Beranda / Romansa / Suami yang Kuperjuangkan / Bab 96 Gak akan ada Ibu tiri

Share

Bab 96 Gak akan ada Ibu tiri

Penulis: Azfa arroyyan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-27 09:12:42

"Eh masih pada di sini rupanya," ucap mas Bayu masuk rumah.

"Masuk rumah tuh ya ucap salam Mas," sindirku.

"Aku pikir gak ada orang, karna biasanya kamu selalu tidur, kalau gak tidur pasti juga pergi entah ke mana," jawab mas Bayu asal.

"Ada orang atau gak ada, masuk rumah itu harus tetap ucap salam Mas," jawabku emosi.

"Iya iya Assalamu'alaikum Anisa, Mas Bagas, Mbak Anita," ucap Bayu seraya menyeringai.

Rasanya benar-benar ingin ku tampar mukanya.

"Gak salam dikomentari, kasih salam dicuekin maunya apa coba," sindir mas Bayu.

"Iya Bay wa'alaikumussalam.. " jawab mas Bagas datar.

"Ayo An, kita pulang sekarang," ucap mas Bagas seraya bangkit dari duduknya.

"Gak mau ngobrol-ngobrol dulu Mas, kita kan sudah lama gak ketemu," kata mas Bayu basa-basi.

"Aku masih ada urusan," jawab mas Bagas singkat.

"Urusan perceraian yah?" sindir mas Bagas.

Mas Bagas hanya menoleh sekilas tanpa menjawab apa-apa.

"Ayo Mas buruan," ucap mbak Ani seraya berjalan cepat menuju mobil.

"Kamu harus
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 97 Penyatuan dengan penuh cinta

    "Mas mau makan siang apa, nanti aku pesankan," ucapku ketika mobil hampir sampai rumah. "Belum juga sampai rumah An," jawab mas Bagas seraya mengulas senyum. Beberapa waktu terahir ini aku sangat bahagia. Mas Bagas memperlakukanku dengan sangat baik. "Andai saja bisa seperti ini selamanya," batinku. "Ah tidak tidak," ucapku dengan mengibas-ibaskan tanganku. "Apanya yang tidak An?" tanya mas Bagas bingung. "Nggak, ini pesan sekarang aja, biar nanti sampai rumah makanan juga sudah sampai ini udah lewat waktu makan siang kan, untung aja tadi kita sempat sholat zuhur dulu di rumah Nisa," jawabku gagap. "Iya untung tadi kamu ngingetin buat sholat dulu, kalo gak, keburu Bayu datang kita bisa kehabisan waktu zuhur," ucap mas Bagas semangat. "Makasih ya Mas udah ngajarin aku sholat," ucapku tulus. "Yang ngajarin tuh Pak Ustadz bukan aku," jawabnya seraya tertawa. "Tapi kan berkat petunjuk dari kamu," ucapku tak mau kalah. "Alhamdulillah, kalau bisa bermanfaat," ucapnya ikhlas. "K

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-27
  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 98 Permainanmu membuat lupa rasa sakitku

    "Jika itu akan membuatmu lebih baik maka akan ku berikan, ini masih menjadi kewajibanku untuk memenuhi hakmu," ucapnya seraya mengangkat daguku. Kemudian mendekatkan bibirnya pada bibirku.Sentuhan bibirnya terasa begitu lembut. Tangannya mulai membuka kancing kemejaku satu persatu tanpa melepas kecupannya di bibirku. Sekarang bibirnya turun ke leher dilanjutkan dengan kecupan kecupan kecil sampai ke dadaku, tanpa sadar akupun melenguh menikmati sapuan bibir dan lidahnya. Sementara tangan kananya menurunkan rokku, tangan kirinya terus membelai dadaku dengan lembut. Dengan cekatan mas Bagas membuka celananya dan kamipun melakukan penyatuan dengan penuh cinta.Tidak sampai disitu mas Bagas bahkan mengajakku dengan gaya permainan yang berbeda-beda membuat sensasi kenikmatan yang berbeda pula disetiap masing-masing posisi. Baru kali ini aku merasa diperlakukan dengan penuh kelembutan dan kasih sayang oleh suamiku yang sebentar lagi akan pergi. Rasanya begitu sakit jika mengingat hal

