Beranda / Pernikahan / Suamiku Bukanlah Milikku / Bab 6 - Merasa Dejavu

Share

Bab 6 - Merasa Dejavu

Penulis: Ratu Halu
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-16 10:17:35

Pagi-pagi sekali, aku sudah selesai mandi dan tentunya sudah berpenampilan rapi. Akan tetapi, kedua mataku berkaca-kaca pada saat diriku menatap pantulan diri ini pada cermin, apakah dulu aku sangat tidak menarik? Seperti badut Ancol, katanya.

Sakit, sungguh menyakitkan jika kembali mengingat bagaimana Wijaya menghina ku secara blak-blakan kala itu. Jika bukan karena terlalu sibuk mengurus kepentingan nya, mungkin sejak dulu aku sudah rajin mempercantik diri.

Jika ingin saling menyalahkan, tidak akan ada habisnya. Bagaimanapun dulu ku berbakti kepadanya, semuanya tak akan aku sesali, itu semua sudah ku ikhlaskan, hanya saja rasa sakit saat mengetahui perselingkuhan mereka yang sudah terjadi cukup lama, rasanya butuh waktu yang panjang untuk bisa memaafkan sekaligus melupakan.

“Kak, minta tolong dong. Belikan aku makanan untuk sarapan, beli pakai gojek online atau apa kek, yang penting cepat sampai!”

Huft, bisa-bisanya dia meminta ku untuk melayaninya seperti itu di saat semuanya sudah dia hancurkan, dia memang adik kandungku, tetapi semakin lama sikapnya tak bisa ku toleransi lagi. Bisa saja aku menuruti semua keinginan dan perintah nya, tetapi itu sudah bukan urusan ku lagi.

“Ya ampun, Kak! Kenapa masih diam! Kakak nggak tuli, kan?!”

Aku menghela napas berat lalu ku hembuskan perlahan, berusaha untuk tetap elegan dikala emosi ini mulai menguasai diriku, “Apa katamu? Tuli? Harusnya aku yang bertanya, sejak kapan kamu lumpuh, hmm? Kedua kakimu masih sehat, kan? Kedua tanganmu masih baik-baik saja, kan? Lantas, kenapa harus memerintah orang untuk melakukan segalanya?!” hardik ku, sembari menatap kedua matanya.

“Kamu itu kakakku! Bukan orang lain, jadi nggak ada salahnya kalau aku memerintah kakak sendiri,” cicitnya yang sangat tidak tahu malu.

Sumpah, jika ini bukan hidup di dunia penuh dengan keadilan, mungkin sejak tadi sudah ku jambak lagi rambutnya seperti dulu, mengurungkan niat untuk tidak melakukan itu lagi karena proses hukum pasti akan dia bahas, karena bagaimanapun juga ada beberapa urusan yang belum diselesaikan oleh kami, seperti sidang perceraian antara aku dan Wijaya belum selesai, dan juga pembagian harta warisan beserta harta gono-gini belum maksimal diselesaikan.

Sebelum semuanya terselesaikan sampai tuntas, ku tahan emosi ini sampai benar-benar ada waktunya untuk ku lampiaskan jika Ayu ataupun Wijaya mencoba menguji kesabaran ku lagi seperti hari ini.

Ayu masih diam sembari menatapku, dia terlihat seperti orang lain semenjak ku memergoki dia tengah berkhianat dengan mantan suamiku sendiri, sama sekali bukan adikku yang dulu.

Raganya mungkin masih sama, tetapi sikap dan isi hatinya sudah bukan lagi Ayu adikku yang dulu tumbuh besar bersamaku.

“Kenapa kamu masih di sini, bukankah kamu sudah ku persilakan untuk memakai rumah kita agar kamu puas,” tegur ku padanya, tetapi Ayu masih menatapku dengan tatapan seperti tadi.

Tatapan seperti apa itu? Menuntut? Memerintah? Atau mengancam? Entahlah, lebih jelasnya itu adalah tatapan orang yang benar-benar tidak bersahabat.

“Kalau orang bertanya itu langsung jawab, kenapa kamu sekarang menjadi seperti ini, sih, Yu? Apa yang telah membuat mu berubah menjadi diri orang lain?” tanyaku lagi, kini lebih santai.

