Beranda / Romansa / Suamiku Bukan Pegawai Biasa / Investasi Berbalut Pengorbanan

Share

Investasi Berbalut Pengorbanan

Penulis: mangpurna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-19 06:12:54

Pak Hartono mengernyitkan dahi, agak terkejut. "Aditya Corporation?" ucapnya pelan, mencoba mencerna. "Bukankah itu perusahaan tempat menantu saya, Reza, bekerja? Ada keperluan apa mereka ke sini?"

"Katanya mereka ingin menginvestasikan uangnya di perusahaan kita, Pak," jawab Sari sambil menyerahkan beberapa dokumen.

Dimas dan Pak Hartono saling berpandangan sejenak, tersenyum lebar. Ini tampaknya adalah kesempatan besar yang bisa menyelamatkan perusahaan mereka dari kehancuran.

"Segera suruh mereka masuk," ujar Pak Hartono, suaranya mulai terdengar antusias.

Sari keluar untuk memanggil utusan dari Aditya Corporation, dan tidak lama kemudian seorang pemuda berpenampilan rapi memasuki ruangan. Ia memperkenalkan dirinya dengan ramah.

"Selamat siang, Pak Hartono," ucapnya dengan sopan. "Perkenalkan, nama saya Fito, saya perwakilan dari Aditya Corporation. Tujuan saya ke sini adalah untuk membahas rencana kami menginvestasikan dana di perusahaan Bapak. Kami mendengar bahwa perusahaan Bapa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Kiriman Misterius

    Ibu Anisa semakin penasaran. "Memangnya, apa saja yang ada di dalam truk ini?" tanyanya lagi.Pria itu melihat catatannya sejenak. "Ini ada susu bayi, popok, sembako, dan berbagai keperluan bayi, Bu," jelasnya.Mendengar itu, Ibu Anisa semakin kebingungan. "Bapak tunggu sebentar di sini, ya. Saya tanyakan dulu kepada anak saya apakah dia yang memesan barang-barang ini," katanya sambil berlalu masuk ke rumah, memanggil putrinya."Nis... Anisa, coba kemari sebentar, Nak," panggil Ibu Anisa.Anisa, yang sedang menggendong bayi kecilnya, Alisha, segera datang ke ruang depan. "Ada apa, Bu? Ibu memanggil Nisa?" tanyanya.Ibu Anisa menjelaskan dengan nada heran, "Ini, Nis, ada petugas yang datang membawa barang-barang keperluan bayi dan sembako dalam jumlah banyak. Apa kamu yang pesan semuanya?"Anisa mengerutkan kening, bingung. "Perlengkapan bayi? Tidak, Bu. Nisa tidak pernah pesan barang-barang seperti itu. Apa Ibu sudah tanyakan siapa yang mengirimnya?""Katanya dari perusahaan Aditya Co

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Konflik Hati dan Kepentingan

    Reza yang belum sempat melepaskan dasinya, menghela napas panjang. “Siska, tenang dulu. Suami pulang bukannya disuruh duduk atau diberi air minum, malah langsung ditanyai pertanyaan yang nggak jelas,” balas Reza dengan nada kesal, mencoba menenangkan suasana.Siska memutar bola matanya, tak terpengaruh. “Nggak jelas gimana, Mas? Tadi pagi Ibu nelepon aku, dia bilang ada kiriman barang-barang dari Aditya Corporation untuk Anisa. Kalau bukan kamu yang kirim, siapa lagi? Cuma kamu di keluarga kita yang kerja di sana.”Mendengar itu, Reza langsung terkejut. “Apa? Kamu yakin itu dari perusahaanku?” tanyanya sambil melepas dasi dan duduk di kursi, matanya menatap Siska dengan serius.“Iya, Reza. Tadi Ibu yang bilang begitu. Nama pengirimnya dari Aditya Corporation, tempat kamu kerja. Makanya aku tanya, siapa lagi kalau bukan kamu?” Siska mulai kesal, merasa suaminya menghindar dari pertanyaan yang seharusnya jelas.Reza memijat pelipisnya, mencoba mencerna apa yang baru saja dia dengar. "Si

