Share

Bab 6. Penjelasan Robin

Author: Aryan Lee
last update Last Updated: 2024-07-26 21:09:10

Untuk menghindar dari Robin, Nabilah kemudian masuk ke gang kecil dan berjalan tanpa arah. Sehingga ia tidak menemukan jalan ke luar dan hanya berputar-putar di kampung itu saja.

"Permisi Mbak, kalau mau ke jalan raya lewat mana ya?" tanya Nabilah pada salah satu warga.

"Lurus saja Mbak, terus belok kiri, habis itu ambil kanan dan lurus lagi sudah kelihatan kok jalan raya nya!" jawab wanita itu sambil memperhatikan Nabilah dengan saksama.

Nabilah mengikuti apa yang diberitahu wanita itu. Hingga akhirnya ia sampai di sebuah jalan, di mana banyak para preman sedang nongkrong.

"Permisi numpang lewat," ujar Nabilah dengan takut-takut.

"Ada cewek kesasar ni Bro, sepertinya kita perlu kenalan dulu," ujar salah saru preman sambil mendekati Nabilah.

Melihat pria itu Nabilah kemudian berseru, "Jangan mendekat! Mau apa kamu?"

"Galak banget sih, Abang cuma mau lihat wajah Neng doang, cantik apa nggak. Buka dong maskernya!" sahut preman itu sambil menggoda.

Para preman yang lainnya pun ikut menertawakan Nabilah dan salah satunya berseru, "Pepet terus!"

"Jangan ganggu aku, pergi kalian!" seru Nabilah yang mulai ketakutan, tetapi para preman itu semakin menertawakannya.

"Ya Allah tolong aku, Ibu, Bapak, Bilah takut!" Ia mulai gemetaran sambil meremas tali tas dengan kuat.

Namun, tiba-tiba tawa mereka seketika langsung mereda dan tidak berani melihat Nabilah lagi. Bukan gadis itu yang ditakutkan melainkan sosok yang berdiri di belakangnya. Tatapannya sangat garang, seolah mengatakan jangan ganggu milikku dan siap menerjang siapa pun yang berani melawannya.

"Bubar kalian!" seru orang itu dengan lantang. Para preman itu langsung pergi tanpa ada yang berani membantah. "Kamu ngapain ke sini, kampung ini tidak aman untukmu, Nabilah?" tanya Robin ketika berada di samping istrinya dengan heran.

Nabilah tampak lega dan merasa tenang. Seandainya tidak ada Robin, pasti ia sudah dilecehkan oleh para preman itu.

"Ha-habis dari rumah salah satu murid dan Bilah ke sasar, Bang," jawab Nabilah sambil tertunduk.

Robin tampak menghela nafas panjang dan berkata, "Dengar baik-baik Nabilah, Abang paling benci dibohongi!"

Nabilah memberanikan diri menatap Robin dan menyahuti, "Bilah juga nggak suka dibohongi. Abang habis ngapain ke luar dari rumah bersama wanita itu?"

Robin mengerti apa yang Nabilah pikirkan. Ia kemudian mengeluarkan ponsel dari kantong celana levis yang dikenakannya dan segera menghubungi seseorang, "Bawa motor dan jemput Sita, habis itu antar dia ke jalan Mawar sekarang juga!"

Mereka kemudian saling terdiam, hingga beberapa saat kemudian wanita yang dilihat Nabilah tadi, datang dan menghampiri Robin seraya bertanya, "Ada apa, Bang?"

"Tadi aku ngapain di rumah kamu, Sita?" tanya Robin dengan serius.

Sita yang heran kenapa tiba-tiba Robin bertanya seperti itu, segera menjawab dengan jujur, "Nengok Ibuku yang sedang sakit."

"Kamu boleh pergi dan tinggal motor itu!" seru Robin yang dijawab anggukan oleh wanita dan pria itu.

Robin kemudian menatap Nabilah dan bertanya, "Apalagi yang perlu Abang jelaskan?"

"Nggak ada," jawab Nabilah yang jadi malu sendiri karena telah salah sangka. Lagi-lagi ia mengetahui fakta yang baru tentang Robin.

"Ayo kita pulang, nanti Ibu marah kalau tahu kamu ke sini!" ajak Robin yang segera menaiki sepeda motor dan membonceng Nabilah meninggalkan kampung itu.