Dia berpindah posisi, sekarang tengah duduk di pinggir ranjang sembari mengacak-acak rambutnya sendiri, dia menunduk tak mengatakan apapun lagi padaku.

Ada apa dengannya? Selain sering marah-marah, dia pun sering bersikap aneh tak jelas seperti sekarang. Masih sangat pagi untuk bertengkar, lebih baik ku biarkan saja dia melakukan apapun yang dia inginkan hari ini.

***

Sejak tadi pagi hingga sore, Ayu masih saja menekuk wajahnya, tanpa mengatakan apapun padaku, lagi pula aku juga tidak ingin tahu apa yang terjadi padanya, hanya sedikit penasaran saja.

Tadinya memang aku ingin sekali bertanya padanya kenapa dia datang ke apartemen tanpa mau pulang? Akan tetapi, dering telepon yang aku yakin itu bukan berasal dari ponsel ku, terus berdering sampai membuat ku pening mendengarnya.

“Yu, apa itu suara ponsel mu? Kenapa dibiarkan begitu saja? Itu panggilan segera jawab lah, aku pusing mendengarnya,” protes ku.

Dia tak menjawab, tetapi yang aku lihat dia bermain dengan ponsel nya entah melakukan apa lalu kemudian dia menyimpan ponsel nya di dalam tumpukan bantal.

“Benar-benar aneh, ya sudah ... kalau kamu mau makan tinggal pesan saja sendiri, jangan manja. Aku akan pergi untuk mengurusi urusan ku, jangan menunggu ku jika ingin makan segera lah makan,” pamit ku, menatapnya sebentar lalu melenggang untuk segera menyelesaikan suatu urusan.

Benar-benar kota hujan ini tidak membuat ku bosan untuk tetap menetap walaupun sudah banyak hal menyakitkan yang telah dilalui selama hidup, aku memang sudah membuat janji dengan seseorang sebelum pergi dari apartemen, tetapi tidak berharap akan menunggu lama seperti ini juga.

Cafe yang saat ini ku pilih untuk bertemu dengan seseorang itu cukup ramai, sengaja memang, agar tak ada fitnah nantinya jika seseorang itu sudah datang.

Sembari menunggu, aku pun sudah memesan jus kesukaan ku untuk sekadar menyejukkan tenggorokan, belum terpikirkan akan pesan makanan atau tidak jika seseorang itu belum datang.

“Hmm, maaf telah membuat mu menunggu lama,” ucap seseorang.

Aku menoleh ke arahnya, “Ah, ya tidak masalah, Ndre.”

“Apa kamu sudah memesan makanan? Kenapa harus bertemu di tempat ramai seperti ini, saya sedikit risih,” protes Andre.

Dia sudah duduk berhadapan denganku, akan tetapi dia masih saja protes ini dan itu, sama seperti dirinya yang dulu. Yah, aku benar-benar dejavu jika sudah mengingat kembali tentang masa lalu bersamanya.

“Hei? Kok bengong? Kamu baik-baik saja, kan?” tanya Andre, dia membuat ku tersadar dari lamunan ini.

“Aku baik, tentu saja baik.”

“Kamu ada apa? Meminta saya datang pada sore hari di tempat ramai, dan tempat nya adalah tempat ... ah baiklah langsung katakan ada apa, Mawar.”

Kenapa dia tidak melanjutkan ucapannya? Ternyata, dia masih ingat tempat ini, tempat di mana pertama kali kita menjadi kekasih, pertama kali dia mengatakan perasaannya padaku, dengan cara mengumumkan perasaan itu pada semua orang yang ada di tempat ini, sama seperti sekarang ramai.

“Mawar, kamu sepertinya benar-benar harus ke rumah sakit, terlalu banyak bengong dan menakutkan bagi saya,” cicit Andre dengan tingkahnya yang lucu, seperti dulu.

“Ha ha, apaan, sih, kamu. Rumah sakit jiwa maksud kamu, hmm? Sembarangan, oke biarkan aku langsung mengatakan apa yang ingin aku katakan padamu, tolong serius untuk kali ini,” ucapku, masih ragu sebenarnya.

“Oke, saya akan serius. Katakan, ada apa Mawar? Ada yang bisa saya bantu?” tanya Andre.