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Pertemuan tak terduga

    Dengan rasa penasaran, Reza segera mendekati Adrian. "Hei, Adrian!" panggilnya dengan nada merendahkan. "Ternyata sekarang kamu kerja di sini jadi OB, ya?" ucap Reza sambil menilai penampilan Adrian dari atas ke bawah, penuh ejekan.Adrian, yang terlihat sedang sibuk mengamati sekeliling kantor, hanya melirik sekilas ke arah Reza tanpa menunjukkan emosi apapun. Alih-alih menjawab, Adrian berjalan pergi begitu saja, seolah Reza tidak ada di sana."Kurang ajar!" Reza langsung tersulut amarah. "Berani-beraninya dia mengacuhkanku. Apa dia nggak tahu siapa aku di sini? Aku manajer! Kalau aku mau, bisa kupecat dia sekarang juga!" gumamnya sambil mengejar Adrian, rasa marah makin membakar.Dengan cepat, Reza mencengkeram lengan Adrian, menghentikan langkahnya. "Hei, Adrian! Aku belum selesai ngomong! Apa kamu mau aku pecat, hah?" Reza berkata dengan nada keras, matanya memandang tajam, penuh kemarahan.Adrian menatap Reza dingin. "Aku nggak perlu m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Perasaan masa lalu kembali

    Dirga, yang juga tampak tak kalah terkejut, membalas tatapannya. "Anisa? Kamu Anisa, kan? Teman SMA-ku dulu?" tanya Dirga dengan mata yang berbinar.Anisa tersenyum tipis. "Iya, Dirga. Ini aku, Anisa. Sudah lama ya kita nggak bertemu," jawabnya, suaranya terdengar lebih lembut sekarang. "Gimana kabarnya kamu, Dirga?"Dirga tersenyum lebar, lega melihat Anisa baik-baik saja. "Aku baik-baik saja, Nisa. Kamu sendiri gimana kabarnya? Aku nggak menyangka bisa ketemu kamu di sini.""Aku juga baik, Dirga. Cuma ya, akhir-akhir ini banyak hal yang terjadi," jawab Anisa, mencoba mengalihkan percakapan dari kesulitan hidupnya belakangan ini.Setelah itu, Dirga duduk di bangku yang sama dengan Anisa. Mereka mulai berbincang lebih lanjut. "Kamu sekarang kerja di mana, Nisa?" tanya Dirga sambil tersenyum hangat, seolah waktu tidak mengubah kenyamanan di antara mereka.Anisa tersenyum tipis, sedikit canggung mengingat posisinya saat ini. "Aku... belum kerja sekarang, Dirga. Lagi ada beberapa urusan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Benci dan dendam

    "Jangan tanya sekarang, Dirga. Ini rumit. Lebih baik kita pergi sebelum situasinya makin buruk," jawab Anisa cepat, suaranya mulai serak oleh ketegangan. Namun, sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh, pria itu—Daniel—memanggil nama Anisa dengan nada yang tak bisa disembunyikan, penuh keputusasaan dan frustrasi.“Anisa! Tunggu!” Daniel berteriak sambil mendekat dengan langkah panjang yang cepat. "Kenapa kamu selalu menghindariku? Kita perlu bicara!"Anisa menghentikan langkahnya, meskipun dia tidak ingin berbalik. Dengan tegas, tanpa menoleh, dia menjawab, “Tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan, Daniel. Aku sudah muak melihatmu.”Dirga menatap wajah Anisa yang pucat dan tegang. Dia merasa ada banyak hal yang disembunyikan di balik hubungan ini, sesuatu yang mungkin lebih dalam daripada yang bisa dilihat dari luar. Tapi dia tetap diam, menghormati keputusan Anisa.Daniel, yang tidak puas dengan jawaban Anisa, terus m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Peluang terakhir untuk cinta

    Namun, rasa penasaran itu tetap mengusiknya. “Kalau boleh tahu, Nisa... Nama lengkap suamimu siapa?” tanya Dirga, mencoba menggali lebih dalam.Anisa tersenyum kecil, sedikit malu. “Anehnya, aku tidak tahu nama lengkapnya, Dirga. Sejak kami menikah, aku hanya memanggilnya Adrian.Mungkin dia memang tidak punya nama panjang.”Dirga tertawa kecil. “Kamu aneh, Nisa. Masa suami sendiri tidak tahu nama lengkapnya?”Anisa ikut tertawa ringan, meskipun hatinya masih diliputi duka. “Iya, aku tahu. Mungkin terdengar aneh, tapi begitulah. Dia hanya selalu jadi ‘Adrian’ bagiku.”“Terus, dia kerja di mana?” tanya Dirga lagi, semakin penasaran.“Dia hanya karyawan biasa di sebuah perusahaan swasta. Tapi karena ulah Daniel, Adrian dituduh menggelapkan uang dan dipecat dari sana. Semua gara-gara fitnah yang dibuat Daniel.”Mendengar itu, Dirga semakin terkejut. “Jadi, bukan cuma rumah tanggamu yang dihancurkan, tapi juga karier suamimu?”Anisa mengangguk dengan tatapan pahit. “Iya, Dirga. Daniel bena