***

Bu Asma dan suaminya tampak cemas mengetahui Nabilah tidak ada dikontrakan. Padahal madrasah tempatnya mengajar sudah tutup. Ia juga sudah mengirim pesan kepada putrinya untuk langsung pulang. Akan tetapi, belum juga dibalas sampai sekarang. Hingga penantiannya berakhir ketika melihat anak dan menantunya datang.

"Dari mana kalian?" tanya Bu Asma ketika Nabilah dan Robin baru sampai di kontrakan.

Kedua pengantin baru itu seperti sedang disidang. Seolah melakukan sebuah kejahatan.

"Dari kampung rantau Bu," jawab Robin dengan jujur.

"Pasti kamu yang mengajak Nabilah ke sana. Buat apa, mau jadikan anak saya nggak benar?" tanya Bu Asma sambil melotot.

"Bilah pergi sendiri ke sana Bu karena mau bertemu dengan salah satu orang tua murid," jawab Nabilah terpaksa berbohong, sedangkan Robin memilih diam.

Bu Asma kembali marah." Ibu kan sudah bilang, kamu jangan mengajar di madrasah yang ada murid dari Kampung Rantau. Lagian buat apa kamu ngajar lagi, biarin Robin yang cari duit. Nanti dia keenakan makan tidur saja kerjanya!"

"Bu, jangan asal ngomong. Belum tentu sesuatu yang buruk itu tidak baik! Memangnya kenapa anak Kampung Rantau sekolah di madrasah? Banyak murid Bapak yang dari sana," ujar Pak Jamal yang tidak suka mendengar istrinya berkata seperti itu.

"Anak kita perempuan, jangan samakan dengan Bapak. Pasti Nabilah pergi ke sana ada hubungannya dengan Robin, iya kan?" sahut Bu Asma yang kian meradang.

Pak Jamal menatap putrinya dan bertanya, "Betul itu Bilah?"

"Bilah cuma mau tahu tempat kerja Bang Robin saja," jawab Nabilah yang tidak bisa berbohong lagi.

"Kamu kan bisa tanya di rumah. Untuk Nabilah dan Robin, suami istri itu harus saling terbuka dan percaya. Rumah tangga yang dijalani dengan kejujuran, Insya Allah akan sakinah, warohmah dan mawadah!" Pak Jamal memberikan nasehat kepada anak dan menantunya.

Robin menjawab singkat, "Iya Pak."

"Soal Bilah mengajar lagi, Bapak setuju saja. Asalkan Robin mengizinkan, selain itu agar tidak jenuh di rumah. Tapi ingat kamu harus mengutamakan kewajiban sebagai seorang istri!" pesan Pak Jamal kembali.

Bilah tampak mengangguk kecil tanda mengerti dan menyahuti, "Iya Pak."

"Kamu pasti belum makan kan Bilah. Ini Ibu masakin lauk kesukaanmu. Ingat ya cuma buat kamu!" tegas Bu Asma sambil melirik ke arah Robin dengan sinis.

"Nggak usah repot-repot Bu, Nabilah dan Bang Robin baru saja beli nasi Padang!" sahut Nabilah sambil menenteng bungkusan.

Bu Asma kemudian berseru, "Jangan dimakan, pasti kamu belinya di Kampung Rantau kan? Di sana tempatnya kotor, nanti sakit perut!"

"Jangan terlalu banyak mengatur Bu. Nabilah sudah besar bukan anak kecil lagi. Ayo kita pulang!" seru Pak Jamal kemudian.

Nabilah kemudian menyalami tangan ayah dan ibunya. Begitupun dengan Robin, tetapi Bu Asma langsung menarik tangannya dan bersikap acuh tak acuh.

"Abang ingin Bilah berjanji!" pinta Robin dengan serius.

Nabilah bertanya dengan heran, "Janji apa Bang?"

"Jangan pergi ke Kampung Rantau lagi. Percayalah, di sana tidak aman buat kamu! Kalau Bilah mau tanya apa pun, katakan saja. Abang akan jawab dengan jujur!" seru Robin yang mencemaskan keselamatan istrinya.

"Iya Bang, maaf Bilah sudah suudzon. Habis Bilah bingung bagaimana mungkin seorang preman punya banyak uang. Sampai bisa menyekolahkan anak-anak kurang mampu," sahut Nabilah yang takut suaminya seorang penjahat.