“Apakah kamu benar-benar seseorang yang menjadi ahli waris dari harta kekayaan mendiang orang tuaku? Bukan, bukan maksudnya aku ingin membahas perihal harta, tapi hanya ingin memastikan ini fakta atau hanya trik untuk mengalahkan mereka, katakan padaku yang sebenarnya, Ndre.”

“Jika saya berbohong, itu sama saja saya menyalahgunakan posisi saya sebagai pengacara, percayalah ... semua itu memang fakta, sembuh dari sakit yang sempat saya ceritakan padamu, saya sudah mengurus nya dengan rapi, tapi jangan tanya terlebih dahulu bagaimana ceritanya, akan ada saatnya kamu tahu semuanya, diwaktu yang tepat,” jawab Andre, dengan tatapan yang bisa ku lihat adalah keseriusan.

Aku masih diam, sedang memikirkan bagaimana caranya untuk segera mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, tetapi jangan sampai aku terkesan seperti memaksa dan terlihat seperti meragukan kebaikan Andre.

“Jangan berpikir yang tidak-tidak, saya bukan orang yang licik, seharusnya kamu lebih percaya pada saya sejak awal, bukan pada orang yang baru kamu kenal,” cecar Andre.

Memang benar apa yang dia ucapkan, aku benar-benar salah dan bodoh dimasa lalu, itu semua biarlah menjadi kebodohan ku yang akan terus ku sesali.

“Jadi, hanya itu yang ingin kamu bahas dengan saya? Hanya itu di tempat ini?” tanya Andre kemudian dia tertawa kecil.

Apa yang dia tertawakan? Dia benar-benar sangat menjengkelkan jika sudah kambuh pada sikapnya yang usil, tentu saja usil, sering sekali membuat ku gelagapan saat menghadapi dirinya.

Ratu Halu

Guys kalau kalian ketemu typo kasih tahu oke? Jangan sungkan komentar.

| Sukai
Komen (49)
goodnovel comment avatar
Ayan Reva
Andre benar . Harusnya dy gk terbujuk rayuan buaya nya Wijaya...... Ngomong2 Ayu kok sgtu mnyebalkn nya sih,ihhh Mawar jgn sia-siain waktu km lg untuk peduli sm Rubah betina mcam Ayu
goodnovel comment avatar
Ayan Reva
Kamu harusnya bisa membedakan mana yg tlus atau hanya modus, Mawar.
goodnovel comment avatar
Emeli Emelia
benar mawar kayanya Andre orang baik dan juga gk licik kaya Wijaya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku Bukanlah Milikku    Bab 7 - Kegilaan Wijaya

    “Hello? Apakah masih ada orang?”Aku merasakan ada air yang terkena wajahku saat ini, benar saja ternyata Andre pelakunya. Benar-benar usil dan menjengkelkan, bagaimana mungkin bisa sudah berkepala tiga masih saja bersikap seperti dulu. Andre tetaplah Andre yang dulu aku kenal dengan sangat baik.“Nah, gitu dong. Masa harus dikepret dulu sama air baru sadar, kebiasaan,” cicit Andre masih dengan tawanya.“Ish, Andre! Hentikan, aku basah jadinya.”Setelah dia berhenti usil, aku baru menyadari bahwa air yang sedari tadi terkena wajahku adalah jus bukan hanya air biasa, oh Andre! Pantas saja wajah ini sangat lengket tak nyaman dirasa, ingin rasanya ku balas semua ulahnya hari ini akan tetapi dering telepon berhasil membuyarkan semua yang terjadi.Ku periksa ternyata bukan ponsel ku, lalu aku menatapnya dengan tatapan mata bertanya, seperti sudah mengerti akan arti dari kode mataku, Andre pun memeriksa ponsel nya masih berada di hadapan ku.Sesaat dia diam, aku pun diam menunggu pergerakan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-03
  • Suamiku Bukanlah Milikku    Bab 8 - Ide Ku Berujung Tanda Tanya

