"Jesy Caroline," sahut Jesy yang langsung terpesona oleh ketampanan Bara. Sayang sudah ada pria yang bersemayam di hatinya. Mereka langsung bicara dari hati ke hati masalah perjodohan itu."Kamu dan aku sama-sama tidak bisa menolak perjodohan ini. Tapi mereka tidak boleh mengatur kehidupan kita! Jadi setelah punya anak, aku akan membebaskanmu!" usul Bara memberikan sebuah jalan keluar. "Baiklah aku setuju, kita memangharus bekerjasama untuk menjalani pernikahan ini. " Jesy menyetujui saran Bara, baginya saat ini solusi itu adalah yang terbaik. Tiba-tiba Jesy teringat dengan janjinya menjemput Nabilah dan Robin di rumah sakit. Setelah itu rencananya akan mengantar mereka ke travel untuk pulang kampung. Padahal Jesy sudah menawarkan pekerjaan dan tempat tinggal, tetapi Nabilah menolaknya."Aku rasa pembicaraan kita hari ini cukup. Terima kasih atas kerjasamanya," ucap Jesy menyudahi pertemuannya dengan Bara. "Sama-sama, kamu bawa mobil?" sahut Bara sambil bertanya. Jesy menjawab
Nabilah tampak lega karena bertemu dengan Abas dan tanpa diminta langsung mengantarnya pulang kampung. "Kakak, minta maaf atas perbutan dan sikap Hana sama kamu. Padahal aku sudah bilang kepadanya, telah mempekerjakan seorang teman untuk menjaga rumah Dinas," ucap Abas yang merasa jadi tidak enak hati. "Tidak apa-apa Kak, saya memaklumi kalau Mbak Hana menuduh saya seperti itu," sahut Nabilah yang sudah ikhlas. Abas mengakui Nabilah adalah wanita yang sabar dan tidak pendendam. Selalu melihat sesuatu dari segi baiknya. Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di sebuah kampung yang asri. Akan tetapi, di sana sedang terjadi hama belalang yang membuat petani gagal panen. Pak Jamal yang sedang duduk di depan rumah panggung tampak terkejut melihat kepulangan Nabilah bersama Abas. Feelingnya sebagai orang tua mengatakan pasti telah terjadi sesuatu dengan Nabilah. "Assalamualaikum," ucap Nabilah yang segera menyalami ayahnya yang disusul oleh Abas.Abas tidak banyak bica
Pak Jamal memutuskan pulang ke kampung Santri. Ketika sampai di kediaman mereka, Pak Jamal dan Nabilah merasa seperti kembali ke rumah yang sebenarnya. Banyak kenangan-kenangan indah yang pernah tercipta di sini. Termasuk sepenggal kisah cinta gadis soleha dan preman kampung berasal.Dulu ketika Pak Jamal mau menjual rumahnya, Mom Sandra datang dan memberikan bantuan untuk membiayai operasi jantung Bu Asma. Setelah kepulangan Nabilah dari Singapura dan menceritakan masalah yang telah terjadi. Pak Jamal dan keluarganya sepakat untuk pergi dan menghilangkan jejak. Lalu rumah itu dipercayakan kepada Pak RT. Pak Jamal dan Nabilah memandangi rumah itu dengan haru. Semua masih sama hanya pohon mangga saja yang tampak lebih besar dan rimbun. Namun, kepulangan Nabilah kali ini mengagetkan semua warga karena dia telah mempunyai seorang anak."Bu Asma kok nggak ikut Pak Jamal?" tanya seorang tetangga. "Sudah tidak ada Bu, setahun yang lalu," jawab Pak Jamal yang membuat tetangganya itu terke
""Nama kamu siapa?" tanya Tegar yang datang menolong."Robin, mereka nakal!" jawab Robin sambil menunjuk anak-anak itu. Tegar merangkul Robin dan berkata, "Jangan nangis, ada Kakak! Kamu sama siapa ke sini?" "Sama Bapak," jawab Robin sambil menunjuk Pak Jamal yang masih berada di dalam mesjid. Tidak lama kemudian Pak Jamal datang dan bertanya, "Ada Kak Tegar rupanya, kamu apa kabar dan sudah kelas berapa sekarang?""Alhamdulillah, saya baik Pak Guru," sahut Tegar sambil menyalami Pak Jamal. Ia menceritakan sekolah di madrasah Tsanawiyah. Pak Jamal kemudian berpesan, "Belajar yang rajin ya. Robin, ayo kita pulang!" ajaknya kemudian. "Aku mau main sama Kakak Tegar," ujar Robin yang langsung lengket dengan Tegar. "Ya sudah, Kak tegar main ke rumah yuk!" ajak Pak Jamal menuruti ke keinginan cucunya. Tegar yang sedang libur sekolah pun mau ikut ke rumah Pak Jamal. Ia masih ingin main bersama Robin sekalian bertemu dengan mantan gurunya Nabilah. Nabilah senang sekali bertemu dengan
