Share

Masa lalu

Author: mangpurna
last update Last Updated: 2024-08-09 06:31:54

"Dulu, Dinda pernah meminta tolong padaku untuk mengenalkannya dengan kakak kelas kita, namany Dirga."

Adrian mendengarkan dengan saksama, tampak tertarik dengan cerita istrinya.

"Waktu itu aku berhasil mengajak Dirga untuk menemani kami ke toko buku. Tapi sebenarnya itu cuma akal-akalan kami agar Dinda bisa dekat dengan Dirga," jelas Anisa.

"Lalu apa yang terjadi selanjutnya?" tanya Adrian, tidak sabar mendengar kelanjutannya.

"Saat di toko buku, aku pura-pura dapat telepon dari ibu dan meninggalkan mereka berdua," lanjut Anisa. "Tapi keesokan harinya, Dinda langsung menjauhi dan mengacuhkanku."

"Aneh sekali sayang." Ucap Adrian.

Anisa mengangguk lesu. "Ya, aneh sekali memang, Mas. Mungkin terjadi sesuatu di antara mereka berdua saat di toko buku."

Adrian mengelus lembut punggung istrinya. "Ya sudah, sayang. Jangan terlalu dipikirkan lagi, ya? Sekarang kamu istirahat saja dulu. Kamu kelihatan capek sekali."

Anisa tersenyum lemah. "Iya, Mas. Makasih." Ia mengecup pipi Adrian sekilas.
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Kamu ketahuan

    "Daniel... Jadi dia dalang di balik semua ini," gumam Adrian, suaranya bergetar menahan amarah. "Tapi bagaimana mungkin? Dia bahkan tidak bekerja di kantorku."Adrian menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. "Tenang, Adrian. Berpikirlah jernih," bisiknya pada diri sendiri. "Jika bukan Daniel langsung, pasti ada orang dalam yang membantunya. Tapi siapa?"Adrian menghela napas berat, matanya menyapu area parkir yang dipenuhi kendaraan. Ia mengencangkan topi seragam juru parkirnya, berusaha menyembunyikan kegelisahan yang mendera."Aku harus selidiki ini semua," gumam Adrian dalam hati, tangannya gemetar saat ia mengarahkan sebuah mobil ke tempat kosong."Siapa?" bisiknya pada diri sendiri. "Siapa orang yang sudah menghianatiku di kantor? Yang menjebakku hingga aku menderita seperti ini?"Di sebuah restaoran, Reza sedang menikmati makan siang bersama Lina di sebuah restoran mewah di dalam mall. Mereka duduk berdampingan, terlihat sangat mesra. Orang-orang yang melihat mungki

    Last Updated : 2024-08-09
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Selingkuhan Reza

    Lina segera melepaskan tangannya dari tubuh Reza. Dia terkejut dan menunduk malu, wajahnya memerah seperti kepiting rebus.Reza, dengan panik, segera berusaha menjelaskan, "Anisa, ini bukan seperti yang kamu pikirkan! Lina ini hanya teman kerjaku saja, tidak lebih. Sungguh!"Anisa tersenyum sinis, matanya menyiratkan kekecewaan yang mendalam. "Oh, begitu? Teman kerja atau teman tidur?" sindirnya tajam."Apa maksudmu, Nis?" Reza mulai kehilangan kesabaran. "Sumpah, dia ini hanya teman kerjaku. Kebetulan kami tadi habis meeting dengan klien di restoran sebelah. Kamu harus percaya padaku!"Anisa menggelengkan kepalanya, "Reza, aku tidak peduli dengan penjelasanmu. Yang pasti, aku bersyukur menolak perjodohan kita. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana nasibku kalau sampai menikah denganmu."Reza mulai emosi, "Jangan kurang ajar kamu, Nisa! Sudah beberapa kali aku bilang kalau dengan dia itu tidak ada hubungan apa-apa. Kalau tidak percaya, kamu tanya saja dia!" Dia menoleh ke arah Lina, m

    Last Updated : 2024-08-10
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Siska akhirnya tahu