    “Sungguh gila! Lepaskan, jangan macam-macam denganku, Wijaya!”Sudah berusaha untuk melarikan diri darinya, tetapi tetap saja sekuat apapun tenaga seorang wanita, akan tetap terkalahkan oleh tenaga laki-laki, apalagi seorang Wijaya. Jika dengan melarikan diri tidak berhasil dengan mudah, untuk mempercepat waktu, aku harus menggunakan cara yang lain.“Kenapa kamu ingin melarikan diri, hah? Apa kamu lupa? Sampai saat ini, kamu masih istriku, ada hak dalam dirimu!” hardiknya.Ku tatap kedua matanya yang terlihat sangat tajam, terkadang aku bisa melunak hanya dengan tatapan seperti itu, tetapi setelah kembali mengingat apa yang sudah terjadi, rasa itu perlahan semakin memudar dengan sendirinya.Rasa yang memang sudah salah sejak awal, tidak seharusnya dulu aku menyalahkan Andre atas apa yang terjadi, dan tidak seharusnya langsung percaya begitu saja pada sosok Wijaya, laki-laki yang bahkan semula tidak ku kenali.Ada beberapa hal juga yang belum bisa ku temukan jawabannya, seakan-akan eng

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-08
  • Suamiku Bukanlah Milikku    Bab 9 - Ku tak ingin tahu lagi!

    “Apa sebenarnya yang dia inginkan dariku? Bisa-bisanya, uff. Aku harus lebih cepat darinya, jika dia terus menganggu, bagaimana cara ku untuk bisa melupakannya?!”Semenjak kejadian di dalam mobil itu, aku tidak bisa melupakan segalanya walaupun sedikit, benar-benar tidak habis pikir dengan semua yang terjadi begitu saja.Sesampainya di apartemen pun, aku tidak melihat sosok Ayu, entah pergi ke mana dia, yang terpenting untuk saat ini adalah sangat membutuhkan keheningan untuk menyendiri dan berpikir jernih.Tidak harus terburu-buru untuk melupakannya, hanya saja semakin dia bertindak seenaknya, akan semakin sulit juga proses nya, itu saja yang ku takuti, dan tak ku inginkan.“Dari mana? Gak punya hati banget sama adik sendiri, gak mikir apa adiknya makan atau belum, kejam amat!”Baru saja napas ini bisa ku hela dengan tenang, tiba-tiba saja terdengar suara nyaring yang sudah tidak asing lagi bagi telingaku, setelah ku tengok ke belakang ternyata benar dia orangnya.“Apa? Kenapa cuma m

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • Suamiku Bukanlah Milikku    Bab 1 - Pengkhianatan

    Di sudut kamar, aku menatap dia yang senyum-senyum sendiri padahal dia hanya menatap ponselnya. Memang akhir-akhir ini hubungan antara kami kurang baik, bahkan di saat aku mengajaknya bercinta dia selalu menolak berbagai alasan, seperti kemarin malam yang membuatku kesal tetapi harus bisa selalu mengerti.“Mas, malam ini, ya. Lihat deh Adek udah rapi dan cantik untuk Mas seorang, cantik, ya, kan?” tanyaku waktu itu.Dia menoleh ke arahku saja tidak, bahkan dia hanya menjawab simple dan menyakitkan bagiku seorang istri yang teramat sangat menyayanginya.“Ya, nanti saja,” jawabnya hanya itu.“Kok gitu terus, sih, Mas? Kenapa selalu menundanya padahal Mas sendiri yang menginginkan seorang anak dalam rumah tangga kita,” ucapku sedikit merajuk.“Aku bilang nanti saja! kamu tuli hah? Perbaiki wajahmu itu sudah seperti badut di Ancol,” tukasnya dengan meninggalkan aku begitu saja.Aku tidak bisa menahan bulir air mata ini lagi, membiarkan bulir-bulir air mata terus menetes membasahi bantal y

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-06
  • Suamiku Bukanlah Milikku    Bab 2 - Sedikit Terungkap

