Home / Romansa / Suamiku Bukan Pegawai Biasa / Rahasia yang belum terungkap

Share

Rahasia yang belum terungkap

Author: mangpurna
last update Last Updated: 2024-09-28 23:56:12

Di sebuah restoran yang terletak di dekat taman, Adrian duduk sambil melihat ke arah pintu, menunggu seseorang yang tak kunjung datang. Ia mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya, matanya sesekali menatap jam tangan dengan raut wajah semakin kesal. "Kemana sih orang itu? Kebiasaan, setiap kali ada janji, selalu saja telat," gumam Adrian dalam hati, seraya menghela napas panjang.

Ia mengambil ponselnya, mencoba menelepon orang yang dia tunggu. Tapi, seperti yang dia duga, telepon itu tak diangkat. "Tuhan... Sudah telat, telepon juga nggak diangkat-angkat. Benar-benar bikin emosi," gerutunya lagi. Sambil menyesap minuman di hadapannya, Adrian terus melirik pintu, berharap yang dinanti segera muncul.

Tak lama, seseorang menepuk bahunya dari belakang. "Sori, bro! Telat dikit tadi, ada urusan mendadak," suara itu terdengar penuh canda.

Adrian memutar tubuhnya dan menatap orang itu dengan tatapan jengkel. "Enak saja bilang ‘telat dikit’, aku sudah menunggu lebih dari 30 menit di sini, Dirga!"
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Jabatan baru

    "Iya, Dirga, memang ada sesuatu yang penting yang ingin aku bicarakan denganmu," ucap Adrian dengan nada yang lebih serius, menghentikan semua canda dan tawa yang sebelumnya mengisi obrolan mereka. Tatapannya berubah tegas, membuat Dirga langsung menyadari bahwa ada hal besar yang akan dibahas. Adrian menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Aku ingin kamu menjadi perwakilanku untuk mengurus Hartono Corporation."Dirga yang tadinya santai, langsung terdiam. Dahi berkerut, matanya memandang Adrian dengan kebingungan. "Hartono Corporation? Bukankah perusahaan itu hampir bangkrut? Dan setahuku, perusahaan itu bukan bagian dari Aditya Corporation" tanyanya sambil mengingat-ingat berita terakhir tentang perusahaan tersebut.Adrian tersenyum tipis, seperti sudah menduga reaksi Dirga. "Iya, memang benar. Hartono Corporation memang hampir bangkrut beberapa waktu lalu. Tapi itu dulu, sebelum aku masuk membantu mereka. Sekarang, aku sudah menginvestasikan uang yang cukup besar di sana.

    Last Updated : 2024-09-29
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Keluarga yang terpecah

    "Adrian?" Pak Hartono yang tadinya duduk tenang, langsung menegakkan tubuhnya. "Apa yang dilakukan Adrian di sana?" tanyanya dengan nada penuh penasaran.Reza mengangkat bahu lagi. "Entahlah, Pa. Tapi dari penampilannya, aku rasa dia kerja sebagai OB di sana. Bajunya biasa banget, jauh dari kesan seorang bos.""OB?" Dimas yang sejak tadi diam, ikut berbicara. "Apa kamu yakin Adrian cuma OB di sana?"Reza mengangguk dengan yakin. "Ya, pasti lah. Masa Adrian jadi CEO di sana? Nggak mungkin banget, Kak. Selama ini dia cuma karyawan biasa. Aku yakin dia kerja jadi OB atau pekerjaan serabutan semacam itu."Pak Hartono tersenyum kecil mendengar keyakinan Reza. "Iya, benar. Pekerjaan Adrian selama ini memang tidak terlalu menonjol. Jadi OB mungkin saja jadi pilihan dia saat ini."Pak Hartono duduk diam, memikirkan ucapan Siska yang penuh emosi. Semua yang dibicarakan di ruang tamu malam itu terasa semakin berat di hatinya. "Kalau memang benar Adrian sekarang bekerja di Aditya Corporation, b

    Last Updated : 2024-09-30
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Dua Sisi Kehidupan Reza

