Share

Alasan

Author: mangpurna
last update Last Updated: 2024-07-27 00:46:59

Tring! Ponsel Adrian bergetar di atas meja kerjanya.

"Nomor tidak dikenal?" gumamnya, alisnya terangkat. Jarinya ragu-ragu sejenak sebelum membuka pesan itu.

Detik berikutnya, wajahnya memucat. "Apa-apaan ini?"

Di layar ponselnya, terpampang foto Anisa berjalan berdampingan dengan seorang pria asing di sebuah mall. Foto berikutnya membuat jantung Adrian seolah berhenti: tangan pria itu menyentuh bibir Anisa.

"Tidak... tidak mungkin," Adrian menggeleng keras, seolah berusaha mengusir bayangan itu dari pikirannya.

Dengan tangan gemetar, dia mencoba menghubungi Anisa. Sekali, dua kali, tiga kali...

"Ayolah, Anisa. Angkat teleponnya!" Adrian menggeram frustasi.

Rekan kerjanya, Budi, menoleh dengan heran. "Ada apa, Dri? Kelihatannya panik banget."

Adrian menggeleng, berusaha tersenyum. "Nggak apa-apa, Bud. Cuma... ada urusan keluarga."

Namun pikirannya terus berkecamuk. 'Anisa tidak mungkin selingkuh. Pasti ada penjelasan untuk ini.'

Setelah berkali-kali gagal menghubungi Anisa, Adrian tid
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Semakin Cinta

    Jantung Anisa berdegup kencang saat Adrian memperlihatkan layar ponselnya. Di sana terpampang foto-foto Anisa berjalan berdua dengan Daniel di mall. Anisa terkesiap, tangannya refleks menutup mulutnya yang terbuka karena terkejut."Adrian, dari mana kamu mendapatkan foto foto ini ?....Aku bisa jelaskan —" Anisa mulai berbicara, namun kata-katanya terputus saat Adrian menggeser ke foto berikutnya.Foto terakhir membuat dunia Anisa seolah berhenti berputar. Di sana, terlihat jelas Daniel sedang menyentuh bibir Anisa dengan jemarinya.Adrian menatap Anisa, matanya menyiratkan kesedihan dan kebingungan. "Darimana aku mendapat foto-foto ini... itu tidak penting. Yang aku inginkan sekarang adalah kejujuranmu, Anisa. Apa yang sebenarnya terjadi?"Anisa menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri. "Baiklah, aku akan menceritakan semuanya dari awal," ujarnya lembut. "Aku tidak sengaja bertemu Daniel di supermarket. Dia mengajakku makan sebagai kompensasi karena aku menolak tawaran kerjanya.

    Last Updated : 2024-07-27
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Obsesi

    Daniel terdiam sejenak, mendengarkan respons dari seberang telepon. Senyum liciknya semakin lebar."Ya, kau benar. Mereka pasti sedang bertengkar hebat sekarang. Foto-foto itu pasti sudah memancing kecemburuan Adrian."Ia menyandarkan tubuhnya ke jok mobil, terlihat sangat puas dengan dirinya sendiri."Langkah selanjutnya? Tentu, kita akan lanjutkan sesuai rencana. Tapi untuk saat ini, biarkan mereka 'menikmati' pertengkaran ini dulu."Daniel tertawa pelan, suaranya terdengar dingin"Baiklah, kita akan bicara lagi besok. Selamat malam, Dimas."Panggilan berakhir. Daniel menatap ke arah rumah Adrian dan Anisa sekali lagi, sebelum menyalakan mesin mobilnya."Selamat bermimpi buruk, Anisa sayang," gumamnya pelan sebelum menjalankan mobilnya, menghilang ke dalam kegelapan malam, menuju ke tempat peristirahatannya.Daniel memasuki apartemen mewahnya, pikirannya masih dipenuhi oleh Anisa. Dia langsung menuju kamar mandi, memutar keran bathtub dan membiarkan air hangat memenuhinya. Alunan mu

    Last Updated : 2024-07-27
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Curiga

    "Halo, Dimas," sapa Daniel."Daniel, apa ada perkembangan terbaru? Apa kau sudah memastikan kalau mereka benar benar bertengkar" tanya Dimas tanpa basa-basi.Daniel terkekeh. "Ya, sebelum aku meninggalkan rumah mereka, tadi aku sempat mengintip, untuk memastikan saja. Dan benar, mereka bertengkar hebat.""Sempurna," Dimas terdengar puas. "Tapi jangan senang dulu. Ini baru permulaan.""Maksudmu?" Daniel mengerutkan kening."Kita perlu memastikan retakan ini semakin besar," jelas Dimas. "Bagaimana kalau besok kau 'tidak sengaja' bertemu Anisa lagi?"Daniel terdiam sejenak. "Apa tidak terlalu mencolok?""Justru itu pointnya," Dimas tertaw