    Ku tunggu kedatangan mereka yang sudah berjanji akan datang pada pagi hari, bahkan untuk sekadar memberi kabar saja tidak mereka lakukan. Menunggu dan terus saja begitu, ku tengok ke dalam ternyata semuanya sudah hampir siap.Di mana kamu, Wijaya? Kenapa tidak datang tepat waktu pada kesempatan ini, kesempatan untuk yang terakhir kalinya bertemu denganku. Setelah kejadian satu bulan silam dia dengan teganya menalak dan lebih memilih adikku, sampai saat ini pun kami belum bertemu.“Dengan Ibu Mawar?”“Ah, iya, dengan saya sendiri. Mohon maaf, tunggu sebentar lagi, ya.”Hanya itu yang bisa ku jawab dari sekian banyaknya jawaban. Waktu terus-menerus bergulir, berlalu dengan sangat cepat. Aku bisa saja menunggu mereka ratusan hari karena memang ini akan menjadi akhir bagiku, hanya saja pihak pengadilan agama sudah tidak bisa menunggu lagi.Pada akhirnya pun sidang perceraian diundur untuk waktu yang lumayan lama lagi, entah apa yang harus ku katakan, dan lakukan. Haruskah aku bahagia? Kar

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-06
  • Suamiku Bukanlah Milikku    Bab 3 - Ada Apa Lagi?

    “Andre, akan ku ulangi lagi pertanyaan yang sama, apa benar semuanya terjadi karena jebakan dari Wijaya? Katakan, atau aku akan melakukan hal yang nggak akan kamu terima!”“Memangnya apa yang ingin kamu lakukan jika saya tidak memberitahu ataupun menjawab, hmm?”“Aku akan bertindak! Karena ini semua menyangkut ....”Aku heran, kenapa setiap ku tatap wajahnya, dia kembali seperti semula sikapnya. Menghangatkan dan bahkan semua masalah yang ada seperti tidak pernah terjadi diantara kami, apa memang benar? Selama ini, kami tidak pernah selesai.“Apa? Katakan, kamu akan melakukan apa jika saya tidak menjawab? Jangan lakukan hal bodoh seperti dulu, kamu itu wanita karir, wanita yang semula tidak percaya akan pembodohan karena cinta, tapi apa? Kamu memakan ucapanmu sendiri dengan menikahinya karena dendam pada saya.”“Aku nggak melakukan itu, aku menikah dengannya atas nama cinta, bukan karena ingin membalas dendam padamu.”“Bisa saja saya percaya padamu, tapi? Saya tidak percaya.”“Dia saj

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-06
  • Suamiku Bukanlah Milikku    Bab 4 - Keserakahan Dibalas Kepintaran

    “Kalian?” Aku terkejut, bukan karena melihat kedatangan mereka berdua, tetapi ada orang lain yang ikut datang, aku tahu betul itu adalah seorang pengacara dari pihak mantan suamiku.“Nggak usah repot-repot, tanpa disuruh masuk pun masih ada hak nya kekasih ku, ayo ... langsung masuk, abaikan dia!”Ayu, adik kandung yang selama ini sudah ku besarkan dan ku beri dia kasih sayang yang tulus, ternyata dia juga yang telah membuat kehancuran pada hidup ku ini.Tanpa ingin berlama-lama menjadi sosok wanita lemah yang selalu dianggap bodoh, lebih baik ku telan perih dalam dada untuk sementara waktu, sampai pada tiba waktunya semuanya akan ku balas dengan keberhasilan ku.Di ruang tengah, kami mendiskusikan harta gono-gini yang sangat diinginkan oleh pihak mereka, akan tetapi pada saat diriku akan mengajukan pertanyaan penting, sosok pengacara itu seperti dengan sengaja berada di pihak ku, padahal kami tidak saling mengenal sebelumnya hanya cukup tahu saja. Bahkan, dia adalah pengacara nya man

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-06
  • Suamiku Bukanlah Milikku    Bab 5 - Antara Harta, Tahta, dan Cinta

    Pulang ke rumah untuk menyimpan beberapa yang ku beli tadi, memastikan juga apakah mereka masih mengikuti ku atau tidak, sejauh ini belum ada siapapun di luar, aku rasa memang keduanya berhenti saat di toko tadi.“Apa yang harus ku lakukan sekarang? Andre mati-matian membuktikan semuanya padaku, bahwa dimasa lalu dia sama sekali tak bersalah.”“Oh, iya? Lalu siapakah yang bersalah dimasa lalu? Aku, begitu maksudmu?”Ku terperanjat melihat sosok yang sudah ada di hadapan ku saat ini, sejak kapan dia ada di dalam rumah? Dan sejak kapan juga aku menjadi seseorang yang ceroboh, tidak mengganti kunci pintu rumah ini.Bagaimanapun juga aku tahu, jikalau dia masuk secara diam-diam mungkin karena bantuan kunci cadangan yang lama, dia masih simpan itu, atau ada cara lain? Entahlah ku tak ingin berpikir banyak saat ini.“Kenapa diam? Jawab, siapa yang dulu bersalah jika bukan laki-laki itu!”“Kamu, kamu lah seseorang yang sejak dulu bersalah tapi tak pernah mau mengaku salah, kamu juga yang mel