    "Ah, nggak usah. Palingan dia mau pinjam uang lagi. Lagian, ini nggak terlalu penting," jawab Reza sambil menekan tombol untuk menolak panggilan dan memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celananya. Wajahnya masih menyimpan kegelisahan, berharap telepon itu tidak akan berdering lagi.Namun, belum lama setelah ponsel dimasukkan ke saku, dering ponsel itu terdengar kembali. Kali ini lebih membuat Reza panik. Lagi-lagi, nama "Lukas" tertera di layar."Duh, siapa sih lagi, ganggu saja!" keluh Reza sambil mengeluarkan ponselnya lagi. Dia tahu betul bahwa Lina tidak akan berhenti menelepon sampai dia menjawabnya."Sudah, angkat saja, sayang. Mungkin benar-benar penting," kata Siska, sedikit penasaran dengan kenapa suaminya terlihat begitu ragu.Dengan terpaksa, Reza mengambil keputusan cepat. "Baiklah, kalau begitu aku angkat di luar saja ya, sayang," ucapnya sambil beranjak dari kursi, bermaksud menjauh agar bisa berbicara tanpa gangguan.Namun, Siska yang biasanya tidak terlalu peduli

    Last Updated : 2024-10-01
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Pertemuan tak terduga

    Di depan pintu, Lina berdiri dengan senyum menggoda. Dia mengenakan pakaian yang jauh dari biasa, hanya dibalut pakaian tidur tipis yang tampak sengaja dipilih untuk menarik perhatian Reza. Mata Lina berkilat penuh godaan, dan dia berjalan mendekat.Reza, yang tadinya khawatir, sekarang hanya bisa tersenyum tipis sambil menggelengkan kepala. "Jadi, kamu bohong soal orang yang mondar-mandir di depan apartemen mu? Ini semua hanya akal-akalanmu saja biar aku datang ke sini?" tanyanya dengan suara rendah, sambil mencolek hidung Lina.Lina tersenyum dan mengangguk, sedikit menundukkan kepalanya. "Habisnya, kalau aku nggak pakai alasan begitu, kamu nggak bakal datang kesini, mas. Ini sudah seminggu lo kita nggak ketemu, Mas," jawab Lina manja."Iya, maafkan aku, sayang. Minggu-minggu ini mas benar-benar sibuk di kantor," ucap Reza mencoba membela diri, meskipun dia tahu ada kebenaran dalam ucapan Lina."Ah, itu hanya alasanmu saja. Bilang saja kamu sibuk mengurus istrimu itu," sahut Lina de

    Last Updated : 2024-10-02
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Jejak penghianatan

    Melihat Dinda yang pergi begitu saja, Dimas panik. Tanpa berpikir panjang, ia segera berlari menyusulnya. "Dinda, tunggu!" teriak Dimas, suaranya menggema di lorong-lorong mall. Namun, Dinda tidak menoleh, langkahnya semakin cepat, meninggalkan butik itu tanpa menoleh sedikit pun. Saat Dimas hendak mengejar lebih jauh, tiba-tiba tangan Rita menariknya. "Mas, tunggu! Siapa dia? Kenapa kamu panik begitu?" tanya Rita dengan suara bingung dan khawatir.Dimas terdiam sejenak, memandang Rita dengan tatapan penuh rasa bersalah. "Dia... dia Dinda, sayang. Dia Istriku," ucapnya pelan, nyaris berbisik. Namun, kata-kata itu menghantam keras di hati Rita.Rita tertegun, tak percaya apa yang baru saja didengarnya. Selama ini, ia tahu nama Dinda sebagai istri Dimas, tapi ia tak pernah tahu seperti apa wajah wanita itu. Kini, wanita yang selama ini hanya nama di benaknya, ada di depannya, dan kenyataan itu begitu menyakitkan."Istrimu, Mas?" tanya Rita dengan suara gemetar, seolah memastikan diriny

    Last Updated : 2024-10-03
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Ketika Cinta Tak Lagi Cukup

    Dinda berangsur pergi, langkahnya cepat dan penuh amarah. Namun tiba-tiba, suara Rita memanggil dari belakang, menghentikan langkahnya. "Tunggu, Dinda... jangan pergi dulu," suara Rita terdengar lirih namun jelas. Dinda berhenti sejenak, namun tidak menoleh. Hatinya bergejolak antara ingin segera pergi atau mendengar kata-kata yang keluar dari mulut perempuan yang sudah menghancurkan hidupnya.Rita berjalan mendekat, langkahnya pelan, penuh keraguan. "Aku tahu... aku tahu kamu mungkin sulit untuk memaafkan kami. Dan kamu berhak untuk marah, aku paham itu karena kami yang salah," ucapnya dengan suara pelan, wajahnya penuh rasa bersalah. Matanya menatap punggung Dinda yang membeku di tempatnya, tanpa sedikit pun tanda akan membalas.“Apa lagi yang ingin kamu katakan?” Dinda berkata, suaranya bergetar menahan amarah yang terpendam. Ia tidak ingin mendengar lebih banyak kebohongan, namun ada sesuatu dalam suara Rita yang membuatnya berhenti. Sesuatu yang entah bagaimana, membuatnya tetap