    Last Updated : 2024-07-28
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   sebuah rahasia

    Siska terus mencoba menghubungi Reza, jari-jarinya dengan cepat menekan nomor yang sudah sangat ia hafal. Namun, hanya nada sibuk yang menyambutnya. Kegelisahan mulai menggerogoti pikirannya, membayangkan berbagai skenario buruk yang mungkin terjadi.Dua jam berlalu bagaikan keabadian. Siska mondar-mandir di kamarnya, sesekali melirik ponselnya dengan harapan ada panggilan atau pesan dari Reza. Akhirnya, tepat pukul 23:45, ponselnya berdering."Reza!" serunya begitu mengangkat telepon. "Kemana saja kamu? Siapa wanita tadi? Kenapa teleponmu tidak bisa dihubungi? Pesta apa yang dia maksud?"Terdengar jeda sejenak sebelum Reza menjawab semua rentetan pertanyaan Siska, suaranya sedikit terengah. "Sayang, tenang dulu. Biar kujelaskan semuanya.satu satu""Jelaskan apa lagi, Reza? Aku dengar jelas ada suara wanita lain saat kita berbicara di telepon tadi!" Siska berseru, suaranya bergetar menahan emosi.Reza menarik napas dalam. "Dengar, wanita yang kamu dengar itu Lina, klien dari Samanta G

    Last Updated : 2024-07-28
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Dendam yang tersembunyi

    Reza membuka pintu kamar mandi hotel perlahan, matanya waspada menyapu sekeliling ruangan. Ia berbisik lembut, "Kamu sudah aman, sayang. Sekarang kamu bisa keluar."Seorang wanita cantik bergaun pesta keluar dari kamar mandi. Tubuhnya yang ramping berbalut gaun merah menyala yang memamerkan lekuk tubuhnya. Senyum menggoda tersungging di bibirnya yang merah."Istrimu memang benar-benar bodoh ya, sayang," ujar wanita itu sambil terkekeh. "Gampang sekali untuk dibodohi."Reza menyeringai, tangannya dengan cepat melingkari pinggang si wanita. "Kau benar, Lina. Siska memang terlalu naif."Lina menatap Reza lekat-lekat, jemarinya menelusuri dagu pria itu. "Mmm... tapi aku penasaran. Apa kau mencintai istrimu, sayang?""Tentu saja tidak," jawab Reza mantap, matanya berkilat dingin."Kalau begitu," Lina mendekatkan bibirnya ke telinga Reza, "kenapa tidak kau ceraikan saja dia dan nikahi aku?"Reza menangkup wajah Lina, menciumnya dalam-dalam sebelum menjawab, "Tidak semudah itu, sayang. Tujua

    Last Updated : 2024-07-29
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Perdebatan

    Reza terdiam sejenak, seolah mengumpulkan kekuatan untuk membuka luka lama. "Baiklah. Dulu, keluarga ayahku merupakan keluarga miskin. Ayahku dan Om Indrawan hidup serba kekurangan. Tapi ayahku... dia orang yang luar biasa.""Luar biasa bagaimana maksudmu?" Lina semakin tertarik."Dia rela mengorbankan pendidikannya agar Om Indrawan bisa sekolah. Kakek hanya mampu menyekolahkan satu anak, dan ayahku memilih untuk mengalah."Lina tertegun. "Wow... itu pengorbanan yang besar."Reza mengangguk, matanya mulai berkaca-kaca. "Ya, ayahku memang hebat. Dan Om Indrawan tidak pernah melupakan pengorbanan itu. Dia berhasil jadi pengusaha sukses dan sebagai balas budi, dia membiayai pendidikanku sampai ke luar negeri.""Lalu di mana masalahnya?" Lina bertanya hati-hati.Reza mendadak geram. "Daniel! Anak Om Indrawan itu! Dia tidak pernah menghargai perjuangan keluarga kami. Dia selalu membanggakan kesuksesan ayahnya, seolah-olah itu murni hasil kerja keras mereka sendiri!"Lina mengerti sekarang.