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Rahasia yang belum terungkap

    Di sebuah restoran yang terletak di dekat taman, Adrian duduk sambil melihat ke arah pintu, menunggu seseorang yang tak kunjung datang. Ia mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya, matanya sesekali menatap jam tangan dengan raut wajah semakin kesal. "Kemana sih orang itu? Kebiasaan, setiap kali ada janji, selalu saja telat," gumam Adrian dalam hati, seraya menghela napas panjang.Ia mengambil ponselnya, mencoba menelepon orang yang dia tunggu. Tapi, seperti yang dia duga, telepon itu tak diangkat. "Tuhan... Sudah telat, telepon juga nggak diangkat-angkat. Benar-benar bikin emosi," gerutunya lagi. Sambil menyesap minuman di hadapannya, Adrian terus melirik pintu, berharap yang dinanti segera muncul.Tak lama, seseorang menepuk bahunya dari belakang. "Sori, bro! Telat dikit tadi, ada urusan mendadak," suara itu terdengar penuh canda.Adrian memutar tubuhnya dan menatap orang itu dengan tatapan jengkel. "Enak saja bilang ‘telat dikit’, aku sudah menunggu lebih dari 30 menit di sini, Dirga!"

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Jabatan baru

    "Iya, Dirga, memang ada sesuatu yang penting yang ingin aku bicarakan denganmu," ucap Adrian dengan nada yang lebih serius, menghentikan semua canda dan tawa yang sebelumnya mengisi obrolan mereka. Tatapannya berubah tegas, membuat Dirga langsung menyadari bahwa ada hal besar yang akan dibahas. Adrian menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Aku ingin kamu menjadi perwakilanku untuk mengurus Hartono Corporation."Dirga yang tadinya santai, langsung terdiam. Dahi berkerut, matanya memandang Adrian dengan kebingungan. "Hartono Corporation? Bukankah perusahaan itu hampir bangkrut? Dan setahuku, perusahaan itu bukan bagian dari Aditya Corporation" tanyanya sambil mengingat-ingat berita terakhir tentang perusahaan tersebut.Adrian tersenyum tipis, seperti sudah menduga reaksi Dirga. "Iya, memang benar. Hartono Corporation memang hampir bangkrut beberapa waktu lalu. Tapi itu dulu, sebelum aku masuk membantu mereka. Sekarang, aku sudah menginvestasikan uang yang cukup besar di sana.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29

Bab terbaru

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Prawira Group di ujung tanduk

    Namun, Mr. Lee mengangkat tangan, menghentikan Daniel. “Cukup. Saya juga akan memberi tahu kepada semua mitra bisnis kami di China tentang apa yang sudah terjadi hari ini. Saya ingin mereka tahu betapa bobroknya integritas Prawira Group.”Daniel tampak seperti dihantam badai. Wajahnya merah padam, tetapi kali ini bukan karena amarah, melainkan karena ketakutan. “Tuan Lee, tolong… tolong jangan lakukan itu. Anda tahu apa artinya bagi perusahaan kami jika reputasi kami hancur di pasar China. Kami tidak akan bisa bertahan. Saya mohon, beri kami kesempatan untuk memperbaiki kesalahan ini.”Mr. Lee menatapnya dengan dingin. “Kesempatan? Kesempatan itu Anda sudah sia-siakan ketika Anda memutuskan untuk bermain kotor. Saya tidak peduli berapa besar perusahaan Anda. Bagi kami, kejujuran adalah segalanya.”Setelah mengucapkan kata-kata terakhirnya, Mr. Lee meraih koper itu dan menyerahkannya kembali kepada Daniel. “Ambil u

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Hukuman Daniel

    Hari yang dinantikan akhirnya tiba. Ruang konferensi besar di sebuah hotel bintang lima di pusat kota dipenuhi oleh perwakilan dari dua perusahaan besar, Aditya Corporation dan Prawira Group, serta para eksekutif dari Techno Guard, perusahaan teknologi nomor satu di Asia. Atmosfer di ruangan itu tegang, penuh dengan harapan, ambisi, dan strategi tersembunyi.Adrian duduk di barisan depan bersama timnya, mengenakan jas hitam yang rapi, dengan tatapan penuh keyakinan. Di sebelahnya, Satya dengan percaya diri memegang tumpukan dokumen presentasi yang baru saja selesai dipaparkan. Adrian menepuk bahu Satya pelan. "Kerja bagus. Presentasimu tadi sempurna. Semua poin yang aku ingin sampaikan berhasil kau jabarkan dengan jelas," ucapnya.Satya tersenyum lega. "Terima kasih, Pak Adrian. Semoga ini cukup untuk memenangkan kepercayaan mereka."Di sisi lain ruangan, Daniel duduk santai di kursinya dengan senyum sinis. Dia menyandarkan tubuhnya ke kursi, sesekali melirik ke