    Last Updated : 2024-10-04
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Saat Nyawa dan Cinta Diuji

    “RITA!!” teriak Dimas panik, berlari ke arah tubuh Rita yang tergeletak. Darah mulai mengalir dari antara kaki Rita, menodai aspal. Matanya terpejam, wajahnya pucat pasi, menahan sakit yang luar biasa di perutnya.“Tidak… Rita… bertahanlah!” seru Dimas, suaranya pecah penuh kekhawatiran. Dinda, yang masih syok, tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Dia hanya bisa melihat, dengan napas terengah-engah, ketika darah terus mengalir di bawah tubuh Rita.“Ambulans… kita butuh ambulans!” Dimas memekik, tangannya gemetar saat menelepon dengan panik. Wajahnya penuh ketakutan, dan air mata mulai membasahi pipinya. "Tolong... secepatnya! Ada wanita hamil yang terluka parah!"Rita masih terbaring, napasnya terengah-engah, tangannya memegangi perut yang terasa sangat sakit. Namun, dalam kondisi sekarat, dia tetap berusaha tersenyum lemah ke arah Dinda. “Dinda… maafkan aku…” ucapnya pelan, suaranya hampir tak terdengar.Dinda mendekati Rita, tubuhnya gemetar. Dia tahu seharusnya merasa marah, namun meli

    Last Updated : 2024-10-05
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Penantian di Ruang Tunggu

    Di ruang tunggu, Dimas merasa seperti disiksa oleh waktu yang berjalan lambat. Keringat dingin membasahi pelipisnya, dan ia hanya bisa memikirkan hal terburuk. Teringat saat-saat indah bersama Rita, tawa dan senyumnya, serta janji yang pernah ia ucapkan untuk selalu melindungi istrinya. Namun kini, perasaan bersalah menghantam keras. Dimas hanya bisa berdoa dalam hati, berharap agar Tuhan memberi kesempatan kedua.Sementara itu, di ruang operasi, dokter memulai proses caesar darurat. Suasana begitu tegang. Pisau bedah dengan hati-hati membelah lapisan perut Rita, dan saat rahim terbuka, bayi yang masih sangat kecil muncul, berjuang untuk hidup. Dokter bedah mengangkat bayi itu dengan cepat. "Bayi berhasil dikeluarkan, tapi sangat prematur. Cepat siapkan inkubator di NICU," perintahnya.Bayi mungil itu langsung dibawa oleh tim neonatal, masih dalam keadaan lemah. Mereka menyiapkan segala perlengkapan untuk mendukung pernapasan dan menjaga suhu tubuhnya. Di ruangan yang terpisah, Rita m

    Last Updated : 2024-10-06

Latest chapter

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Kesedihan yang Menyisakan Pelajaran

    Dimas terduduk di lantai, matanya memandang kosong ke arah pembatas tempat Daniel terjatuh. "Aku hampir menyelamatkannya... Aku hampir mengubah segalanya," gumamnya dengan suara bergetar.Adrian menepuk bahu Dimas dengan lembut. "Kau sudah melakukan yang terbaik. Dia memilih untuk meminta maaf. Setidaknya, dia pergi dengan hati yang tidak lagi dipenuhi kebencian."Mereka berdua terdiam, menatap langit malam yang dingin. Dalam keheningan itu, keduanya berjanji dalam hati bahwa mereka akan menjaga keluarga mereka dan tidak akan membiarkan kebencian seperti ini menghancurkan lagi.Meskipun akhir ini tragis, mereka tahu bahwa cerita ini mengajarkan mereka tentang arti pentingnya memaafkan dan melepaskan dendam..***Beberapa bulan setelah insiden tragis yang mengguncang kehidupan Adrian dan keluarganya, kehidupan akhirnya kembali berjalan normal. Waktu telah menjadi penyembuh yang luar biasa, perlahan tapi pasti mengobati luka-luka hati yang ditinggalkan oleh kejadian itu. Kehidupan baru

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Penyesalan

    Adrian melangkah mendekat, tetap memeluk Alisha dengan hati-hati. "Dia selamat, Dimas. Aku dan polisi sudah berhasil menyelamatkannya. Kami tahu Daniel mungkin akan melakukan sesuatu yang nekat."Dimas menatap Adrian dengan kebingungan. "Tapi bagaimana mungkin...? Aku melihat sendiri, kalau dia... Daniel melemparnya..."Adrian menghela napas, mencoba menjelaskan di tengah emosi yang berkecamuk. "Sebelum aku ke sini, aku dan polisi sudah mempersiapkan segala kemungkinan. Kami memasang jaring pengaman di balkon kamar yang ada tepat di bawah rooftop ini. Saat Daniel melepaskan Alisha..." Adrian berhenti sejenak, menatap Alisha yang masih terisak. "...instingku benar. Jaring itu menyelamatkannya."Dimas tersandar lemas ke lantai, matanya mulai berkaca-kaca lagi, tetapi kali ini karena lega yang luar biasa. "Alisha... dia selamat. Dia benar-benar selamat..."Dimas menatap Adrian dengan penuh harap, suaranya gemetar ketika bertanya, "Bagaimana dengan Anisa dan semua anggota keluarga kita? A