Robin kembali menjelaskan, "Abang kan sudah bilang jaga tempat pengepul. Jadi harus siap kapan pun barang datang. Tidak peduli itu tengah malam karena tempat itu menampung barang rongsokan bukan dari Kampung Rantau saja. Soal Abang banyak uang itu dari tabungan!"

Mendengar itu Nabilah menatap Robin dengan kagum. Ternyata suaminya adalah seorang pekerja keras dan ringan tangan. Tidak heran kalau anak-anak memanggilnya dengan sebutan Robin Hood.

"Maafkan Abang Bilah, belum waktunya kamu tahu siapa aku sebenarnya. Mungkin suatu hari nanti atau tidak sama sekali," gumam Robin yang tidak berniat menutupi jati dirinya.

***

Mentari mulai meninggi, setelah mengantar Nabilah pergi mengajar, Robin membeli nasi uduk. Lalu ia datang ke tempat kerja seperti biasanya.

"Aku dengar kemarin ada perempuan berhijab mencarimu, siapa dia?" tanya Tigor yang biasa mengelola tempat pengepul.

Robin menjawab singkat, "Gurunya Tegar."

"Oh, aku dengar juga katanya kau sudah menikah dengan kembang desa santri. Benar tidak kabar itu?" tanya Tigor ingin tahu.

Robin tidak heran pernikahannya dengan Nabilah sudah menyebar luas. Pasti warga heboh membicarakan gadis soleha yang menikah dengan seorang preman. Jadi percuma saja ia menutupi, cepat atau lambat Tigor akan tahu juga.

"Iya," jawab Robin singkat.

"Alamak, pantas saja belakangan ini kau suka uring-uringan. Bagaimana kau bisa menikah dengan gadis itu?" Tigor yang masih penasaran dan ingin tahu lebih banyak lagi.

Robin meletakan nasi uduk dan gorengan di atas meja sambil menjawab, "Panjang ceritanya."

"Kenalin dong sama kita-kita, ajak main ke sini!" pinta Tigor ingin mengenal wajah gadis yang telah menaklukan beruang gondrong itu.

"Itu tidak mungkin," sahut Robin sambil menghela nafas panjang.

Melihat ekspresi wajah Robin, Tigor kemudian menebak, "Pasti kedua orang tuanya tidak setuju."

"Begitulah, terutama Ibunya. Kalau tidak ingat jasa Pak Jamal, aku tidak akan mau menikah dengan gadis itu," ujar Robin kembali.

"Apa, kau menikah dengan putrinya Pak Jamal. Guru agama di madrasah di Kampung Santri?" tanya Tigor yang dijawab anggukan oleh Robin. "Pantas saja mereka tidak setuju karena kau dan gadis itu bagaikan bumi dan langit."

Robin memberikan jawaban singkat, "Makanya."

"Kalau tidak kuat lepaskan saja gadis itu daripada kau makan hati!" saran Tigor kemudian.

"Bagiku pernikahan bukan permainan dan gadis itu tidak aman kalau aku ceraikan!" ujar Robin yang mulai menceritakan kenapa bisa menikah Nabilah.

Tigor tampak mengangguk kecil dan memberikan pendapatnya, "Pasti pelaku sedang menunggu kesempatan untuk memiliki gadis itu."

"Itu yang aku takutkan, Nabilah akan selalu kujaga, meskipun harus menerima caci maki dari Ibunya yang sangat menyakitkan," sahut Robin yang mencemaskan keselamatan Nabilah.

"Mereka tidak tahu sih, kalau kamu itu sebenarnya--"

"Robin," panggil seorang wanita cantik yang tiba-tiba datang. Sorot matanya memancarkan kemarahan dan kecemburuan yang sangat mendalam.

"Risa," batin Robin yang tidak menyangka wanita itu datang menemuinya pagi ini.

Wajah Tigor pun berubah jadi tegang dan segera meninggalkan tempat itu sambil berkata, "Aku, mau sarapan dulu ya."