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-28
  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 99 Aku terima talakmu

    "An aku minta keikhlasanmu ya, aku berdoa semoga segala yang terjadi pada kita, bisa kita rasakan sebagai hal terbaik yang Allah berikan untuk kita," ucap tulus mas Bagas. "Iya Mas, InshaAllah aku siap," ucapku dengan mengulas senyum. "Bismillahirrohmaanirrohiim... aku jatuhkan talakku kepada Anita anastia binti Surahman, karena Allah," ucap mas Bagas seraya memegang kepalaku. "Aku terima talakmu Mas," lirihku dengan menunduk. "Setelah ini kita masih bisa berteman kan Mas, apa kapan-kapan aku boleh berkunjung ke rumahmu?" tanyaku khawatir. Ada rasa tak rela, untukku melepaskan mas Bagas tapi aku tau ini yang terbaik. "Tentu saja An, kita harus tetap menjaga ikatan silaturahmi kita," jawab mas Bagas yakin seraya berjalan ke luar rumah. Aku mengikutinya berjalan mendekat ke motornya. "Makasih ya Mas, besok kita mulai urus perceraian kita ya, lalu kita lanjut urus sertifikat toko," ucapku basa-basi hanya ingin mengulur waktu agar mas Bagas tidak segera pergi. "Iya An," jawab mas

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-28
  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 100 Membangun keluarga baru

    Setelah satu tahun berikutnya. "Sari dulu pernikahanmu dilakukan sangat biasa dan sekarang pesta pernikahanmu sungguh luar biasa,padahal sekarang sudah bukan perjaka sama perawan lagi" ucap Ibu Rina tetanggaku seraya cekikikan. "Sekarang kan Bagas sudah jadi orang sukses, tentu saja Bagas tidak mau hari bahagianya di lewati dengan biasa saja kan," Ibu tetangga yang lain ikut menimpali. "Iya Bu Alhamdulillah, karena saya sekarang di mampukan untuk membuat pesta, saya ingin memberikan yang terbaik untuk istri saya Bu," jawab mas Bagas sopan. "Padahal seingatku dulu usaha bagas juga sukses lho, bahkan termasuk usaha sablon yang besar dilingkungan kita kan ya," Ibu Lani ikut menimpali. "Ya anggap saja yang sekarang lebih sukses dari yang dulu Bu," jawab mas Bagas seraya tersenyum sopan. "Tuh kan Mas, aku bilang juga apa, gak perlu pesta-pesta aku malu," bisikku pada mas Bagas. "Gak papa aku ingin membangun keluarga baru yang semuanya dimulai dari awal dengan yang terbaik untukmu,ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30
  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 101 Selalu ada hikmah di balik musibah

    "Mas Bagas, selamat menempuh hidup baru ya," ucap Ardi serius seraya memeluk mas Bagas. Kami semua terdiam melihatnya. Tapi kemudian di susul dengan gelak tawa. "Kamu mengagetkanku saja Di," ucap mas Bagas dengan tertawa juga. "Tapi serius Mas, selamat ya, ingat jangan kamu sia-siakan lagi mbak Sari, karna jika itu terjadi kamu gak akan bisa dapatkan gantinya," ucap Ardi serius. "Tumben kamu ngomong bener Di," ledek mas Bagas. "Sepertinya aku sudah harus lebih sering ngomong Mas, biar gak lagi kehilangan masa indah berkeluarga," ucap Ardi haru. "Ayah... Tania boleh makan ini," ucap Tania manja seraya menunjukkan es krim coklat di tangannya. "Boleh dong sayang kenapa gak boleh," jawab Ardi seraya menggendong Tania. "Bunda selalu bilang Tania gak boleh makan es krim coklat nanti giginya jadi gak cantik trus nanti jadi gendut gak cantik," ucap Tania dengan logat lucunya. "Gak papa, selama Tania jadi orang baik Tania akan tetap cantik," ucap Ardi seraya mengusap kepala Tania. "B