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Pertarungan di mulai

    "Risiko?" Daniel menyambar dengan nada dingin, memotong kalimat pria itu sebelum selesai. "Risiko terbesar buatku adalah jika kalain semua gagal mendapatkan tender itu. Dan aku tidak akan mentolerir kegagalan lagi. Kalian tahu betapa malunya aku ketika Adrian memenangkan tender terakhir?!" Suaranya meninggi di akhir kalimat, membuat manajer itu menunduk dalam-dalam, takut untuk menjawab.Daniel menghela napas panjang, mencoba mengendalikan emosinya. "Kalian pikir Adrian lebih pintar dariku? Tidak! Dia hanya lebih licik, lebih oportunis dan kebetulan lebih beruntung dari ku. Tapi kali ini, kita akan menunjukkan siapa yang sebenarnya memegang kendali." Dia berhenti sejenak, matanya menatap jauh ke jendela besar di belakang ruangan, mengamati gemerlap lampu kota yang seolah menertawakannya."Adrian pikir dia sudah bisa mengalahkanku dan akan terus berada di atas," gumam Daniel, lebih kepada dirinya sendiri. Kemudian dia berbalik menghadap timnya lagi, menambahkan dengan n

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Kemarahan Daniel

    Anisa dan Siska saling berpandangan, ekspresi keduanya sama-sama penuh rasa penasaran. Kedatangan Dirga yang tiba-tiba membuat mereka bertanya-tanya."Kamu memangnya ada janji sama Dirga, Sis?" tanya Anisa, matanya menyipit seolah mencoba membaca pikiran adiknya.Siska menggeleng pelan. "Tidak, aku nggak punya janji apa-apa sama dia."Anisa mengerutkan kening, berpikir keras. "Terus, kenapa ya dia datang ke sini? Ada urusan apa kira-kira?" ucapnya sambil memiringkan kepala, jelas tak puas dengan jawaban Siska.Tiba-tiba, sebuah pemikiran melintas di benak Anisa, membuatnya tersenyum menggoda. "Jangan-jangan dia suka sama kamu, Sis! Makanya dia datang menemuimu kesini" celetuk Anisa dengan nada menggoda.Siska langsung merona, wajahnya memerah. "Apaan sih, Nis? Jangan ngomong yang aneh-aneh deh." Dia mencoba menutupi rasa malunya dengan memalingkan wajah. "Aku lagi nggak mau punya hubungan sama pria dulu. Karena aku masih trauma sama hubuganku dengan Reza."Anisa tersenyum lembut, mele

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Kesempatan kedua

    "Maafkan Mama, Nisa... Mama nggak pernah bermaksud membuat kalian merasa berbeda. Mama selalu berusaha adil, tapi mungkin Mama salah cara. Kalau sampai hubungan kalian jadi seperti ini, Mama ikut merasa bersalah."Anisa tersenyum lemah, mencoba menenangkan ibunya. "Mama, jangan salahkan diri Mama sendiri. Siska hanya perlu waktu untuk menyadari semua itu. Aku yakin nanti dia akan mengerti kalau perhatian Mama dan Papa selama ini bukan untuk membandingkan, tapi karena Mama ingin yang terbaik buat kami berdua."Adrian menimpali, mencoba mengalihkan suasana. "Sebaiknya kita berdoa saja. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran buat Siska, supaya dia sadar kalau perlakuannya selama ini terhadap Anisa itu salah." Dia memeluk Anisa lebih erat, lalu mencium puncak kepalanya penuh kasih.Anisa mengangguk pelan. "Semoga saja, Mas. Aku cuma ingin dia sadar, kalau semua orang menyayanginya."Di sudut ruangan, Dirga berdiri diam, memperhatikan dari kejauhan. Tangannya terlipat di depan dada, tapi ma