BERSAMBUNG

Related chapters

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 7. Dua Wanita Berbeda

    "Ada apa Ris?" tanya Robin dengan santai. "Apa benar kamu sudah menikah?" tanya Risa sambil menatap Robin dengan berkaca-kaca. Robin memberikan jawaban secara realistis, "Aku hanya ingin melindunginya, keselamatan gadis itu sedang terancam Ris?" "Harus kamu yang melakukannya?" tanya wanita yang memiliki mata indah itu. "Ya, aku hanya ingin membalas budi saja karena ayahnya telah menyelamatkan nyawaku," jawab Robin memberikan penjelasan. Tiba-tiba Risa memeluk tubuh Robin dengan erat seraya berkata, "Aku tidak bisa hidup, kalau sampai kau mencintai wanita lain." "Risa, jangan seperti ini. Memang pernikahanku tidak berdasarkan cinta. Tapi ada hati yang harus dijaga, tolong mengertilah!" ujar Robin sambil melepaskan pelukan Risa. "Sampai kapan kamu akan menikahinya?" tanya Risa yang tidak rela Robin dimiliki wanita lain. Robin memberikan jawaban, "Sampai ada laki-laki soleh dan bisa melindunginya dengan baik!" "Aku pegang kata-katamu," ujar Risa dengan penuh harap. Robi

    Last Updated : 2024-07-26
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 8. Prasangka

    Nabilah terdiam beberapa saat, sebelum balik bertanya, "Kenapa dan siapa Mbak?" "Saya mencintai Robin dan sangat mengenalnya. Asal kamu tahu Robin tidak pernah mencintai kamu dan terpaksa menikah denganmu!" ujar wanita itu kembali. Nabilah terdiam dan mengerti maksud wanita itu. "Mbak tenang saja, saya juga tidak mencintai Robin. Tapi kalau menjauhinya saya tidak bisa karena keputusan itu ada di tangan Robin. Lebih baik Mbak katakan kepadanya untuk melepaskan saya!" "Baguslah, Robin itu tidak pantas buat kamu. Saya takut dia akan menyakitimu suatu hari nanti, permisi," ujar wanita itu yang segera pergi. Nabilah memandangi wanita itu yang naik ke mobil dan meluncur pergi. Ia tidak mau menduga-duga lagi lebih baik nanti tanya sama Robin saja. Mentari kian meninggi hari ini Nabilah benar-benar istirahat total. Perutnya terasa melilit jika melakukan sesuatu. Biasanya ia mengalami hal seperti ini selama satu hari. Besok baru hilang rasa sakit mulesnya. Gadis itu mengompres p

    Last Updated : 2024-07-26
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 8b. Berdua Denganmu

    "Biasa, pada minta traktir es potong," jawab Robin menatap Nabilah, "Oh, iya. Bagaimana perut kamu masih sakit, kalau dibuat jalan kuat nggak? Abang lupa bawa motor." "Cuma mules dikit kok, nggak apa-apa kalau buat jalan," jawab Nabilah sambil mengangguk. Mereka kemudian jalan beriringan sambil bercakap-cakap. "Kalau boleh tahu kenapa Bang Robin suka jalan kaki?" tanya Nabilah penasaran. "Pak RT mempercayakan keamanan kampung ini sama Abang. Dengan jalan kaki Abang bisa melihat situasi dan kondisi warga serta lingkungan setiap hari!" jawab Robin sambil memberikan alasannya. Nabilah kembali bertanya, "Keamanan kampung Rantau juga Abang yang pegang?" "Nggak, Abang cuma jaga pengepul saja." Robin memberikan jawaban apa adanya. "Terus kenapa para preman waktu itu takut sama Abang?" Nabilah terus mencari tahu. "Di sana siapa yang terkuat dia akan disegani. Kebetulan mereka belum ada yang bisa mengalahkan Abang," jawab Robin kembali. Tiba-tiba pembicaraan mereka terhenti ketika men

    Last Updated : 2024-07-29
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 9. Musibah

    Hari demi hari berlalu Nabilah dan Robin semakin dekat, tentu hanya sebagai teman saja. Mereka sudah mulai terbuka satu sama lain. Mulai dari hobi sampai kehidupan pribadi. "Masa sih Abang belum punya pacar?" tanya Nabilah pada suatu malam. "Iya benar, tapi kalau teman dekat ada. Seperti Sita yang kamu lihat di kampung Rantau. Dia kerja di pengepul juga jadi admin," jawab Robin apa adanya.Nabilah kembali bertanya, "Kalau ada perempuan yang diam-diam suka sama Abang bagaimana?" Sebenarnya ia ingin mencari tahu siapa wanita yang datang menemuinya tempo hari. "Ya nggak apa-apa, tapi kayaknya nggak mungkin deh. Siapa yang mau sama Abang sudah miskin, jelek dan masa depan pun suram," jawab Robin merendah. "Jangan-jangan Bilah suka ya sama Abang?" tanya pria itu yang membuat istrinya tampak tercengang. Nabilah menjawab dengan jujur, "Iya, Bilah kagum sama Bang Robin yang suka berbagi dan bisa dekat sama anak-anak. Jarang sekali seorang preman bisa seperti itu.""Jadi Nabilah cuma kagu