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30
  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 102 Mau jadi apa anakku nanti

    Seminggu setelahnya. sampailah aku dan mas Bagas pulang dari Bali. Kami langsung menuju rumah Ibu karena anak-anak tinggal di sana bersama Nisa."Assalamu'alaikum... anak-anak.... aku pulang...." ucapku semangat seraya masuk rumah.Aku benar-benar tak sabar ingin bertemu mereka semua. "Mamah...... " ucap Rafif girang seraya lari ke arahku. "Rafif kangen Mamah," ucap Rafif seraya memelukku erat. "Mamah juga kangen banget, kaka mana Fif?" tanyaku dengan melepas pelukan Rafif. "Kaka main futsal lah, apalagi," jawab Rafif semangat. "Kalau sama papah kangen gak nih," ucap mas Bagas seraya berjongkok dan membuka lebar tangannya. "Kangen si tapi... kata mamah Papah sibuk gak boleh sama Papah dulu," ucap Rafif ragu. Mas Bagas langsung memeluk Rafif. "Enggak sayang, sekarang papah udah gak sibuk lagi, sekarang kita bisa bermain bersama terus," ucap Mas Bagas meyakinkan. "Beneran Pah?" tanya Rafif ragu seraya melepas pelukannya. Karena ke egoisanku, dulu Rafif sering nangis minta ketem

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-31
  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 103 Pak Ustadz lebih perhatian

    "Assalamu'alaikum... mana nih oleh-oleh buatku," ucap Anita seraya masuk rumah. Sekarang aku tinggal di rumah yang mas Bagas beli. Bukan rumah mewah tapi bagiku ini sangat indah dan nyaman karena isinya penuh dengan kedamaian. "Wa'alaikumussalam... tenang aja ada oleh-oleh buat semuanya kok,tapi sisa ya, salah sendiri kelamaan datangnya," ucapku seraya mengulas senyum."Sini duduk dulu biar aku buatkan minum," ucapku seraya melangkah ke dapur. "Minumnya yang banyak ya Sar, soalnya aku mau lama di sini, aku mau cerita banyak sama kamu," jawab Ani seraya duduk di sofa ruang tamu. "Nih minumnya mau cerita apa?" ucapku serapa meletakan teko berisi air sirup beserta gelasnya. "Widih bener-bener banyak," ucap Ani seraya tersenyum lebar. "Takutnya ceritanya gak selesai sampai besok pagi," ucapku dengan cekikikan. "Bisa jadi," jawab Ani dengan cekikikan juga. "Mas Bagas gak ada kan Sar?" tanya Ani seraya mengedarkan pandangannya ke semua sisi ruangan. "Gak ada lah, kalau siang gini

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-31
  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 104 Yang penting suka atau tidak

    "itu aja sih yang mau aku ceritakan Sar," ucap Ani seraya nyengir kuda. "Katanya mau crita banyak banget lah kok cuma begitu," ledek ku. "Bukan cuma Sar, ini hal besar tau!" ucap Ani kesal. "Iya meski intinya sama, aku pikir beneran mau crita sampai besok pagi," ucapku sambil menahan tawa. "Tadi udah banyak banget dipikiranku yang mau aku ceritakan, tapi aku sekarang gak tau mau ngomong apa," ucap Ani bingung seraya nyengir. "Tante ada rasa suka gak sama Pak Ustadz?" tanya Adit memastikan. "Ya sekedar kagum ada sih, beliau sangat menghormatiku meskipun beliau tahu bagaimana keburukanku di masa lalu, tapi beliau terlihat tak pernah merendahkanku sedikitpun," jawab Ani bangga. "Terus terang aku merasa nyaman bersamanya, aku merasa dihormati,tidak seperti kebanyakan orang yang cuma cari muka di depanku," jawab Ani panjang lebar. "Kalau Pak Ustadz ngajakin nikah sama tante, tante mau gak?" tanya Adit. "Aku gak boleh terlalu gr Dit, itutuh ibarat pungguk merindukan rembulan Dit,"

