuk musyawarah. Di lingkungan ini ternyata kesadaran orang memakmurkan mesjid sangat rendah. Dari seratusan orang yang diundang, yang datang hanya kira-kira tiga puluhan orang. Padahal undangan itu ditandatangani ketua RW daerah ini.Dalam musyawarah itu tidak ada yang bersedia jadi pengurus masjid, sementara pengurus yang lama sudah pindah. Aku juga akhirnya yan

  • Suamiku Jadul   Ambisi Ucok

    PoV NiaTernyata tim sukses sudah mempersiapkan semua, begitu aku iyakan, baliho sudah berdiri di pintu gerbang desa kami, juga di simpang. Bupati ini benar-benar serius. "Go, go, Nia, Membangun dari Desa," begitu tulisan di baliho raksasa, fotoku dan foto bupati terpangpang besar. Go, go itu sendiri artinya dalam bahasa Mandailing adalah kuat. Aku hanya duduk manis di rumah, semua dikerjakan tim sukses, dan seluruh dana ditanggung bupati. Katanya dia menghabiskan kebun sawit dua ratus hektar untuk daftar bupati ini.Hari itu Sandy datang berkunjung ke rumah, aku tentu heran, Butet sedang tidak ada di rumah, katanya dia ada ekstra kulikuler di sekolah."Butet belum pulang," kataku sambil mempersilahkan masuk."Aku datang mau bertemu Tante dan Om," jawab Sandy."Ada apa?" tanya Bang Parlin."Jangan terkejut ya, Om, Tante, kata Sandy serata mengeluarkan laptopnya,""Ada apa sih, Sandy, buat deg-degan aja," kataku."Ini, Tante, sebenarnya ini sudah dua Minggu lalu kejadiannya, tapi Uc

  • Suamiku Jadul   Jalan Berliku Menuju Sukses

    "Maju lo, kalau berani!" kataku lagi. Entah kenapa aku merasa tertantang jika bertemu orang seperti ini. Darah mudaku terasa bergolak. Satu temannya mengambil sesuatu dari mobil, satu lagi maju. Kami beradu pukulan beberapa kali, dua pukulanku membuat pria itu terpojok di dinding ruko orang. Ada yang aneh di sini, kalau di kampung ada keributan, orang-orang akan keluar rumah. Di sini, orang-orang justru menutup pintu, ruko yang di samping tadi masih terbuka pintunya kini sudah tutup.Akhirnya ada juga pengendara motor yang berhenti, akan tetapi mereka bukan membantu atau melerai, akan tetapi justru merekam. Aku makin emosi, darah mudaku makin mendidih, beberapa kali pukulanku mendarat di perut pria tersebut, akan tetapi tiba-tiba sebuah pukulan benda tumpul mendarat di kepalaku, aku memegang kepala, terasa dingin, ternyata darah sudah mengucur. Dua orang itu lalu pergi meninggalkanku, sebelum mereka pergi, bahuku masih sempat kena pukulan. Aku ambil HP, menghubungi Bang Bangbang,

  • Suamiku Jadul   Salsabila Dapat Hidayah?

    PoV UcokBang Bambang benar, ternyata uang kami kurang untuk bangun kamar mandi tersebut, belum selesai dananya sudah habis. Jika kamar mandi tetap yang satu itu, kamar yang baru selesai akan sulit untuk dikontrakkan. Karena kamar mandi yang lain tempat. "Begini saja, Ucok, upah saya gak usah dikasih dulu, semua uangnya belikan bahan, upahku belakanganya saja," usul dari Bang Bambang. Selama ini aku memang menggajinya harian. Kata orang gaji di kota ini dua ratus ribu perhari, segitu lah dia kugaji."Gak bisa begitu, Bang, ada hadis yang artinya, Bayarlah upah pekerja itu sebelum keringatnya kering," kataku."Wah, salut sama Kamu, Cok, masih muda tau agama dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari."Berapa lagi kira-kira butuhnya, Bang?" tanyaku pada Bang Bambang."Kira-kira lima belas jutaan lagi, Cok, baru leluasa," kata Bang Bambang.Padahal, sekali telepon ke orang tua, pasti diberikan, akan tetapi aku ingin mandiri, berdiri di atas kami sendiri, tanpa menyusahkan orang tua

  • Suamiku Jadul   Go, Go, Nia

    Hari Minggu adalah hari merdeka bagiku, sehabis salat subuh aku bisa tiduran lagi, karena Butet tidak sekolah, dia yang urus Cantik pagi hari. Bangun jam delapan pagi sudah ada sarapan yang dimasak Bang Parlin.Selesai sarapan, ada telepon dari Pak Bupati."Assalamualaikum, Bu Kades," salam bupati dari seberang sana," "Waalaikum salam,""Saya tahu, besok waktu terakhir batasan waktu ibu berpikir itu, tapi kok saya tidak sabaran ya," kata bupati itu lagi."Besok saja saya kasih kepastian, Pak,""Hari ini saja, saya undang ibu dan keluarga makan siang di Lopo Saba," kata bupati itu lagi. Lopo Saba adalah salah satu restoran yang baru buka di daerah kami, warung lesehan yang berada di pinggir sawah, menunya masakan khas Mandailing. "Baik, Pak, kami datang," jawabku."Saya berharap, jika nanti sudah ada jawaban kepastian, karena kita harus gerak cepat, kita butuh puluhan ribu tanda tangan untuk persyaratan mendaftar ke KPU," kata bapak itu lagi."Baik, Pak,""Bang, Butet!" aku berteriak

  • Suamiku Jadul   Naik Haji Atau Naik Jabatan

    Aku benar-benar khawatir sekali dengan anakku itu, dugaanku kemarin dia menelepon mau mengadu, akan tetapi tak mau menyusahkan orang tua. Aku ambil HP, coba hubungi Ucok, akan tetapi tak tersambung, HP -nya bahkan tidak aktif. Aku jadi makin khawatir, tak bisa kubayangkan anakku di tahanan polisi.Butet datang, begitu datang dia langsung ikut menonton video tersebut."Butet, Mamak mau ke Jakarta, kalian di sini duku ya?" kataku pada Butet."Cantik?""Mamak bawa,""Mamak baru sehat,""Abangmu dapat masalah, Tet,"Sementara Butet terus memperhatikan video itu."Mak, bukankah ini Annisa?" kata Butet."Nggaklah, Annisa berjilbab panjang, rambutnya gak mungkin pirang," mataku kemudian."Ini Annisa, Mak," kata Butet serata memperbesar foto screenshot."Iyakah?" "Aku yakin ini Annisa, Ayah telepon dulu Pak Ali Akhir," kata Butet.Tepat dugaanku, wanita cantik adalah kelemahan anakku ini, dia pasti sudah dirayu Annisa dan mengajaknya ke tempat hiburan malam."Assalamualaikum, Pak," terdenga

DMCA.com Protection Status