Eh Nabilah, beli tempe lagi sama sayur bayam?" tanya seorang tetangga menyindir. "Iya Bu," sahut Nabilah yang segera membayar belanjaannya dan hendak berlalu sambil menggandeng Robin.Tukang sayur kemudian berseru, "Tunggu Bilah, kamu mau ceker ayam nggak?""Robin mau mam pakai ceker ayam Bu," sahut bocah itu dengan mata berbinar."Boleh Bu," jawab Nabilah yang membuat semua ibu-ibu saling memandang. "Terima kasih," ucapnya ketika menerima pemberian tukang sayur. Setelah Nabilah pergi, ibu-ibu kembali membicarakannya. "Bu Asma saja dulu beli ayam tidak pernah diambil cekernya. Sekarang Nabilah malah kebalikannya, gratis lagi sungguh miris sekali.""Itulah kalau salah pilih jodoh, buat makan saja susah. Makanya jadi anak itu harus nurut apa kata orang tua!" sahut ibu-ibu berbaju kuning menimpali."Betul itu Bu, sial bener nasib Nabilah setelah pergi karena malu ditinggal Robin. Sekarang kembali lagi bawa anak tanpa suami," ujar warga yang lainnya. Tukang sayur kemudian bertanya, "Su
Bara yang tiba-tiba berada di dalam rumah. Ia menatap Nabilah dengan tajam seolah tidak akan memberikan ampun. Nabilah tampak tercengang melihat kedatangan Bara. Ia tidak mengerti bagaimana suaminya itu bisa tahu, kepulangannya ke rumah ini. Seketika ketakutan melanda hatinya. "Kembalikan anakku!" seru Nabilah sambil mundur dan membentur dinding.Bara terus melangkah seraya bertanya, "Kenapa kamu pergi?" "Aku sudah beritahu alasannya di surat itu," jawab Nabilah terpaksa berbohong. "Jawab dengan jujur atau kamu tidak akan pernah melihat Robin lagi!" seru Bara sambil mengancam. Nabilah tampak menggeleng dan matanya memancarkan ketakutan. "Aku akan melindungimu, jadi jangan takut dan katakan saja sejujurnya!" pinta Robin agar Nabilah mau berterus terang. "Aku akan katakan, tapi setelah itu tolong jangan ganggu hidupku dan Robin!" Nabilah mengajukan syarat. Robin menanggapi dengan dingin, "Hemm, jangan buang-buang waktuku Bilah!" Nabilah tidak punya pilihan lain dan segera menc
Tujuan Sadewa datang ke Jakarta adalah untuk membicarakan perjodohan Bara dengan Jesy secara kekeluargaan. Pria itu kemudian memutuskan untuk menginap di rumah yang diwariskan untuk Bara. Akan tetapi, ia sangat terkejut melihat Mom Sandra dan Hans berada di depan kediaman itu. Jujur Sadewa masih tidak rela Sandra kembali dalam pelukan Hans dan masih cemburu melihat kebersamaan mereka. Padahal ia tidak tahu kalau Hans hanya datang setiap weekend saja. "Apa maksud kamu sebenarnya Bara?" tanya Sadewa dengan sorot mata yang tajam. "Momi amnesia dan belum bisa ingat semuanya. Aku tidak mau kehadiran Papi memicu kenangan pahit yang telah tercipta dan itu akan membuat kepalanya jadi sakit," jawab Bara yang membuat emosi Sadewa sedikit mereda. Sebagai orang yang masih mencintai mantan istrinya. Sadewa kesal sekali karena tidak diberitahu akan hal ini. Namun, ketika mendengar alasan Bara yang memberitahu Sandra amnesia membuat Sadewa bisa menahan diri dan mau mengerti."Papi terima alas
Suara tawa anak-anak yang sedang bermain terdengar riang. Sampai seorang tukang mainan lewat baru mereka terdiam karena ingin melihat atau membeli sesuatu. "Ibu, aku mau balon!" pinta Robin ketika melihat tukang mainan yang berhenti di depan rumahnya.Nabilah hanya tersenyum karena tidak punya uang. Bahkan untuk belanja hari ini saja tidak ada. Ia kemudian membujuk anaknya, "Iya nanti kita beli." "Aku mau sekarang belinya!" rengek Robin sambil menarik tangan Nabilah. Tiba-tiba Pak Jamal keluar rumah dah bertanya, "Robin kenapa menangis?" "Minta beli balon Pak, tapi Bilah tidak punya uang," jawab Nabilah apa adanya. Pak Jamal merogoh kantung celananya dan mengeluarkan uang sepuluh ribuan. Lalu menyerahkan kepada Nabilah seraya berkata, "Belikan sana, nanti kembaliannya buat beli telur atau mie!"Nabilah merasa sungkan menerimanya dan bertanya, "Pak, salah nggak kalau Bilah ambil uang dari ATM yang dikasih Bang Bara?" "Tentu saja tidak, kalian berhak mendapatkan nafkah dari Bara