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Daniel melakukannya

    Sementara itu, di rooftop yang penuh ketegangan, Dimas terus mencoba berbicara dengan Daniel. Dengan suara penuh harapan, ia berkata, “Daniel, aku mohon, lepaskan Alisha. Dia hanya seorang anak kecil, dia tidak bersalah. Kau tidak perlu melibatkan dia dalam dendammu ini.”Namun, Daniel tetap tak tergoyahkan. Dengan ekspresi penuh amarah, ia berteriak, “Kau tidak mengerti apa yang aku rasakan, Dimas! Aku sudah kehilangan segalanya. Adrian mengambil semua dariku—hidupku, mimpiku, bahkan wanita yang aku cintai! Dan sekarang, dia harus merasakan penderitaan yang sama.”Alisha terus menangis dalam dekapan Daniel, tangisannya semakin memilukan. Hati Dimas terasa hancur melihat keponakannya yang ketakutan. Ia tahu, jika ia tidak melakukan sesuatu, situasinya bisa menjadi lebih buruk. Dimas mencoba mengalihkan pikiran Daniel dengan berbicara lebih tenang. “Dengar, Daniel. Aku tahu kau terluka, dan aku tidak bisa menghapus rasa sakit itu. Tapi aku percaya kau masih punya hati. Jangan biarkan d

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Misi penyelamatan

    “Dengar kan aku baik-baik. Sebaiknya kalian berhenti berisik sekarang. Karena pertunjukanku yang kedua akan segera dimulai.”Kata-kata itu membuat Dimas dan Adrian saling berpandangan, bingung dan waspada.“Pertunjukan apa, Daniel? Apa yang sudah kau rencanakan?” tanya Adrian dengan suara tegang, mencoba mencari tahu apa maksud pria di depannya.Daniel hanya tertawa pelan, suara tawanya menggema di rooftop yang dingin. Belum sempat Adrian menuntut jawaban, tiba-tiba suara ledakan keras mengguncang udara, diikuti getaran yang terasa hingga ke tempat mereka berdiri.“Boom!” seru Daniel dengan nada puas, senyumnya semakin lebar melihat kepanikan yang mulai merayap di wajah Adrian dan Dimas.“Apa yang sudah kau lakukan, Daniel?!” teriak Dimas, suaranya penuh kepanikan. Adrian segera mengalihkan pandangannya ke arah suara ledakan, wajahnya memucat.Daniel menatap mereka dengan tatapan penuh kemenangan. “Tenang saja, ledakan kecil itu hanya untuk memberimu pilihan, Adrian. Kau mau menyelama

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Keadaan semakin genting

    “Jangan mendekat!” balas pria itu, menolehkan wajahnya ke Adrian dengan mata merah dan penuh kebencian. “Kalau kau mendekat, aku tidak akan ragu-ragu untuk... untuk...” Ia tak sanggup menyelesaikan kalimatnya, tapi gesturnya sudah cukup jelas.Angin kencang malam itu membuat suasana semakin mencekam. Alisha menangis keras, tangannya mencoba meraih udara seolah meminta bantuan.“Kau tidak perlu melakukan ini,” kata Adrian, mencoba menenangkan situasi. “Apa pun masalahnya, kita bisa menyelesaikannya secara baik baik. Jangan melibatkan anak kecil yang tidak bersalah.”Pria itu menatap Adrian dengan ekspresi penuh rasa sakit. “Tidak bersalah? Semua kejadian ini adalah salahmu, Adrian! Hidupku hancur karena kau! Sekarang kau harus merasakan penderitaanku!”Adrian melangkah pelan, berhati-hati agar tidak memprovokasi. “Dengar, aku tidak tahu apa yang sudah kau alami, tapi aku bisa membantumu. Asal kau menyerahkan Alisha padaku. Dia tidak seharusnya berada dalam situasi seperti ini.”Pria it