    Reza mengeratkan pegangannya pada setir mobil. "Aku akan menghubungi Siska duluan. Memutar balikkan fakta. Akan kubilang Anisa salah paham dan cemburu karena dulu kami pernah dijodohkan.""Tapi bagaimana dengan aku, Mas? Posisiku bagaimana?" tanya Lina, ada nada cemas dalam suaranya.Reza terdiam sejenak sebelum menjawab, "Kamu tetap jadi rahasia kita, Lin. Setidaknya sampai aku berhasil menguasai saham perusahaan Hartono. Setelah itu, kita bebas."Lina mengangguk, meski ada kilat kekecewaan di matanya. "Baiklah, Mas. Aku akan bersabar. Tapi janji ya, setelah semuanya beres, kamu akan menceraikan Siska dan menikahiku?"Reza tersenyum tipis, "Tentu, sayang. Aku janji."Mobil mereka akhirnya tiba di apartemen Lina. Sebelum turun, Reza menatap Lina dalam-dalam. "Lin, apapun yang terjadi, kamu harus percaya padaku, karena kamu adalah wanita satu satunya yang aku cintai?"Lina mengangguk mantap, "Iya, mas. Aku selalu percaya padamu."Mereka turun dari mobil dan berjalan menuju lift aparteme

    Last Updated : 2024-08-11
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Fitnah Reza

    Siska yang mendengar itu langsung merasakan darahnya mendidih. Kecurigaannya semakin menjadi-jadi."Reza, kamu sekarang di mana?" tanyanya dengan nada menuntut. "Kenapa suaramu seperti orang bangun tidur? Kamu lagi sama selingkuhanmu, ya?"Hening sejenak di seberang telepon. Siska bisa mendengar suara gemerisik, seolah Reza sedang bergerak."Apa maksudmu, sayang?" Reza akhirnya menjawab, suaranya terdengar lebih jernih sekarang. "Aku di kantor. Tadi ketiduran sebentar karena kecapekan kerja."Siska mendengus tidak percaya. "Jangan bohong, Reza! Kakakku melihatmu di mall tadi, bersama seorang wanita. Katakan yang sebenarnya!"Reza terdiam lagi. Siska bisa merasakan jantungnya berdebar kencang menunggu jawaban suaminya."Siska, dengarkan aku," Reza akhirnya berkata dengan nada serius. "Aku tidak tahu apa yang sudah dilihat kakakmu, tapi aku bisa jelaskan. Kamu tahu kan hubungan mu dengan anisa tidak pernah baik, aku rasa dia ingin mengadu domba kita. Bisa kita bicarakan ini di rumah nan

    Last Updated : 2024-08-11
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Keraguan Siska

    Reza terkejut, tapi kemudian mengangguk setuju. "Tentu saja sayang. Lina merupakan orang penting di Samanta Corp dan dia cukup sibuk, nanti aku akan mengatur pertemuan dengannya. Kamu bisa tanya apa saja padanya. Aku tidak punya apa-apa untuk disembunyikan."Siska berbalik, menatap Reza dengan pandangan yang sulit diartikan. "Aku harap kamu benar, Reza. Karena jika aku menemukan satu kebohongan saja... aku tidak yakin bisa memaafkanmu. Walaupun aku sangat mencintaimu."Reza menelan ludah, menyadari betapa seriusnya situasi ini. "Aku mengerti, Siska. Aku berjanji, tidak ada kebohongan. Aku akan membuktikannya padamu.""Baiklah kalau begitu, hari ini aku mau tidur sendiri, tolong jangan ganggu aku. Untuk malam ini kamu tidur di kamar tamu saja." Ucap Siska masih dengan nada dingin.Reza hanya mengangguk pasrah menuruti keinginan istrinya. Menurut dia, yang terpenting sekarang Siska sudah tidak marah lagi dan mempercayai semua kebohongan yang sudah dia katakan. " Dasar perempuan bodoh, g

    Last Updated : 2024-08-12
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Anisa dan siska bertemu

    Dia menarik napas dalam sebelum melanjutkan, "Daniel sayang... ternyata Daniel yang menjadi dalang aku difitnah mengelapkan uang di kantor dan membuat aku sulit mendapatkan pekerjaan di tempat lain." Nada suaranya terdengar kesal."Apa??" Anisa terkejut. "Apa kamu yakin, Mas, kalau ini semua ulah Daniel? Bagaimana kamu tahu?"Adrian menjelaskan, "Kemarin aku bertemu dengan dia di restoran tempatku bekerja. Terjadi perdebatan di antara kami berdua. Sebelum pergi, dia bertanya padaku, 'Bagaimana rasanya difitnah menggelapkan uang perusahaan dan bagaimana rasanya di-blacklist dari banyak perusahaan?'"Anisa terkesiap mendengar penjelasan suaminya.Adrian melanjutkan, "Kalau bukan dia pelakunya, darimana dia tahu semua itu? "Tapi Mas," Anisa bertanya dengan nada bingung, "kalau dia pelakunya, bagaimana cara dia melakukannya? Sedangkan dia tidak bekerja di tempatmu."Adrian mengerutkan dahi, "Aku juga tidak tahu pasti sayang. Aku rasa dia telah menyuruh seseorang untuk memfitnahku. Ini ya