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-01

Bab terbaru

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 149 Ayah gak pernah maksa

    "Alhamdulillah sekarang Rehan udah bisa pulang," ucapku seraya memeluk Rehan. "Ayah mana Bun? katanya mau jemput Rehan?" tanya Rehan seraya memandang arah pintu. "Mungkin sebentar lagi datang, atau sepertinya Ayah akan langsung menyusul ke rumah," jawabku menyemangati Rehan. "Tapi Rehan takut Ayah gak datang," ucap Rehan dengan tertunduk lesu. "Bunda telepon Ayah sekarang yah," ucapku seraya meraih hpku di tas. "Iya Bunda, telepon sekarang cepat, Rehan mau pulang sama Ayah," ucap Rehan begitu semangat. "Rehan mau pulang ke tempat Ayah?" tanyaku cemas. "Iya, kan kemarin Bunda bilang, kalau Rehan udah sembuh Rehan boleh ikut Ayah," jawabnya dengan mata berkaca. Aku seperti tak mau merelakan, tapi juga tak kuasa merusak kebahagiaan Rehan yang baru sembuh dari sakitnya. "Bunda akan tepati janji Bunda kan," ucap Rehan menyadarkanku. "Iya Iyah, tentu saja," jawabku gugup. "Kalo gitu Bunda telepon Ayah sekarang, Rehan pengin mainan sama Ayah cepet," ucap Rehan seraya menggoyang-go

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 148 Rehan akan ikut Ayah

    "Mbak Sari aku minta nasehatnya aku minta sarannya aku lagi bingung banget Mbak," rengekku pada mbak Sari. "Apa yang kamu lakukan sudah benar, sudah serahkan saja pada dokter tugas kamu sekarang tinggal berdo'a," jawab mbak Sari bijak. "Masalahnya sudah tiga hari panasnya belum turun juga, dan Rehan terus saja memanggil Ayahnya, dokter juga menyarankan untuk segera memanggil Ayahnya," ucapku ragu. "Apa gak sebaiknya kamu beritahu Bayu tentang keadaan Rehan sekarang," ucap mbak Sari memberi saran. "Itu dia masalahnya Mbak, aku sempat berfikir jika Rehan bisa melewati masa ini maka Rehan akan benar-benar bisa lepas dari Bayu," ucapku penuh harap. "Jika Rehan sudah bisa lepas dari Bayu maka aku akan segera mengajukan permohonan cerai,” ucapku ragu. “Tapi keadaan Rehan sekarang membuatku bingung juga, baiknya gimana ya Mbak," lanjutku dengan putus asa. "Aku tau ini hal yang berat untukmu, tapi ini juga berat buat Rehan, mungkin untuk saat ini, kamu ngalah dulu aja ya, biarkan Rehan

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 147 Kita perbaiki semuanya

    "Tania mau mampir dulu gak?" tanya Niar ketika sampai di rumah tantenya Niar. "Udah malam ya, besok-besok aja, udah main seharian mau istirahat dulu ya Tan," ucapku menolak. "Apa kita mampir dulu sebentar Yah, sebentar aja," rayu Tania padaku. "Kan udah main seharian ini, besok juga ketemu lagi sama tantenya," bujukku. "Sebentar aja, sebentaaaaar banget Yah," Tania terus saja merengek. "Ya sudah tapi bentaran aja," ucapku menyerah. "Oke, makasih Ayah," ucap Tania seraya ke luar mobil. Aku pun menepikan mobilku kemudian turun dari mobil. "Kayaknya ada tamu di dalam?" tanyaku seraya berjalan ke dalam. "Kayaknya si iya," jawab Niar dengan terus melanjutkan langkahnya. "Assalamu'alaikum," ucap kami serempak di depan pintu. "Wa'alaikumsalam.. " jawab serempak orang-orang dari dalam. Kemudian Niar membuka pintu dan masuk rumah, aku dan Tania lekas mengikutinya. "Niar ini Halim sudah lama nungguin kamu," ucap tantenya Niar. Aku mendekat menyalami semua orang di dalam tak lupa T