    Last Updated : 2024-07-29
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 9b. Mencari Jalan Keluar

    Ketika sampai di kontrakannya, Robin melihat ada Pak RT dan beberapa orang warga sedang berkumpul. Seorang saksi kemudian menceritakan awal mula kejadian perusakan itu. "Saya lagi tidur tiba-tiba terbangun karena kaget mendengar suara gaduh. Ketika melihat dari jendela, orang-orang memakai masker sedang merusak rumah Bang Robin. Saya nggak berani ke luar, jadi telepon Pak RT. Mereka kemudian kabur ke arah jalan tol setelah warga berdatangan," ujar salah satu tetangga di depan kontrakan Robin.Robin langsung mengepalkan tangan dan rahang pipinya tampak mengeras menahan amarah ketika melihat kontrakannya hancur. Mulai dari ruang tamu, dapur bahkan barang-barang di kamarnya yang dikunci juga berantakan. "Kami tidak melihat istrimu, jangan-jangan mereka menculiknya?" tebak Pak RT dengan cemas."Nabilah ada di rumah orang tuanya Pak. Tadi pas tengah malam saya mendapat kabar, kalau tempat pengepulan di kampung Rantau kebakaran," ujar Robin memberitahu. Pak RT tampak terkejut sekali mend

    Last Updated : 2024-07-29
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 10. Pindah Rumah

    Mentari tampak meninggi ketika Robinmenuju ke warung Mpok Ijah. Ia jadi bimbang antara menyelesaikan masalahnya kebakaran pengepul dulu atau melindungi Nabilah."Aku tidak boleh pergi, pasti pelaku sedang menunggu diriku lengah," batin Robin sambil terus memikirkan caranya.Ternyata di warung Mpok Ijah ada Supri dan Udin sedang minum kopi, sambil membahas musibah kebakaran dan perusakan itu."Kasihan Bang Robin sudah pengepul kebakaran, kontrakannya pun dirusak orang. Untung dia dan Nabilah tidak apa-apa," ujar Udin yang merasa miris membayangkan musibah itu."Syukurlah kalau Bang Robin dan istrinya selamat, kalau harta benda bisa dicari lagi," ujar Mpok Ijah mengomentari cerita Udin.Supri ikut pun menimpali, "Iya Mpok, bahkan Bang Robin harus bayar ganti rugi sama pemilik kontrakan. Sudah jatuh tertimpa tangga pula."Mereka langsung terdiam ketika melihat kedatangan Robin sambil membawa sebuah tas ransel besar. Seolah menanggung beban hidup yang cukup berat. "Kopinya satu, Mpok!"

    Last Updated : 2024-08-01
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 10b. Tetanggaku Suamiku

    Tigor langsung berdiri dan terkesima melihat seorang gadis dengan memakai gamis sederhana. Wajahnya terlihat cantik alami yang jarang dimiliki setiap wanita pada umumnya. "Alamak adem dan beningnya, gadis itu istrimu, Bin?" tanya Tigor yang dijawab anggukan oleh Robin. "Bilah, kenalkan teman Abang!" ujar Robin mengenalkan Tigor."Nabilah," ujar gadis itu sambil mengatupkan tangannya dan menunduk. Ia sangat menjaga sikap ketika bertemu dengan lelaki yang bukan muhrimnya. Robin kemudian berkata, "Perabotan sudah ada di dapur dan kamar Bilah yang kedua. Kamu atur saja sendiri ya!" "Iya Bang," sahut Nabilah sambil berlalu. "Kalau begini aku pun bingung harus pilih yang mana Risa atau Nabilah!" ujar Tigor membandingkan kedua wanita itu karena masing-masing mempunyai kelebihan tersendiri.Robin langsung mengingatkan Tigor, "Jangan sebut-sebut Risa di sini, nanti Nabilah bisa salah paham lagi!" "Ya sudah, aku balik ke kampung Rantau dulu ya! Nanti kita bicarakan lagi masalah kebakaran