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-13

Bab terbaru

  • Suamiku Bukanlah Milikku    Bab 9 - Ku tak ingin tahu lagi!

    “Apa sebenarnya yang dia inginkan dariku? Bisa-bisanya, uff. Aku harus lebih cepat darinya, jika dia terus menganggu, bagaimana cara ku untuk bisa melupakannya?!”Semenjak kejadian di dalam mobil itu, aku tidak bisa melupakan segalanya walaupun sedikit, benar-benar tidak habis pikir dengan semua yang terjadi begitu saja.Sesampainya di apartemen pun, aku tidak melihat sosok Ayu, entah pergi ke mana dia, yang terpenting untuk saat ini adalah sangat membutuhkan keheningan untuk menyendiri dan berpikir jernih.Tidak harus terburu-buru untuk melupakannya, hanya saja semakin dia bertindak seenaknya, akan semakin sulit juga proses nya, itu saja yang ku takuti, dan tak ku inginkan.“Dari mana? Gak punya hati banget sama adik sendiri, gak mikir apa adiknya makan atau belum, kejam amat!”Baru saja napas ini bisa ku hela dengan tenang, tiba-tiba saja terdengar suara nyaring yang sudah tidak asing lagi bagi telingaku, setelah ku tengok ke belakang ternyata benar dia orangnya.“Apa? Kenapa cuma m

  • Suamiku Bukanlah Milikku    Bab 8 - Ide Ku Berujung Tanda Tanya

    “Sungguh gila! Lepaskan, jangan macam-macam denganku, Wijaya!”Sudah berusaha untuk melarikan diri darinya, tetapi tetap saja sekuat apapun tenaga seorang wanita, akan tetap terkalahkan oleh tenaga laki-laki, apalagi seorang Wijaya. Jika dengan melarikan diri tidak berhasil dengan mudah, untuk mempercepat waktu, aku harus menggunakan cara yang lain.“Kenapa kamu ingin melarikan diri, hah? Apa kamu lupa? Sampai saat ini, kamu masih istriku, ada hak dalam dirimu!” hardiknya.Ku tatap kedua matanya yang terlihat sangat tajam, terkadang aku bisa melunak hanya dengan tatapan seperti itu, tetapi setelah kembali mengingat apa yang sudah terjadi, rasa itu perlahan semakin memudar dengan sendirinya.Rasa yang memang sudah salah sejak awal, tidak seharusnya dulu aku menyalahkan Andre atas apa yang terjadi, dan tidak seharusnya langsung percaya begitu saja pada sosok Wijaya, laki-laki yang bahkan semula tidak ku kenali.Ada beberapa hal juga yang belum bisa ku temukan jawabannya, seakan-akan eng

  • Suamiku Bukanlah Milikku    Bab 7 - Kegilaan Wijaya

    “Hello? Apakah masih ada orang?”Aku merasakan ada air yang terkena wajahku saat ini, benar saja ternyata Andre pelakunya. Benar-benar usil dan menjengkelkan, bagaimana mungkin bisa sudah berkepala tiga masih saja bersikap seperti dulu. Andre tetaplah Andre yang dulu aku kenal dengan sangat baik.“Nah, gitu dong. Masa harus dikepret dulu sama air baru sadar, kebiasaan,” cicit Andre masih dengan tawanya.“Ish, Andre! Hentikan, aku basah jadinya.”Setelah dia berhenti usil, aku baru menyadari bahwa air yang sedari tadi terkena wajahku adalah jus bukan hanya air biasa, oh Andre! Pantas saja wajah ini sangat lengket tak nyaman dirasa, ingin rasanya ku balas semua ulahnya hari ini akan tetapi dering telepon berhasil membuyarkan semua yang terjadi.Ku periksa ternyata bukan ponsel ku, lalu aku menatapnya dengan tatapan mata bertanya, seperti sudah mengerti akan arti dari kode mataku, Andre pun memeriksa ponsel nya masih berada di hadapan ku.Sesaat dia diam, aku pun diam menunggu pergerakan