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Menyelamatkan Siska

    Tak lama kemudian, suara langkah cepat terdengar. Dirga mendongak, melihat wajah-wajah yang familiar. Anisa tiba bersama keluarganya—Adrian, Dimas, serta kedua orang tua mereka. Wajah mereka dipenuhi kekhawatiran."Dirga! Apa yang sebenarnya terjadi pada Siska?" tanya Anisa panik, langsung mendekati Dirga. Tangannya menggenggam lengan Dirga erat.Dirga menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sebelum menjawab. "Siska mengalami luka tembak. Dia masih berada di dalam, Anisa. Dokter masih berusaha menyelamatkan nyawanya. ""Tertembak?!" Anisa menjerit kecil, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Wajahnya langsung pucat. "Siapa yang melakukannya, Dirga? Bagaimana ini bisa terjadi?!"Adrian yang berdiri di belakangnya memasang wajah tegang. "Ya, Dirga. Tolong jelaskan pada kami. Apa yang sebenarnya terjadi?"Dirga mengangguk, berusaha menjelaskan semuanya sejelas mungkin meski hatinya sendiri masih terguncang. "Tadi, Siska diculik oleh dua orang pria suru

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Siska Tertembak

    KAU HARUS MATI, SISKA!" Lina berteriak histeris.Sebelum siapa pun sempat bergerak, suara tembakan menggema di ruangan itu. Peluru itu meluncur cepat, dan semua terasa seperti berjalan lambat. "DOR!"Peluru itu menghantam perut Siska, membuat tubuhnya terhempas ke belakang. Siska jatuh ke lantai dengan tangan yang mencengkeram perutnya. Darah segera mengalir membasahi pakaiannya. "Ahh!" Siska mengerang kesakitan, tubuhnya menggeliat saat rasa nyeri yang luar biasa menyerangnya."SISKA!" Dirga berteriak panik, langsung berlari ke arahnya. Sementara polisi lainnya bereaksi cepat, menundukkan Lina dan menjatuhkannya ke lantai. Pistol yang dia genggam terlepas dari tangannya, dan dia menjerit seperti orang kesetanan. "Dia harus mati! Dia pantas mati!" Lina terus meronta meski tangannya sudah diborgol dengan kuat.Dirga berlutut di samping Siska, wajahnya penuh dengan kecemasan. "Siska, bertahanlah! Tolong, jangan tutup matamu! Bantuan medis sedang dalam perjalanan!" Dia menekan luka di pe

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Tidak ada harapan

    Kedua pria suruhan Lina yang sejak tadi diam mulai saling melirik. Pria gondrong itu akhirnya memberanikan diri berbicara, meski suaranya bergetar. "Bos... maaf, ini kayaknya sudah di luar kesepakatan kita. Kita cuma disuruh bawa wanita ini ke sini. Kalau urusan ngebunuh, kita nggak mau ikut campur."Lina langsung berbalik ke arah mereka, matanya penuh dengan api kemarahan. "Diam kalian! Dari awal kalian membawa dia ke sini saja, kalian sudah ikut campur. Dan jangan lupa, kalian sudah kubayar mahal. Jadi sekarang, lakukan perintahku, atau aku akan memastikan kalian tidak akan bisa lari dari ini!"Pria botak mulai berkeringat dingin. "Tapi, Bos... ini bukan pekerjaan kita. Kita nggak pernah ngelakuin hal seperti ini sebelumnya. Kalau ini ketahuan, kita bisa kena masalah besar."Lina mendesah kesal, lalu mengambil amplop lain dari tasnya dan melemparkannya ke meja di depan mereka. "Dengar baik-baik. Kalau kalian membantuku menghabisinya, aku akan bayar kalian dua kali lipat dari yang su

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Intimidasi Lina

    Wanita itu menatap Siska dengan pandangan dingin, matanya menyiratkan sesuatu yang sulit dijelaskan—antara kebencian, kepuasan, dan mungkin dendam yang membara. Dirga mengamati semua itu dengan hati yang semakin dipenuhi kegelisahan."Siapa dia sebenarnya? Apa hubungannya dengan Siska? Kenapa dia sampai tega melakukan ini?" pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantui Dirga.Ia mencoba mengatur napasnya yang semakin berat, menanti saat yang tepat untuk bertindak, sementara kepalanya terus memutar berbagai kemungkinan. Di saat itu juga, suara sirene yang samar mulai terdengar di kejauhan, memberikan secercah harapan dalam situasi yang mencekam.Dirga merapat ke sisi rumah kosong itu, bersembunyi di bawah jendela yang retak. Ia menahan napas, berharap mendengar atau melihat apa yang sedang terjadi di dalam. Dari celah kecil di jendela, ia bisa melihat wanita cantik itu berdiri angkuh, sementara kedua pria suruhan membungkuk hormat di hadapannya.Wanita itu menyerahkan amplop cokelat yang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status