itu memang lucu sekali, masih kecil sudah pinter ngomong. Seandainya Nabilah tidak pergi, mungkin kau sudah punya anak sepantaran dengan Robin. Sabar ya, cinta itu tidak harus memiliki!" ujar Tigor menyemangati."Hemm." Robin enggan membahas soal Nabilah lagi, meskipun tidak memungkiri terkadang hatinya merindu. "Cinta itu omong kosong. Lebih baik aku kerja," sahut Tigor yang patah hati karena Risa tidak mau menikah dengannya dan memilih pergi ke luar negeri. Angin berembus semilir membelai wajah Bara. Seolah mengatakan apakah ada rindu yang ingin dititipkan untuk seseorang nan jauh di sana. Ia menghela nafasnya dengan perlahan, berusaha meredam gejolak kerinduan yang semakin menyesakan dada. Ada cinta dan benci yang menuntunnya untuk pergi mencari pujaan hati. Akan tetapi, tidak tahu ke mana kaki harus melangkah. Jujur semakin Bara berusaha melupakan Nabilah, perasaan itu semakin besar. Ternyata benar kata pepatah rindu itu berat. Seperti halnya dengan Bara yang harus meraba rindu
"Saya yang seharusnya bertanya, siapa kamu. Kenapa ada di rumah suamiku?" sahut wanita itu sambil melangkah masuk dan melihat Robin yang sedang menonton televisi dengan anteng."Saya asisten dan penjaga di rumah ini. Berarti Mbak, istrinya Kak Abas?" jawab Nabilah sambil menebak.Wanita itu menatap Nabilah dengan saksama dan bertanya dengan sinis, "Kamu kira saya bodoh, mana ada seorang asisten memanggil majikannya dengan sebutan Kak. Sudah berapa lama kamu menikah dengan suamiku?""Astagfirullahalazim, saya memanggil Kak Abas karena kami kawan lama dan tidak punya hubungan apa-apa." Nabilah kembali menjelaskan. "Alasan saya tidak percaya, tapi kalau kamu memang tidak punya hubungan apa-apa dengan suamiku, pergi dari rumah ini sekarang juga!" Wanita itu mengusir Nabilah karena terbakar cemburu. Sementara itu di luar rumah para tetangga menonton keributan antara Nabilah dan Istri Abas. "Tuh kan bener kata saya, Nabilah itu istri muda Pak Abas. Buktinya dilabrak sama istri sahnya,"
Sebuah mobil terlihat meluncur di bawah hujan dan menuju ke salah satu apartemen elit di selatan Jakarta. Ketika sampai basemen seorang wanita cantik segera turun dari kendaraan itu dan membukakan pintu tengah. Ternyata dia tidak sendiri, tetapi bersama seorang perempuan dan anak kecil."Ayo masuk, anggap saja rumah sendiri!" seru wanita penampilan modis itu dengan ramah. "Terima kasih Mbak," ucap Nabilah sambil menggendong Robin yang menggigil kedinginan. Wanita itu tersenyum dengan manis dan menyahuti, "Sama-sama, keringkan tubuh anakmu kasihan dia kedinginan!" serunya sambil memberikan sebuah handuk dan segera ke luar dari kamar itu.Tidak lama kemudian wanita itu sudah kembali lagi dan telah berganti pakaian. Ia juga membawa beberapa stel baju hangat dewasa dan menyarankan, "Pakaian kamu basah, sebaiknya ganti baju. Tapi aku tidak punya gamis, adanya ini!""Tidak apa-apa Mbak, ini juga sudah cukup," sahut Nabilah. "Ya sudah kamu ganti dulu, biar anakmu aku yang jagain!" saran
Tanpa berpikir panjang lagi, ia segera menyelamatkan Jesy. "Jangan lakukan itu Mbak Jesy!" seru Nabilah sambil menarik tangan wanita itu dan jatuh menimpanya. "Lepaskan, biar aku mati saja, mereka semua jahat," sahut Jesy yang segera bangkit dan ingin melakukan percobaan bunuh diri. Akan tetapi, Nabilah memeluknya dengan erat. Sehingga Jesy mengurungkan niat untuk mengakhiri hidupnya. "Bunuh diri itu bukan solusi terbaik Mbak. Belum lagi bumi dan langit tidak akan menerima roh kita sampai hari kiamat nanti karena telah melawan takdir Allah!" ujar Nabilah yang membuat Jesy sadar. "Sekarang kita masuk yuk dan ceritakan apa masalahnya. Mungkin saya bisa membantu Mbak Jesy!" ajaknya kemudian. Sambil sesenggukan Jesy menceritakan masalah besar yang baru saja menimpanya. Ia dipaksa pulang ke rumah karena mau dijodohkan. Padahal Jesy sudah punya kekasih. "Mereka selalu mengatur hidupku dan tidak memberikanku kebebasan dalam memilih pasangan hidup. Aku pikir dengan bunuh diri aku bisa be