    Last Updated : 2024-08-13
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Perdebatan Anisa dan Siska

    Anisa berdiri gemetar, napasnya terengah-engah. "Jaga mulutmu, Siska. Aku tidak terima kalau kamu menghina dan merendahkan aku seperti itu, dan perlu kau ingat, jangan pernah membawa-bawa suamiku dalam masalah ini."Suasana kafe menjadi tegang. Beberapa pengunjung mulai berbisik-bisik, sementara yang lain menatap kedua wanita itu dengan campuran rasa ingin tahu dan khawatir.Siska perlahan bangkit, matanya menatap Anisa dengan penuh kebencian. "Kau... berani-beraninya kau menamparku?"Anisa tidak bergeming, balas menatap Siska. "Aku tidak akan diam saja melihat kau menghina keluargaku, Siska. Buka matamu. Suamimu yang berselingkuh, bukan aku yang menggodanya."Ketegangan di antara mereka semakin meningkat, seolah-olah ada listrik yang mengalir di udara. Pengunjung kafe menahan napas, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.Siska, masih memegang pipinya yang memerah, menatap Anisa dengan tatapan penuh amarah. "Kau pikir dengan menamparku, aku akan percaya padamu? Justru ini membukt

    Last Updated : 2024-08-13
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Ayah Anisa datang

    "Ayah?" Adrian tergagap, melihat ayah mertuanya berdiri dengan wajah merah padam menahan amarah."Jangan pernah panggil aku ayah, karena aku bukan ayahmu," ucap Pak Hartono, pria paruh baya dengan aura mengintimidasi, menatap Adrian dari atas ke bawah dengan pandangan jijik. Matanya terpaku pada seragam juru parkir yang dikenakan Adrian."Jadi benar yang dikatakan Dimas," desis Pak Hartono, suaranya penuh kebencian. "Setelah dipecat kau menjadi tukang parkir murahan?"Adrian menelan ludah, berusaha tetap tenang. "Pak, saya—""Diam kau, sampah!" bentak Pak Hartono, mendorong Adrian ke samping dan menerobos masuk. "Di mana Anisa? Anisa!"Anisa yang mendengar keributan, keluar dari kamar dengan wajah pucat. "Ayah? Kenapa ayah ada di sini?"Pak Hartono menatap putrinya dengan murka. "Apa benar yang dikatakan Siska? Kalau kau sudah mengganggu rumah tangganya dengan Reza?"Adrian terkejut. "Pak, Anisa tidak—""Diam kau!" bentak Pak Hartono. "Ini urusan keluargaku!"Anisa menggeleng kuat. "A

    Last Updated : 2024-08-14

Latest chapter

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Prawira Group di ujung tanduk

    Namun, Mr. Lee mengangkat tangan, menghentikan Daniel. “Cukup. Saya juga akan memberi tahu kepada semua mitra bisnis kami di China tentang apa yang sudah terjadi hari ini. Saya ingin mereka tahu betapa bobroknya integritas Prawira Group.”Daniel tampak seperti dihantam badai. Wajahnya merah padam, tetapi kali ini bukan karena amarah, melainkan karena ketakutan. “Tuan Lee, tolong… tolong jangan lakukan itu. Anda tahu apa artinya bagi perusahaan kami jika reputasi kami hancur di pasar China. Kami tidak akan bisa bertahan. Saya mohon, beri kami kesempatan untuk memperbaiki kesalahan ini.”Mr. Lee menatapnya dengan dingin. “Kesempatan? Kesempatan itu Anda sudah sia-siakan ketika Anda memutuskan untuk bermain kotor. Saya tidak peduli berapa besar perusahaan Anda. Bagi kami, kejujuran adalah segalanya.”Setelah mengucapkan kata-kata terakhirnya, Mr. Lee meraih koper itu dan menyerahkannya kembali kepada Daniel. “Ambil u

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Hukuman Daniel

    Hari yang dinantikan akhirnya tiba. Ruang konferensi besar di sebuah hotel bintang lima di pusat kota dipenuhi oleh perwakilan dari dua perusahaan besar, Aditya Corporation dan Prawira Group, serta para eksekutif dari Techno Guard, perusahaan teknologi nomor satu di Asia. Atmosfer di ruangan itu tegang, penuh dengan harapan, ambisi, dan strategi tersembunyi.Adrian duduk di barisan depan bersama timnya, mengenakan jas hitam yang rapi, dengan tatapan penuh keyakinan. Di sebelahnya, Satya dengan percaya diri memegang tumpukan dokumen presentasi yang baru saja selesai dipaparkan. Adrian menepuk bahu Satya pelan. "Kerja bagus. Presentasimu tadi sempurna. Semua poin yang aku ingin sampaikan berhasil kau jabarkan dengan jelas," ucapnya.Satya tersenyum lega. "Terima kasih, Pak Adrian. Semoga ini cukup untuk memenangkan kepercayaan mereka."Di sisi lain ruangan, Daniel duduk santai di kursinya dengan senyum sinis. Dia menyandarkan tubuhnya ke kursi, sesekali melirik ke