  • Suamiku Bukanlah Milikku    Bab 6 - Merasa Dejavu

    Pagi-pagi sekali, aku sudah selesai mandi dan tentunya sudah berpenampilan rapi. Akan tetapi, kedua mataku berkaca-kaca pada saat diriku menatap pantulan diri ini pada cermin, apakah dulu aku sangat tidak menarik? Seperti badut Ancol, katanya.Sakit, sungguh menyakitkan jika kembali mengingat bagaimana Wijaya menghina ku secara blak-blakan kala itu. Jika bukan karena terlalu sibuk mengurus kepentingan nya, mungkin sejak dulu aku sudah rajin mempercantik diri.Jika ingin saling menyalahkan, tidak akan ada habisnya. Bagaimanapun dulu ku berbakti kepadanya, semuanya tak akan aku sesali, itu semua sudah ku ikhlaskan, hanya saja rasa sakit saat mengetahui perselingkuhan mereka yang sudah terjadi cukup lama, rasanya butuh waktu yang panjang untuk bisa memaafkan sekaligus melupakan.“Kak, minta tolong dong. Belikan aku makanan untuk sarapan, beli pakai gojek online atau apa kek, yang penting cepat sampai!”Huft, bisa-bisanya dia meminta ku untuk melayaninya seperti itu di saat semuanya sudah

  • Suamiku Bukanlah Milikku    Bab 5 - Antara Harta, Tahta, dan Cinta

    Pulang ke rumah untuk menyimpan beberapa yang ku beli tadi, memastikan juga apakah mereka masih mengikuti ku atau tidak, sejauh ini belum ada siapapun di luar, aku rasa memang keduanya berhenti saat di toko tadi.“Apa yang harus ku lakukan sekarang? Andre mati-matian membuktikan semuanya padaku, bahwa dimasa lalu dia sama sekali tak bersalah.”“Oh, iya? Lalu siapakah yang bersalah dimasa lalu? Aku, begitu maksudmu?”Ku terperanjat melihat sosok yang sudah ada di hadapan ku saat ini, sejak kapan dia ada di dalam rumah? Dan sejak kapan juga aku menjadi seseorang yang ceroboh, tidak mengganti kunci pintu rumah ini.Bagaimanapun juga aku tahu, jikalau dia masuk secara diam-diam mungkin karena bantuan kunci cadangan yang lama, dia masih simpan itu, atau ada cara lain? Entahlah ku tak ingin berpikir banyak saat ini.“Kenapa diam? Jawab, siapa yang dulu bersalah jika bukan laki-laki itu!”“Kamu, kamu lah seseorang yang sejak dulu bersalah tapi tak pernah mau mengaku salah, kamu juga yang mel

  • Suamiku Bukanlah Milikku    Bab 4 - Keserakahan Dibalas Kepintaran

    “Kalian?” Aku terkejut, bukan karena melihat kedatangan mereka berdua, tetapi ada orang lain yang ikut datang, aku tahu betul itu adalah seorang pengacara dari pihak mantan suamiku.“Nggak usah repot-repot, tanpa disuruh masuk pun masih ada hak nya kekasih ku, ayo ... langsung masuk, abaikan dia!”Ayu, adik kandung yang selama ini sudah ku besarkan dan ku beri dia kasih sayang yang tulus, ternyata dia juga yang telah membuat kehancuran pada hidup ku ini.Tanpa ingin berlama-lama menjadi sosok wanita lemah yang selalu dianggap bodoh, lebih baik ku telan perih dalam dada untuk sementara waktu, sampai pada tiba waktunya semuanya akan ku balas dengan keberhasilan ku.Di ruang tengah, kami mendiskusikan harta gono-gini yang sangat diinginkan oleh pihak mereka, akan tetapi pada saat diriku akan mengajukan pertanyaan penting, sosok pengacara itu seperti dengan sengaja berada di pihak ku, padahal kami tidak saling mengenal sebelumnya hanya cukup tahu saja. Bahkan, dia adalah pengacara nya man

  • Suamiku Bukanlah Milikku    Bab 3 - Ada Apa Lagi?