"Jesy Caroline," sahut Jesy yang langsung terpesona oleh ketampanan Bara. Sayang sudah ada pria yang bersemayam di hatinya. Mereka langsung bicara dari hati ke hati masalah perjodohan itu."Kamu dan aku sama-sama tidak bisa menolak perjodohan ini. Tapi mereka tidak boleh mengatur kehidupan kita! Jadi setelah punya anak, aku akan membebaskanmu!" usul Bara memberikan sebuah jalan keluar. "Baiklah aku setuju, kita memangharus bekerjasama untuk menjalani pernikahan ini. " Jesy menyetujui saran Bara, baginya saat ini solusi itu adalah yang terbaik. Tiba-tiba Jesy teringat dengan janjinya menjemput Nabilah dan Robin di rumah sakit. Setelah itu rencananya akan mengantar mereka ke travel untuk pulang kampung. Padahal Jesy sudah menawarkan pekerjaan dan tempat tinggal, tetapi Nabilah menolaknya."Aku rasa pembicaraan kita hari ini cukup. Terima kasih atas kerjasamanya," ucap Jesy menyudahi pertemuannya dengan Bara. "Sama-sama, kamu bawa mobil?" sahut Bara sambil bertanya. Jesy menjawab
Nabilah tampak lega karena bertemu dengan Abas dan tanpa diminta langsung mengantarnya pulang kampung. "Kakak, minta maaf atas perbutan dan sikap Hana sama kamu. Padahal aku sudah bilang kepadanya, telah mempekerjakan seorang teman untuk menjaga rumah Dinas," ucap Abas yang merasa jadi tidak enak hati. "Tidak apa-apa Kak, saya memaklumi kalau Mbak Hana menuduh saya seperti itu," sahut Nabilah yang sudah ikhlas. Abas mengakui Nabilah adalah wanita yang sabar dan tidak pendendam. Selalu melihat sesuatu dari segi baiknya. Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di sebuah kampung yang asri. Akan tetapi, di sana sedang terjadi hama belalang yang membuat petani gagal panen. Pak Jamal yang sedang duduk di depan rumah panggung tampak terkejut melihat kepulangan Nabilah bersama Abas. Feelingnya sebagai orang tua mengatakan pasti telah terjadi sesuatu dengan Nabilah. "Assalamualaikum," ucap Nabilah yang segera menyalami ayahnya yang disusul oleh Abas.Abas tidak banyak bica
Pak Jamal memutuskan pulang ke kampung Santri. Ketika sampai di kediaman mereka, Pak Jamal dan Nabilah merasa seperti kembali ke rumah yang sebenarnya. Banyak kenangan-kenangan indah yang pernah tercipta di sini. Termasuk sepenggal kisah cinta gadis soleha dan preman kampung berasal.Dulu ketika Pak Jamal mau menjual rumahnya, Mom Sandra datang dan memberikan bantuan untuk membiayai operasi jantung Bu Asma. Setelah kepulangan Nabilah dari Singapura dan menceritakan masalah yang telah terjadi. Pak Jamal dan keluarganya sepakat untuk pergi dan menghilangkan jejak. Lalu rumah itu dipercayakan kepada Pak RT. Pak Jamal dan Nabilah memandangi rumah itu dengan haru. Semua masih sama hanya pohon mangga saja yang tampak lebih besar dan rimbun. Namun, kepulangan Nabilah kali ini mengagetkan semua warga karena dia telah mempunyai seorang anak."Bu Asma kok nggak ikut Pak Jamal?" tanya seorang tetangga. "Sudah tidak ada Bu, setahun yang lalu," jawab Pak Jamal yang membuat tetangganya itu terke
""Nama kamu siapa?" tanya Tegar yang datang menolong."Robin, mereka nakal!" jawab Robin sambil menunjuk anak-anak itu. Tegar merangkul Robin dan berkata, "Jangan nangis, ada Kakak! Kamu sama siapa ke sini?" "Sama Bapak," jawab Robin sambil menunjuk Pak Jamal yang masih berada di dalam mesjid. Tidak lama kemudian Pak Jamal datang dan bertanya, "Ada Kak Tegar rupanya, kamu apa kabar dan sudah kelas berapa sekarang?""Alhamdulillah, saya baik Pak Guru," sahut Tegar sambil menyalami Pak Jamal. Ia menceritakan sekolah di madrasah Tsanawiyah. Pak Jamal kemudian berpesan, "Belajar yang rajin ya. Robin, ayo kita pulang!" ajaknya kemudian. "Aku mau main sama Kakak Tegar," ujar Robin yang langsung lengket dengan Tegar. "Ya sudah, Kak tegar main ke rumah yuk!" ajak Pak Jamal menuruti ke keinginan cucunya. Tegar yang sedang libur sekolah pun mau ikut ke rumah Pak Jamal. Ia masih ingin main bersama Robin sekalian bertemu dengan mantan gurunya Nabilah. Nabilah senang sekali bertemu dengan