    Last Updated : 2024-08-01
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 11. Mencari Petunjuk

    "Peraturan masih sama, Nabilah tidak boleh menerima tamu dan harus mengunci pintu!" ujar Robin mengingatkan. Nabilah mengangguk dan menjawab dengan patuh, "Iya Bang, termasuk Ibu dan Bapak juga tidak boleh masuk ke rumah ini?" tanya gadis itu kemudian. "Iya, Bilah saja yang main ke rumah Bapak. Abang pergi dulu ya!" jawab Robin sambil berpesan. Nabilah kemudian mengantar Robin sampai depan teras. "Kenapa Bang Robin selalu melarang orang lain masuk ke rumah, terutama ke dalam kamarnya?" tanya gadis itu di dalam hati dengan heran.Setelah Robin sudah hilang oleh jarak, tiba-tiba Bu Asma datang. "Bilah, kamu hari ini nggak pergi ngajar?" tanya wanita itu sambil membuka pintu gerbang. "Nggak Bu, Bilah masih takut," sahut Nabilah setelah kejadian kemarin malam. "Ya sudah, Ibu temani kamu di rumah ya!" ujar Bu Asma kemudian. Mendengar ibunya mau masuk ke rumah, Nabilah segera mencari alasan, "Di rumah kita saja yuk Bu, di sini sudah lama kosong!" "Nggak usah nakut-nakutin! Bilang saj

    Last Updated : 2024-08-02

Latest chapter

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 9. POV Nabilah

    Aku adalah seorang gadis desa yang mencintai seorang preman kampung bernama Robin. Berawal dari gagalnya pernikahanku, kami akhirnya bersatu karena takdir. Awalnya aku takut melihat Robin yang brewokan dan tampak beringas. Akan tetapi, ternyata dia pria yang bertanggungjawab dan baik hati. Sebenarnya aku sempat bimbang ketika Kak Abas kembali dan menyatakan ingin ta'aruf denganku. Pria yang dahulu aku kagumi karena kesalehannya. Seandainya belum menikah dengan Robin, mungkin aku akan menerima niat tulus Abas. Apalagi ibuku sangat merestui aku bersatu dengannya.Namun, ketika Robin rela mengorbankan nyawa, membuatku sadar cinta ini untuknya. Setelah memutuskan memilih untuk menjadi suamiku, akhirnya aku tahu kalau nama asli Robin adalah Bara Sadewa. Salah satu putra konglomerat dari Singapura. Majikan kakakku yang sudah tiada.Tidak seperti kisah Cinderella, cerita cintaku penuh dengan air mata. Terlebih ketika Sadewa memintaku pergi dari kehidupan Bara untuk selamanya. Aku dianggap

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 8. Akhir yang Indah

    "Cukup Abang!" seru Nabilah yang datang bersama anak-anaknya. Bara mendengus kesal karena rencananya memberikan Bryan ganjaran digagalkan Nabilah. Padahal sebentar lagi adiknya itu sudah mau menangis."Om Bryan," panggil Robin sambil berlari menghampiri pamannya dengan penuh kerinduan.Azza juga tidak mau ketinggalan dan ikut mengejar sambil memanggil dengan suara cadelnya, "Om Bian."Bryan langsung menyambut kedua keponakannya itu dengan pelukan hangat. "Robin sudah besar sekarang dan tambah ganteng, kalau Azza cantik dan pinter," puji Bryan yang sudah lama tidak bertemu dengan kedua keponakannya itu. "Selamat datang Om Bryan, kenalkan nama aku Salsabilah," ujar Nabilah sambil menggendong putri bungsunya. "Tambah satu lagi keponakan Om, lucu sekali kamu." Bryan langsung menggendong Salsa dan menciumnya. Kalau Robin mirip dengan Nabilah, Azza lebih condong ke Mom Sandra. Maka Salsa mempunyai paras Bara versi perempuannya.Sementara itu Bara hanya memperhatikan saja, Bryan disambu