    Last Updated : 2024-07-30
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Ancaman seorang istri

    Suasana tegang semakin memuncak di ruang keluarga Hartono. Hartono, dengan wajah merah padam, menatap tajam istrinya."Kau berani mengancamku, Widia?" geramnya. "Aku akan tetap pada pendirianku!"Ibu Widia, meski gemetar, tetap berdiri tegak. "Ini bukan ancaman, pa. Ini pilihan. Pilihan antara kebahagiaan anak kita atau ambisimu! Dan kau tidak bisa terus-menerus mengatur hidup anak kita!" teriak Widia, suaranya tertdengar bergetar.Hartono mendengus. "Mengatur? Aku tidak mengatur kehidupannya, tapi aku sedang menyelamatkan masa depannya!""Menyelamatkan? Atau menghancurkan?" Widia menatap tajam suaminya. "Anisa bahagia dengan Adrian. Apa itu tidak cukup bagimu?"Hartono tertawa sinis, “cukup?” Aku akan merasa cukup , kalau Anisa sudah bercerai dengan suaminya dan menikah dengan pria pilihanku.” “Kau memang egois dan keras kepala, pa. Dari dulu kau tidak pernah mau berubah.” Teriak Widia.Tepat saat itu, Dimas dan Dinda masuk ke ruangan, mereka berdua terkejut melihat situasi yang t

    Last Updated : 2024-07-30
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Tamu tidak di undang

    Tanpa peringatan, Hartono menyambar ponsel dari tangan istrinya, Widia, dan membantingnya ke lantai marmer dengan penuh amarah. Pecahan kaca dan komponen elektronik berserakan di lantai."Apa yang sudah kamu lakukan?!" jerit Widia, matanya terbelalak menyaksikan ponselnya hancur berkeping-keping. "Kenapa kau membanting ponselku, Pa?!"Hartono berdiri tegak, dadanya naik turun menahan emosi yang meluap-luap. Matanya menyala-nyala, menatap tajam ke arah istrinya. "Itu pantas untukmu," desisnya dengan geram. "Kau pikir aku tidak tahu? Kau mencoba membocorkan rencana kita pada Anisa, kan?"Widia mundur selangkah, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "Itu karena... karena kamu sudah keterlaluan," isaknya. "Kalian menggunakan cara-cara licik untuk memisahkan mereka berdua. Apa kau tidak pernah memikirkan perasaan anak kita sendiri?""DIAM!" Hartono berteriak lantang, suaranya bergema di dinding-dinding rumah mereka yang luas. "Kamu tidak perlu ikut campur! Aku lakukan ini semua unt

    Last Updated : 2024-07-31

Latest chapter

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Kesedihan yang Menyisakan Pelajaran

    Dimas terduduk di lantai, matanya memandang kosong ke arah pembatas tempat Daniel terjatuh. "Aku hampir menyelamatkannya... Aku hampir mengubah segalanya," gumamnya dengan suara bergetar.Adrian menepuk bahu Dimas dengan lembut. "Kau sudah melakukan yang terbaik. Dia memilih untuk meminta maaf. Setidaknya, dia pergi dengan hati yang tidak lagi dipenuhi kebencian."Mereka berdua terdiam, menatap langit malam yang dingin. Dalam keheningan itu, keduanya berjanji dalam hati bahwa mereka akan menjaga keluarga mereka dan tidak akan membiarkan kebencian seperti ini menghancurkan lagi.Meskipun akhir ini tragis, mereka tahu bahwa cerita ini mengajarkan mereka tentang arti pentingnya memaafkan dan melepaskan dendam..***Beberapa bulan setelah insiden tragis yang mengguncang kehidupan Adrian dan keluarganya, kehidupan akhirnya kembali berjalan normal. Waktu telah menjadi penyembuh yang luar biasa, perlahan tapi pasti mengobati luka-luka hati yang ditinggalkan oleh kejadian itu. Kehidupan baru

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Penyesalan

    Adrian melangkah mendekat, tetap memeluk Alisha dengan hati-hati. "Dia selamat, Dimas. Aku dan polisi sudah berhasil menyelamatkannya. Kami tahu Daniel mungkin akan melakukan sesuatu yang nekat."Dimas menatap Adrian dengan kebingungan. "Tapi bagaimana mungkin...? Aku melihat sendiri, kalau dia... Daniel melemparnya..."Adrian menghela napas, mencoba menjelaskan di tengah emosi yang berkecamuk. "Sebelum aku ke sini, aku dan polisi sudah mempersiapkan segala kemungkinan. Kami memasang jaring pengaman di balkon kamar yang ada tepat di bawah rooftop ini. Saat Daniel melepaskan Alisha..." Adrian berhenti sejenak, menatap Alisha yang masih terisak. "...instingku benar. Jaring itu menyelamatkannya."Dimas tersandar lemas ke lantai, matanya mulai berkaca-kaca lagi, tetapi kali ini karena lega yang luar biasa. "Alisha... dia selamat. Dia benar-benar selamat..."Dimas menatap Adrian dengan penuh harap, suaranya gemetar ketika bertanya, "Bagaimana dengan Anisa dan semua anggota keluarga kita? A