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 146 Tak ada yang tidak ku ketahui

    "Tunggu-tunggu, kok Mbak Niar bisa kenal juga sama suaminya Bening, dan berarti Bening masih punya suami?" ucap Nisa terlihat bingung. "Kan sudah ku bilang, gak ada yang gak aku ketahui," jawab Niar dengan khas sombongnya. "Tadi kebetulan kami lihat mereka di rumah makan yang kami datangi," jawabnya lagi menjelaskan. "Dia kayaknya masih berstatus istri orang tapi kemungkinan besar dia akan menceraikan suaminya, karena di lihat tadi dia sudah gak mau lagi peduli sama suaminya," ucap Niar yakin. Sekarang aku tau kenapa Niar begitu tertarik ingin tau masalah Bayu tadi, ternyata benar dia ingin membantu Nisa, aku yang kakanya bahkan tak ada usaha apapun untuk membantunya. "Terus untuk Rehan gimana Mbak, gimana kalau Bayu menuntut hak asuh anak juga," ucap Nisa khawatir. "Sebernarnya kalau Bayu terbukti dengan kuat dia selingkuh maka hak asuh anak akan jatuh padamu Nis," ucapku meyakinkan. "Tapi, percuma juga Rehan bersamaku kalau dia terus-terusan maunya sama ayahnya," keluh Nisa.

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 145 Sekarang jadi Bunda Niar

    "Assalamu'alaikum.. " ucapku seraya mengetuk pintu rumah Nisa. "Wa'alaikumsalam.. Oh Om Ardi Rehan kira Ayah yang pulang," ucap Rehan sambil membuka pintu rumah.“Siapa yang datang Re?” tanya Nisa dari dalam. “Tania Bun,” jawab Rehan. "Eh Mas Ardi kok sama mbak Niar, ada Tania juga sini masuk," ucap Nisa mempersilahkan kami masuk. "Duduk Mas, Mbak aku ambil minum dulu ya," ucap Nisa seraya berjalan ke belakang. "Kopi ya Nis," ucap Niar sedikit berteriak. "Iya Mbak,Mas Ardi juga kopi?" ucap Nisa juga berteriak. "Ya boleh," jawabku. "Rehan kok sedih, Rehan gak suka ya aku datang ke sini?" tanya Tania murung. "Suka kok, aku cuma kangen Ayah, Ayah sudah lama gak pulang," ucap Rehan sedih. "Kamu telepon aja, vidio call sama Ayahmu," ucap Tania memberi saran. "Bunda sudah mencoba, tapi Ayah gak bisa di hubungi," jawab Rehan putus asa. "Pakai ponsel Ayahku aja sini," ucap Tania seraya menggandeng tangan Rehan mendekat padaku. "Ayah coba telepon Ayahnya Rehan Yah," pinta Tania pa

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 144 Dia ini anakku

    "Akhirnya bisa jalan-jalan dan makan di luar sama tante Niar, Tania seneng banget deh," ucap Tania semangat. "Jalan-jalannya memang udah tapi makannya belum, jangan bilang udah makan, tante lapar ini," ucap Niar seraya mengusap perutnya dengan ekspresi memelas. Niar nih lucu banget bersamanya bener-bener rame dan gak ada bosennya. "Oh iya kita baru mau makan ya, Tante jangan nangis dong yuk kita makan makanan kesukaan Tante," ucap Tania seraya menggandeng Niar ke dalam. "Mereka terlihat begitu kompak, Niar benar-benar memposisikan diri seperti teman bagi Tania," batinku. "Ayah kenapa senyum-senyum sendiri, ayo cepat masuk ini tante sudah kelaparan," ucap Tania mengagetkan dari lamunanku. "Aduh aw," teriak Niar karena tertabrak oleh orang tak di kenal. Untung saja aku sudah berada di dekatnya sehingga aku bisa menopang tubuhnya agar tidak jatuh. "Heh punya mata gak si, main tabrak aja!" teriak Niar. "Kamu gak papa?" tanyaku khawatir seraya membantunya berdiri tegak. "Heh berh