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Alisha di culik

    Daniel mengepalkan tangannya, suaranya berbisik dingin, “Nikmati kebahagiaan kalian sekarang, Adrian. Sebentar lagi, aku akan memastikan tawa itu berubah menjadi jeritan kesedihan.”Ia menatap Anisa yang tersenyum cerah sambil memegang tangan Alisha. Pemandangan itu membuat hatinya terbakar. Ia memalingkan wajahnya sebentar, berusaha meredam emosi yang semakin memuncak. Dengan langkah perlahan namun penuh perhitungan, ia bergerak menuju belakang panggung kecil tempat perayaan berlangsung.Di atas panggung, Adrian dan Anisa melanjutkan nyanyian mereka, memimpin para tamu dalam perayaan. Alisha, yang kini genap dua tahun, tertawa riang di tengah sorakan semua orang. Suasana bahagia memenuhi ballroom, penuh dengan senyum dan tawa dari keluarga dan teman dekat.Namun, kegembiraan itu tiba-tiba terhenti. Dalam sekejap, lampu di seluruh ballroom padam, meninggalkan kegelapan yang pekat. Suara bisikan dan gumaman panik mulai terdengar dari para tamu.

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Menjalankan rencana

    Doni menelan ludah, merasa merinding oleh intensitas di mata bosnya. Ia bertanya hati-hati, “Kalau boleh tahu, Pak, apa rencana Bapak?”Daniel terdiam sejenak, memutar gelas minumannya di tangan. Cairan bening di dalamnya berputar lambat, seolah mencerminkan kekacauan yang bergejolak di dalam pikirannya. Setelah beberapa detik, ia menghela napas panjang dan tersenyum kecil, sebuah senyuman yang dingin dan penuh tekad. “Nanti juga kamu akan tahu, Doni. Yang jelas, aku akan membuat Adrian merasakan apa yang kurasakan sekarang. Kehilangan segalanya. Hancur. Dan aku akan pastikan dia tidak pernah bangkit lagi.” Suaranya dipenuhi bara dendam yang membakar setiap kata yang diucapkannya.Doni mengangguk perlahan, mencoba menyembunyikan kegelisahan di hatinya. “Baik, Pak Daniel. Saya percaya, apa pun yang Bapak lakukan pasti yang terbaik. Tapi... saya tetap harus mengingatkan, anda Pak. Pak Adrian itu bukan orang sembarangan. Dia punya uang, kekua

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Senyum kemenangan

    Sementara itu, di kediaman AdrianSenja baru saja turun, mewarnai langit dengan semburat jingga. Di ruang tamu rumah besar milik Adrian, Anisa sedang duduk membaca buku sambil menunggu suaminya pulang. Suara mesin mobil berhenti di halaman, membuatnya segera menutup buku dan bangkit menuju pintu.Ketika pintu terbuka, Adrian muncul dengan senyuman yang lebar. Langkahnya ringan, wajahnya berseri seperti seseorang yang baru saja memenangkan perang besar.Anisa menyipitkan mata, heran. “Mas? Kok kamu kelihatan bahagia sekali? Ada apa?” tanyanya, berjalan mendekat.Adrian hanya tersenyum, melepaskan jasnya dan menyerahkannya pada Anisa sambil berjalan menuju sofa. Anisa mengikutinya dengan rasa penasaran yang semakin membuncah.Setelah duduk, Adrian menepuk sofa di sebelahnya, memberi isyarat agar Anisa duduk di sampingnya. Anisa patuh, duduk dengan mata yang menatap tajam, menunggu jawaban.“Cerita dong, Mas. Jangan membuat aku semakin penasaran,” katanya sambil menyodorkan secangkir kop

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Prawira Group di ujung tanduk

    Namun, Mr. Lee mengangkat tangan, menghentikan Daniel. “Cukup. Saya juga akan memberi tahu kepada semua mitra bisnis kami di China tentang apa yang sudah terjadi hari ini. Saya ingin mereka tahu betapa bobroknya integritas Prawira Group.”Daniel tampak seperti dihantam badai. Wajahnya merah padam, tetapi kali ini bukan karena amarah, melainkan karena ketakutan. “Tuan Lee, tolong… tolong jangan lakukan itu. Anda tahu apa artinya bagi perusahaan kami jika reputasi kami hancur di pasar China. Kami tidak akan bisa bertahan. Saya mohon, beri kami kesempatan untuk memperbaiki kesalahan ini.”Mr. Lee menatapnya dengan dingin. “Kesempatan? Kesempatan itu Anda sudah sia-siakan ketika Anda memutuskan untuk bermain kotor. Saya tidak peduli berapa besar perusahaan Anda. Bagi kami, kejujuran adalah segalanya.”Setelah mengucapkan kata-kata terakhirnya, Mr. Lee meraih koper itu dan menyerahkannya kembali kepada Daniel. “Ambil u

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status