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 7. Sang Pewaris

    Ketika Bara dan keluarganya sedang mengalami ujian ekonomi, Nabilah melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Salsabilah Azizah Erlangga. Kehadiran Bayi itu menjadi penyemangat atas apa yang sedang mereka hadapi. Di mana Nabilah dan Bara memulai semuanya dari nol lagi.Bara menjadi suami siaga, selalu membantu istrinya dalam segala hal. Terutama dalam mengurus Robin dan Azza yang sedang aktif bermain. Sehingga membuat Nabilah merasa beruntung memiliki pendamping hidup sepertinya. "Anak-anak bagaimana Bang?" tanya Nabilah ketika sedang menyusui putrinya."Aman, Robin sudah bisa momong. Dia dewasa sekali, bahkan mengajari Azza mengaji dan mengenal nama-nama binatang pakai bahasa Inggris," jawab Bara yang membuat Nabilah jadi bangga. "Robin memang pintar dan cepat daya tangkapnya," jawab Nabilah yang membuat Bara mengangguk kecil.Kondisi kesehatan Mom Sandra kian menurun setelah kepergian Hans. Sehingga membuat Bara jadi sedih dan cemas. "Kita ke rumah sakit ya Mom!" ajak Ba

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 6. POV Bara

    Tidak terasa sudah hampir setahun aku kembali menjalani kehidupan yang sederhana, bersama Nabilah, Robin dan Azza, di kampung Rantau. Entah mengapa aku merasa nyaman tinggal di kampung itu. Mungkin di tempat ini telah menjadi titik balik dalam pencarian jati diriku. Aku merasa Nabilah adalah anugerah terindah yang diberikan oleh Allah. Dari rahimnya lahir dua buah hatiku yang lucu dan menggemaskan. Dia adalah sosok ibu yang lemah lembut dan penuh kasih sayang. Selalu sabar dalam mengurus dan membesarkan anak-anak. Semoga kami bisa mendidik mereka menjadi pribadi yang soleh dan soleha serta istiqomah. "Terima kasih karena sudah mencintaiku," ucapku sambil memeluk Nabilah ketika anak-anak sedang tidur. Hanya disaat seperti ini kami memiliki waktu berdua."Terima kasih juga, sudah menjadi pelindung Bilah dan anak-anak," sahut Nabilah sambil menatapku dengan penuh cinta. Aku kemudian mengecup kening Nabilah lalu bibir dan terakhir perutnya yang membesar. Ya Nabilah sedang mengandung an

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 5. Rencana Sempurna

    Setelah ayahnya meninggal, Bryan merasa tidak sanggup menjalankan perusahaan seorang diri. Apalagi kondisinya gampang drop, kalau terlalu banyak berpikir atau kelelahan. Bryan juga tidak percaya dengan wakilnya di kantor. Sehingga ia mengikuti saran Bara untuk menjual semua harta Sadewa. "Jika harta warisan memberatkanmu maka lepaskanlah. Jadi kamu bisa tenang menjalani hidup ini!" saran Bara setelah menimbang baik dan buruknya ke depan nanti."Terima kasih sudah memberikan masukan. Aku akan merelakan semua warisanku karena harta tidak dibawa mati," ujar Bryan menyetujui rencana Bara. Ia ingin melepaskan beban sebagai ahli waris keluarga Sadewa yang selama ini membuatnya tertekan dalam ketakutan.Tanpa memberitahu siapa pun, Bryan menjual satu persatu aset milik keluarga Sadewa. Mulai dari vila, mansion, pulau pribadi hingga saham. Kini seorang Billionaire dari Inggris yang memiliki perusahaan Sadewa Corp. Hanya kediaman Sadewa yang masih tersisa. Ia dan Bara sepakat tidak akan menj

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 4. Keputusan Bryan

    "Aku ingin mengucapkan bela sungkawa secara langsung kepadamu dan Bara. Tapi sepertinya kehadiranku tidak tepat, maaf sudah mengganggu permisi," ucap Monica yang hendak pergi. "Tidak apa-apa Monica, terima kasih kamu sudah datang. Silahkan duduk!" cegah Bara yang menghargai kedatangan Monica sebagai seorang tamu. "Bilah, tolong buatkan minum ya!" serunya kemudian. Monica segera masuk dan menyalami semua orang yang ada di sana. "Dilanjut ya, kami mau siap-siap buat tahlilan nanti malam!" seru Mom Sandra yang segera meninggalkan tempat itu bersama Hans dan Pak Jamal. Bara juga segera menyusul dengan berkata, "Aku mau bantu Nabilah dulu, takut Robin nakalin adiknya!" Ia ingin memberikan kesempatan Bryan dan Monica bicara dari hati ke hati. Bryan kemudian mengajak Monica ke serambi rumah. Setelah mereka bicara sebentar, Monica pamitan untuk pulang."Mau ke mana Monica, kenapa buru-buru pulang?" tanya Bara yang datang bersama Nabilah sambil membawa suguhan. "Tidak apa-apa, aku turut