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Pertarungan di mulai

    "Risiko?" Daniel menyambar dengan nada dingin, memotong kalimat pria itu sebelum selesai. "Risiko terbesar buatku adalah jika kalain semua gagal mendapatkan tender itu. Dan aku tidak akan mentolerir kegagalan lagi. Kalian tahu betapa malunya aku ketika Adrian memenangkan tender terakhir?!" Suaranya meninggi di akhir kalimat, membuat manajer itu menunduk dalam-dalam, takut untuk menjawab.Daniel menghela napas panjang, mencoba mengendalikan emosinya. "Kalian pikir Adrian lebih pintar dariku? Tidak! Dia hanya lebih licik, lebih oportunis dan kebetulan lebih beruntung dari ku. Tapi kali ini, kita akan menunjukkan siapa yang sebenarnya memegang kendali." Dia berhenti sejenak, matanya menatap jauh ke jendela besar di belakang ruangan, mengamati gemerlap lampu kota yang seolah menertawakannya."Adrian pikir dia sudah bisa mengalahkanku dan akan terus berada di atas," gumam Daniel, lebih kepada dirinya sendiri. Kemudian dia berbalik menghadap timnya lagi, menambahkan dengan n

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Kemarahan Daniel

    Anisa dan Siska saling berpandangan, ekspresi keduanya sama-sama penuh rasa penasaran. Kedatangan Dirga yang tiba-tiba membuat mereka bertanya-tanya."Kamu memangnya ada janji sama Dirga, Sis?" tanya Anisa, matanya menyipit seolah mencoba membaca pikiran adiknya.Siska menggeleng pelan. "Tidak, aku nggak punya janji apa-apa sama dia."Anisa mengerutkan kening, berpikir keras. "Terus, kenapa ya dia datang ke sini? Ada urusan apa kira-kira?" ucapnya sambil memiringkan kepala, jelas tak puas dengan jawaban Siska.Tiba-tiba, sebuah pemikiran melintas di benak Anisa, membuatnya tersenyum menggoda. "Jangan-jangan dia suka sama kamu, Sis! Makanya dia datang menemuimu kesini" celetuk Anisa dengan nada menggoda.Siska langsung merona, wajahnya memerah. "Apaan sih, Nis? Jangan ngomong yang aneh-aneh deh." Dia mencoba menutupi rasa malunya dengan memalingkan wajah. "Aku lagi nggak mau punya hubungan sama pria dulu. Karena aku masih trauma sama hubuganku dengan Reza."Anisa tersenyum lembut, mele

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Kesempatan kedua

    "Maafkan Mama, Nisa... Mama nggak pernah bermaksud membuat kalian merasa berbeda. Mama selalu berusaha adil, tapi mungkin Mama salah cara. Kalau sampai hubungan kalian jadi seperti ini, Mama ikut merasa bersalah."Anisa tersenyum lemah, mencoba menenangkan ibunya. "Mama, jangan salahkan diri Mama sendiri. Siska hanya perlu waktu untuk menyadari semua itu. Aku yakin nanti dia akan mengerti kalau perhatian Mama dan Papa selama ini bukan untuk membandingkan, tapi karena Mama ingin yang terbaik buat kami berdua."Adrian menimpali, mencoba mengalihkan suasana. "Sebaiknya kita berdoa saja. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran buat Siska, supaya dia sadar kalau perlakuannya selama ini terhadap Anisa itu salah." Dia memeluk Anisa lebih erat, lalu mencium puncak kepalanya penuh kasih.Anisa mengangguk pelan. "Semoga saja, Mas. Aku cuma ingin dia sadar, kalau semua orang menyayanginya."Di sudut ruangan, Dirga berdiri diam, memperhatikan dari kejauhan. Tangannya terlipat di depan dada, tapi ma