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 143 Gak akan bertemu lagi

    "Assalamu'alaikum mbak Sari gimana keadaanmu?" tanya Ardi masuk ruangan. "Wa'alaikumsalam Alhamdulillah baik Di, mas Bagas kasih tau kamu kalau aku di rumah sakit?" tanya mbak Sari. "Nggak Mbak, Tania merengek minta ke rumah Mbak Sari katanya pengin main sama tante Niar, waktu aku datang sepi, kata art nya Mbak lagi di rawat jadi aku langsung ke sini aja," jawabku jujur. "Tapi kalau di rumah sakit kan gak mungkin main, entar bisa di semprot sama pasien sebelah," jawab Niar sambil tertawa. "Ya gak papa gak main dulu nanti mainnya kalau tante Sari sudah sehat dan sudah di rumah," jawab Tania dengan logat lucunya. "Ini aku bawakan makanan buat mbak Sari buat Niar juga," ucapku seraya menyodorkan kantong makanan. "Aku sudah makan, makanan dari rumah sakit tadi Di, kalian aja makan kebetulan mbak Niar belum makan tuh," ucap mbak Sari. "Tapi kamu makan buahnya ya Sar, ini sudah aku kupasin," ucap Niar seraya menyodorkan buah yang sudah dipotong di piring. "Iya Mbak, ya sudah kalian

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 142 Lebih baik jika taka ada teman

    "Kok bayi si, Mbak Sari hamil lagi?" tanyaku tak percaya. "Iya Nis aku lagi hamil," jawab mbak Sari dengan tersenyum. "Kalau dia gak sedang hamil mana mungkin dia bertahan dengan kakamu yang kurang ajar itu," ucap mbak Niar emosi. "Jaga omonganmu Mbak, bagaimanapun mas Bagas itu suamiku, aku tetap gak terima kamu ngatain dia begitu," ucap mbak Sari terlihat emosi. "Iya Sar, maaf maaf, suasananya benar-benar membuatku gak bisa nahan emosi nih," jawab mbak Niar seraya cengengesan. "Alesan aja kamu Mbak, pokonya aku gak mau ya, denger kamu ngatain mas Bagas lagi," ucap mbak Sari tegas. "Iya Sari aku janji," jawab mbak Niar seraya nyengir. "Apakah Mbak Sari juga berniat untuk cerai sama mas Bagas?" tanyaku memastikan. "Ya waktu itu memang sempat terfikir untuk cerai, wanita mana yang tahan dimadu Nis," jawab mbak Sari dengan tertunduk."Tapi aku kan gak boleh egois, aku juga harus memikirkan bayiku ini, jadi aku coba berdamai dengan keadaan aku akan coba menerima takdir ini," ucap

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 141 Perempuan seperti apa mainannya

    "Apa kamu sungguh bisa bantu aku Mbak?" tanyaku tak sabar. "Yah kamu gimana udah pernah ngajuin buat cerai belum?" tanya mbak Niar seperti menuntutku. "Yah gimana, aku belum bisa cerai karena Bayu terus saja mempengaruhi anakku," keluhku. "Katanya sekarang sudah hampir sebulan gak pulang?" tanya mbak Niar menegaskan. "Iyah tapi pengaruhnya Bayu yang dulukan masih ada sampe sekarang, kalau aku cerai maka aku yang di salahkan sama Rehan dan bisa-bisa Rehan gak mau lagi sama aku," keluhku. "Eh kamu cari perempuan buat godain suamimu, kalau dia udah jatuh cinta suruh cewe itu buat rayu suamimu agar menceraikanmu dan meninggalkan anakmu," ucap mbak Niar."Kasih aja perempuan itu semua hartamu, perempuan macam itu pasti bakal seneng banget," lanjutnya yakin. "Nanti kamu tunjukkan ke anakmu kalau suamimu yang ngusir kamu, kasih liat dia kalau dia juga gak butuh anakmu, biar anakmu tau siapa yang salah," ucap mbak Niar mantab. "Tapi selama ini Bayu tuh gak pernah naruh hati sama peremp

DMCA.com Protection Status