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 3b. Rahasia yang Terkuak

    Setelah mendapatkan perawatan yang intensif, kondisi Bryan perlahan mulai membaik. Selama di rumah sakit, Bara selalu menemani dan mensuportnya. Agar Bryan siap menerima takdir dan semangat lagi untuk menjalani hidupnya. "Terima kasih sudah merawataku Kak!" ucap Bryan ketika baru saja masuk ke mobil dan meninggalkan rumah sakit. "Aku sudab memutuskan untuk pindah ke Singapura lagi. Banyak hal yang harus diselesaikan, bisa saja besok aku akan menyusul papi bukan?" ujar Bryan yang pasrah akan takdir hidupnya."Aku yakin kamu akan melakukan yang terbaik. Sekarang papi sudah tidak ada menikahlah dengan Monica. Dia masih menunggumu sampai saat ini!" saran Bara agar Bryan tidak patang asa menjalani kehidupannya. Namun, Bryan menolak usul Bara dan memberikan alasannya, "Aku dan Monica tidak akan bersatu lagi karena keluarganya minta lima puluh persen bagian harta keluarga Sadewa."Bara cukup terkejut mendengarnya dan bertanya, "Kenapa tidak kamu berikan?" "Aku tidak akan membiarkan mere

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 3. Air Mata Bryan

    Bara langsung menghubungi Bryan melalui vidio call untuk memberitahu kalau ayah mereka sudah tiada. Tentu saja kabar itu membuat adiknya sangat terkejut dan syok. "Papi sudah tiada, tadi habis salat subuh beliau telah pergi," ujar Bara dengan suara yang bergetar. "Inalillahi wainnalillahirojiun, ya Allah aku baru mau terbang ke Singapura untuk menghadiri rapat komisaris. Habis itu ke Jakarta, menjenguk Papi. kenapa kakak nggak bilang kalau Papi sakit. Aku pasti pergi dari kemarin?" ucap Bryan dengan suara yang parau. Bara memberikan penjelasan, "Papi tidak sakit, aku pun tidak tahu kalau beliau mau berpulang. Cuma semalaman aku menemaninya yang tidak tidur. Ternyata Papi tidur menjelang pagi untuk selamanya." Mereka kemudian membahas di mana Sadewa akan dikebumikan. Akhirnya Kakak beradik itu sepakat ayah mereka dikuburkan di salah satu pemakaman elit di Indonesia saja. "Sepertinya kami tidak mungkin menguburkan setelah zuhur, kasihan papi kalau kelamaan. Jadi kemungkinan kamu t

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 2. Pesan Terakhir

    Nabilah tampak terkejut ketika suaminya sudah pulang dari inggris, padahal baru dua hari. Namun, ia tidak berani bertanya karena Bara terlihat begitu lelah. Setelah istirahat dan makan baru mereka memulai pembicaraan."Kenapa sudah pulang, bagaimana kabar papi, Bang?" tanya Nabilah ingin tahu. "Papi baik-baik saja, Abang sudah pulang karena kita mau pindah rumah," jawab Bara yang membuat Nabilah terkejut. "Kita mau pindah ke mana Bang?" tanya Nabilah ketika mendengar keinginan Bara. Selama ini mereka menempati rumah Pak Jamal. "Ke rumah papi dan mami di Jakarta," jawab Bara yang segera menjelaskan alasannya. "Apakah Bilah siap dan bersedia membantu Abang?"Nabilah mengangguk seraya menjawab, "Insya Allah Bilah siap lahir batin mendukung dan menemani Abang untuk menjadi anak yang berbakti." Ia akan mengikuti ke mana pun Bara mengajaknya. "Ya sudah, kamu siap-siap ya, rapikan semua pakaian kita. Abang mau ngomong sama Bapak!" serunya kemudian. Bara segera menemui Pak Jamal dan men

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status