    “Andre, akan ku ulangi lagi pertanyaan yang sama, apa benar semuanya terjadi karena jebakan dari Wijaya? Katakan, atau aku akan melakukan hal yang nggak akan kamu terima!”“Memangnya apa yang ingin kamu lakukan jika saya tidak memberitahu ataupun menjawab, hmm?”“Aku akan bertindak! Karena ini semua menyangkut ....”Aku heran, kenapa setiap ku tatap wajahnya, dia kembali seperti semula sikapnya. Menghangatkan dan bahkan semua masalah yang ada seperti tidak pernah terjadi diantara kami, apa memang benar? Selama ini, kami tidak pernah selesai.“Apa? Katakan, kamu akan melakukan apa jika saya tidak menjawab? Jangan lakukan hal bodoh seperti dulu, kamu itu wanita karir, wanita yang semula tidak percaya akan pembodohan karena cinta, tapi apa? Kamu memakan ucapanmu sendiri dengan menikahinya karena dendam pada saya.”“Aku nggak melakukan itu, aku menikah dengannya atas nama cinta, bukan karena ingin membalas dendam padamu.”“Bisa saja saya percaya padamu, tapi? Saya tidak percaya.”“Dia saj

  • Suamiku Bukanlah Milikku    Bab 2 - Sedikit Terungkap

    Ku tunggu kedatangan mereka yang sudah berjanji akan datang pada pagi hari, bahkan untuk sekadar memberi kabar saja tidak mereka lakukan. Menunggu dan terus saja begitu, ku tengok ke dalam ternyata semuanya sudah hampir siap.Di mana kamu, Wijaya? Kenapa tidak datang tepat waktu pada kesempatan ini, kesempatan untuk yang terakhir kalinya bertemu denganku. Setelah kejadian satu bulan silam dia dengan teganya menalak dan lebih memilih adikku, sampai saat ini pun kami belum bertemu.“Dengan Ibu Mawar?”“Ah, iya, dengan saya sendiri. Mohon maaf, tunggu sebentar lagi, ya.”Hanya itu yang bisa ku jawab dari sekian banyaknya jawaban. Waktu terus-menerus bergulir, berlalu dengan sangat cepat. Aku bisa saja menunggu mereka ratusan hari karena memang ini akan menjadi akhir bagiku, hanya saja pihak pengadilan agama sudah tidak bisa menunggu lagi.Pada akhirnya pun sidang perceraian diundur untuk waktu yang lumayan lama lagi, entah apa yang harus ku katakan, dan lakukan. Haruskah aku bahagia? Kar

  • Suamiku Bukanlah Milikku    Bab 1 - Pengkhianatan

    Di sudut kamar, aku menatap dia yang senyum-senyum sendiri padahal dia hanya menatap ponselnya. Memang akhir-akhir ini hubungan antara kami kurang baik, bahkan di saat aku mengajaknya bercinta dia selalu menolak berbagai alasan, seperti kemarin malam yang membuatku kesal tetapi harus bisa selalu mengerti.“Mas, malam ini, ya. Lihat deh Adek udah rapi dan cantik untuk Mas seorang, cantik, ya, kan?” tanyaku waktu itu.Dia menoleh ke arahku saja tidak, bahkan dia hanya menjawab simple dan menyakitkan bagiku seorang istri yang teramat sangat menyayanginya.“Ya, nanti saja,” jawabnya hanya itu.“Kok gitu terus, sih, Mas? Kenapa selalu menundanya padahal Mas sendiri yang menginginkan seorang anak dalam rumah tangga kita,” ucapku sedikit merajuk.“Aku bilang nanti saja! kamu tuli hah? Perbaiki wajahmu itu sudah seperti badut di Ancol,” tukasnya dengan meninggalkan aku begitu saja.Aku tidak bisa menahan bulir air mata ini lagi, membiarkan bulir-bulir air mata terus menetes membasahi bantal y

DMCA.com Protection Status