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Daniel melakukannya

    Sementara itu, di rooftop yang penuh ketegangan, Dimas terus mencoba berbicara dengan Daniel. Dengan suara penuh harapan, ia berkata, “Daniel, aku mohon, lepaskan Alisha. Dia hanya seorang anak kecil, dia tidak bersalah. Kau tidak perlu melibatkan dia dalam dendammu ini.”Namun, Daniel tetap tak tergoyahkan. Dengan ekspresi penuh amarah, ia berteriak, “Kau tidak mengerti apa yang aku rasakan, Dimas! Aku sudah kehilangan segalanya. Adrian mengambil semua dariku—hidupku, mimpiku, bahkan wanita yang aku cintai! Dan sekarang, dia harus merasakan penderitaan yang sama.”Alisha terus menangis dalam dekapan Daniel, tangisannya semakin memilukan. Hati Dimas terasa hancur melihat keponakannya yang ketakutan. Ia tahu, jika ia tidak melakukan sesuatu, situasinya bisa menjadi lebih buruk. Dimas mencoba mengalihkan pikiran Daniel dengan berbicara lebih tenang. “Dengar, Daniel. Aku tahu kau terluka, dan aku tidak bisa menghapus rasa sakit itu. Tapi aku percaya kau masih punya hati. Jangan biarkan d

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Misi penyelamatan

    “Dengar kan aku baik-baik. Sebaiknya kalian berhenti berisik sekarang. Karena pertunjukanku yang kedua akan segera dimulai.”Kata-kata itu membuat Dimas dan Adrian saling berpandangan, bingung dan waspada.“Pertunjukan apa, Daniel? Apa yang sudah kau rencanakan?” tanya Adrian dengan suara tegang, mencoba mencari tahu apa maksud pria di depannya.Daniel hanya tertawa pelan, suara tawanya menggema di rooftop yang dingin. Belum sempat Adrian menuntut jawaban, tiba-tiba suara ledakan keras mengguncang udara, diikuti getaran yang terasa hingga ke tempat mereka berdiri.“Boom!” seru Daniel dengan nada puas, senyumnya semakin lebar melihat kepanikan yang mulai merayap di wajah Adrian dan Dimas.“Apa yang sudah kau lakukan, Daniel?!” teriak Dimas, suaranya penuh kepanikan. Adrian segera mengalihkan pandangannya ke arah suara ledakan, wajahnya memucat.Daniel menatap mereka dengan tatapan penuh kemenangan. “Tenang saja, ledakan kecil itu hanya untuk memberimu pilihan, Adrian. Kau mau menyelama

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Keadaan semakin genting

    “Jangan mendekat!” balas pria itu, menolehkan wajahnya ke Adrian dengan mata merah dan penuh kebencian. “Kalau kau mendekat, aku tidak akan ragu-ragu untuk... untuk...” Ia tak sanggup menyelesaikan kalimatnya, tapi gesturnya sudah cukup jelas.Angin kencang malam itu membuat suasana semakin mencekam. Alisha menangis keras, tangannya mencoba meraih udara seolah meminta bantuan.“Kau tidak perlu melakukan ini,” kata Adrian, mencoba menenangkan situasi. “Apa pun masalahnya, kita bisa menyelesaikannya secara baik baik. Jangan melibatkan anak kecil yang tidak bersalah.”Pria itu menatap Adrian dengan ekspresi penuh rasa sakit. “Tidak bersalah? Semua kejadian ini adalah salahmu, Adrian! Hidupku hancur karena kau! Sekarang kau harus merasakan penderitaanku!”Adrian melangkah pelan, berhati-hati agar tidak memprovokasi. “Dengar, aku tidak tahu apa yang sudah kau alami, tapi aku bisa membantumu. Asal kau menyerahkan Alisha padaku. Dia tidak seharusnya berada dalam situasi seperti ini.”Pria it