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Menyelamatkan Siska

    Tak lama kemudian, suara langkah cepat terdengar. Dirga mendongak, melihat wajah-wajah yang familiar. Anisa tiba bersama keluarganya—Adrian, Dimas, serta kedua orang tua mereka. Wajah mereka dipenuhi kekhawatiran."Dirga! Apa yang sebenarnya terjadi pada Siska?" tanya Anisa panik, langsung mendekati Dirga. Tangannya menggenggam lengan Dirga erat.Dirga menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sebelum menjawab. "Siska mengalami luka tembak. Dia masih berada di dalam, Anisa. Dokter masih berusaha menyelamatkan nyawanya. ""Tertembak?!" Anisa menjerit kecil, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Wajahnya langsung pucat. "Siapa yang melakukannya, Dirga? Bagaimana ini bisa terjadi?!"Adrian yang berdiri di belakangnya memasang wajah tegang. "Ya, Dirga. Tolong jelaskan pada kami. Apa yang sebenarnya terjadi?"Dirga mengangguk, berusaha menjelaskan semuanya sejelas mungkin meski hatinya sendiri masih terguncang. "Tadi, Siska diculik oleh dua orang pria suru

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Siska Tertembak

    KAU HARUS MATI, SISKA!" Lina berteriak histeris.Sebelum siapa pun sempat bergerak, suara tembakan menggema di ruangan itu. Peluru itu meluncur cepat, dan semua terasa seperti berjalan lambat. "DOR!"Peluru itu menghantam perut Siska, membuat tubuhnya terhempas ke belakang. Siska jatuh ke lantai dengan tangan yang mencengkeram perutnya. Darah segera mengalir membasahi pakaiannya. "Ahh!" Siska mengerang kesakitan, tubuhnya menggeliat saat rasa nyeri yang luar biasa menyerangnya."SISKA!" Dirga berteriak panik, langsung berlari ke arahnya. Sementara polisi lainnya bereaksi cepat, menundukkan Lina dan menjatuhkannya ke lantai. Pistol yang dia genggam terlepas dari tangannya, dan dia menjerit seperti orang kesetanan. "Dia harus mati! Dia pantas mati!" Lina terus meronta meski tangannya sudah diborgol dengan kuat.Dirga berlutut di samping Siska, wajahnya penuh dengan kecemasan. "Siska, bertahanlah! Tolong, jangan tutup matamu! Bantuan medis sedang dalam perjalanan!" Dia menekan luka di pe

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Tidak ada harapan

    Kedua pria suruhan Lina yang sejak tadi diam mulai saling melirik. Pria gondrong itu akhirnya memberanikan diri berbicara, meski suaranya bergetar. "Bos... maaf, ini kayaknya sudah di luar kesepakatan kita. Kita cuma disuruh bawa wanita ini ke sini. Kalau urusan ngebunuh, kita nggak mau ikut campur."Lina langsung berbalik ke arah mereka, matanya penuh dengan api kemarahan. "Diam kalian! Dari awal kalian membawa dia ke sini saja, kalian sudah ikut campur. Dan jangan lupa, kalian sudah kubayar mahal. Jadi sekarang, lakukan perintahku, atau aku akan memastikan kalian tidak akan bisa lari dari ini!"Pria botak mulai berkeringat dingin. "Tapi, Bos... ini bukan pekerjaan kita. Kita nggak pernah ngelakuin hal seperti ini sebelumnya. Kalau ini ketahuan, kita bisa kena masalah besar."Lina mendesah kesal, lalu mengambil amplop lain dari tasnya dan melemparkannya ke meja di depan mereka. "Dengar baik-baik. Kalau kalian membantuku menghabisinya, aku akan bayar kalian dua kali lipat dari yang su

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Intimidasi Lina

    Wanita itu menatap Siska dengan pandangan dingin, matanya menyiratkan sesuatu yang sulit dijelaskan—antara kebencian, kepuasan, dan mungkin dendam yang membara. Dirga mengamati semua itu dengan hati yang semakin dipenuhi kegelisahan."Siapa dia sebenarnya? Apa hubungannya dengan Siska? Kenapa dia sampai tega melakukan ini?" pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantui Dirga.Ia mencoba mengatur napasnya yang semakin berat, menanti saat yang tepat untuk bertindak, sementara kepalanya terus memutar berbagai kemungkinan. Di saat itu juga, suara sirene yang samar mulai terdengar di kejauhan, memberikan secercah harapan dalam situasi yang mencekam.Dirga merapat ke sisi rumah kosong itu, bersembunyi di bawah jendela yang retak. Ia menahan napas, berharap mendengar atau melihat apa yang sedang terjadi di dalam. Dari celah kecil di jendela, ia bisa melihat wanita cantik itu berdiri angkuh, sementara kedua pria suruhan membungkuk hormat di hadapannya.Wanita itu menyerahkan amplop cokelat yang

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status