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Alisha di culik

    Daniel mengepalkan tangannya, suaranya berbisik dingin, “Nikmati kebahagiaan kalian sekarang, Adrian. Sebentar lagi, aku akan memastikan tawa itu berubah menjadi jeritan kesedihan.”Ia menatap Anisa yang tersenyum cerah sambil memegang tangan Alisha. Pemandangan itu membuat hatinya terbakar. Ia memalingkan wajahnya sebentar, berusaha meredam emosi yang semakin memuncak. Dengan langkah perlahan namun penuh perhitungan, ia bergerak menuju belakang panggung kecil tempat perayaan berlangsung.Di atas panggung, Adrian dan Anisa melanjutkan nyanyian mereka, memimpin para tamu dalam perayaan. Alisha, yang kini genap dua tahun, tertawa riang di tengah sorakan semua orang. Suasana bahagia memenuhi ballroom, penuh dengan senyum dan tawa dari keluarga dan teman dekat.Namun, kegembiraan itu tiba-tiba terhenti. Dalam sekejap, lampu di seluruh ballroom padam, meninggalkan kegelapan yang pekat. Suara bisikan dan gumaman panik mulai terdengar dari para tamu.

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Menjalankan rencana

    Doni menelan ludah, merasa merinding oleh intensitas di mata bosnya. Ia bertanya hati-hati, “Kalau boleh tahu, Pak, apa rencana Bapak?”Daniel terdiam sejenak, memutar gelas minumannya di tangan. Cairan bening di dalamnya berputar lambat, seolah mencerminkan kekacauan yang bergejolak di dalam pikirannya. Setelah beberapa detik, ia menghela napas panjang dan tersenyum kecil, sebuah senyuman yang dingin dan penuh tekad. “Nanti juga kamu akan tahu, Doni. Yang jelas, aku akan membuat Adrian merasakan apa yang kurasakan sekarang. Kehilangan segalanya. Hancur. Dan aku akan pastikan dia tidak pernah bangkit lagi.” Suaranya dipenuhi bara dendam yang membakar setiap kata yang diucapkannya.Doni mengangguk perlahan, mencoba menyembunyikan kegelisahan di hatinya. “Baik, Pak Daniel. Saya percaya, apa pun yang Bapak lakukan pasti yang terbaik. Tapi... saya tetap harus mengingatkan, anda Pak. Pak Adrian itu bukan orang sembarangan. Dia punya uang, kekua

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Senyum kemenangan

    Sementara itu, di kediaman AdrianSenja baru saja turun, mewarnai langit dengan semburat jingga. Di ruang tamu rumah besar milik Adrian, Anisa sedang duduk membaca buku sambil menunggu suaminya pulang. Suara mesin mobil berhenti di halaman, membuatnya segera menutup buku dan bangkit menuju pintu.Ketika pintu terbuka, Adrian muncul dengan senyuman yang lebar. Langkahnya ringan, wajahnya berseri seperti seseorang yang baru saja memenangkan perang besar.Anisa menyipitkan mata, heran. “Mas? Kok kamu kelihatan bahagia sekali? Ada apa?” tanyanya, berjalan mendekat.Adrian hanya tersenyum, melepaskan jasnya dan menyerahkannya pada Anisa sambil berjalan menuju sofa. Anisa mengikutinya dengan rasa penasaran yang semakin membuncah.Setelah duduk, Adrian menepuk sofa di sebelahnya, memberi isyarat agar Anisa duduk di sampingnya. Anisa patuh, duduk dengan mata yang menatap tajam, menunggu jawaban.“Cerita dong, Mas. Jangan membuat aku semakin penasaran,” katanya sambil menyodorkan secangkir kop

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Prawira Group di ujung tanduk

    Namun, Mr. Lee mengangkat tangan, menghentikan Daniel. “Cukup. Saya juga akan memberi tahu kepada semua mitra bisnis kami di China tentang apa yang sudah terjadi hari ini. Saya ingin mereka tahu betapa bobroknya integritas Prawira Group.”Daniel tampak seperti dihantam badai. Wajahnya merah padam, tetapi kali ini bukan karena amarah, melainkan karena ketakutan. “Tuan Lee, tolong… tolong jangan lakukan itu. Anda tahu apa artinya bagi perusahaan kami jika reputasi kami hancur di pasar China. Kami tidak akan bisa bertahan. Saya mohon, beri kami kesempatan untuk memperbaiki kesalahan ini.”Mr. Lee menatapnya dengan dingin. “Kesempatan? Kesempatan itu Anda sudah sia-siakan ketika Anda memutuskan untuk bermain kotor. Saya tidak peduli berapa besar perusahaan Anda. Bagi kami, kejujuran adalah segalanya.”Setelah mengucapkan kata-kata terakhirnya, Mr. Lee meraih koper itu dan menyerahkannya kembali kepada Daniel. “Ambil u

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status