Suami yang Kukira Miskin Mengubah Nasibku

Suami yang Kukira Miskin Mengubah Nasibku

By:  Musim Gugur  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Not enough ratings
50Chapters
110views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Nasib Hazel Lukito sangat sial. Dia bukan hanya tidak disayangi oleh orang tuanya, juga dikhianati oleh mantan kekasihnya, ditindas oleh teman kerjanya, dan bahkan mesti menyantap mie instan tanpa bumbu. Siapa sangka setelah menikah kilat dengan suaminya yang miskin, Hazel yang dijuluki pembawa sial bagi orang tuanya malah disayangi oleh keluarga sang suami. Teman kerja yang mempersulit Hazel juga dipecat pada keesokan harinya. Saat Hazel kehabisan uang dan hanya bisa makan mie instan, dia pun menang hadiah 200 juta dari kode QR di kemasan mie instan. Saat kekasih dari mantan kekasih Hazel mentertawakannya miskin, suaminya malah mengendarai mobil edisi terbatas! Hazel bertanya kepada suaminya yang bernama Vince Anggara dengan bingung, “Bukannya kamu itu miskin? Kenapa kamu bisa mengendarai mobil semahal itu?” Vince menjawab, “Ini mobil sewaan.” Setelah itu, Hazel membaca sebuah berita tentang mobil mewah tersebut. [ Satu-satunya Mobil Edisi Terbatas di Dunia Ini Dimiliki Orang Terkaya di Kota Jaloria. ]

View More
Suami yang Kukira Miskin Mengubah Nasibku Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
50 Chapters
Bab 1
Di Kota Jaloria.Siang hari pada musim panas ini, sepertinya Hazel Lukito sama sekali tidak merasa panas. Dia malah berjalan di bawah terik matahari dengan kepala tertunduk. Kata-kata ibunya semalam masih terlintas di benaknya.“Tugas seorang wanita itu hanya meneruskan garis keturunan. Jadi, nggak masalah siapa pasangan yang akan kamu nikahi. Pak Kimin memang lumayan tua, tapi dia bersedia membayar mahar sebesar 1 miliar. Kenapa kamu masih pilih-pilih?”“Kalau kamu punya hati nurani, kamu seharusnya mempertimbangkan adikmu. Dengan adanya 1 miliar itu, dia sudah bisa membayar DP untuk membeli rumah dan menikah. Pada saat itu, kamu hanya perlu bantu membayar cicilan rumahnya saja. Bukannya bebanmu juga akan berkurang?”Hazel sadar ibunya memang pilih kasih. Namun, dia tidak menyangka ibunya akan menyuruhnya menikah dengan seorang pria paruh baya yang sudah botak, bahkan lebih tua puluhan tahun darinya demi mendapatkan mahar sebesar 1 miliar.Langkah kaki Hazel berhenti. Pandangannya ter
Read more
Bab 2
Setelah mendengar ucapan Karin, Hazel langsung merasa marah. Beberapa hari yang lalu, Karin sudah memaksanya untuk kencan buta dengan Kimin. Pada saat itu, Karin berkata Kimin adalah seorang pria berperawakan tinggi yang tampan dan sukses dalam kariernya.Namun, begitu tiba di tempat perjanjian, Hazel baru menyadari bahwa pria yang berada di sana adalah pria paruh baya botak yang jelek, gemuk, dan pendek. Begitu melihat Hazel, Kimin juga langsung tersenyum mesum. Hal terparah adalah Kimin tiba-tiba meludah saat mereka sedang berbicara, lalu menggesek-gesek ludahnya itu dengan kaki. Setelah itu, dia dengan sombongnya menyuruh Hazel mengundurkan diri dari perusahaan agar Hazel bisa merawat orang tuanya dan melahirkan beberapa putra untuknya.Hazel langsung ketakutan dan buru-buru mengatakan bahwa mereka tidak cocok. Setelah itu, dia segera melarikan diri ke rumah. Awalnya, Hazel mengira hal ini sudah berakhir. Tak disangka, Karin malah diam-diam menghubungi Kimin lagi. Hazel pun sangat
Read more
Bab 3
Di sebuah ruang VIP karaoke yang berada di pusat kota.Vince duduk di sudut ruangan dalam diam sambil menggenggam segelas air putih. Dia terlihat sangat tidak cocok berada di lingkungan yang bising ini.Di tengah-tengah ruangan, Kitto yang kepalanya diperban sedang memeluk seorang wanita cantik bertubuh seksi sambil menyanyikan nada tinggi. Dia sudah sepenuhnya hanyut dalam suasana.Vince mengusap-usap telinganya sambil memandang ekspresi Kitto yang penuh penghayatan. Kitto pada dasarnya adalah orang yang buta nada. Namun, dia malah suka menyanyikan lagu dengan nada tinggi. Jika bukan karena sudah menyebabkan Kitto terluka ringan, dia tidak akan menemaninya datang ke tempat ini.“Pak Vince, kenapa kamu malah minum air putih di tempat seperti ini? Mari kutemani minum anggur merah ...,” kata seorang wanita seksi yang berjalan menghampiri Vince dengan suara manja.Namun, Vince hanya lanjut meneguk air putihnya dengan acuh tak acuh. Dia bahkan tidak melirik wanita itu. Wanita itu merasa s
Read more
Bab 4
Begitu melihat Vince, Hazel pun bertambah malu dan tidak fokus dalam membereskan pakaiannya. Dia menebak Vince pasti merasa dirinya sangat memalukan.Di luar dugaan, Vince sama sekali tidak menunjukkan ekspresi menghina. Dia mengambil koper Hazel, lalu memeriksanya dengan cermat dan berkata, “Ritsletingnya bermasalah.”Kemudian, Vince berjongkok dan membantu Hazel membenarkan ritsletingnya dan menaruh kembali pakaian Hazel ke dalam koper. Setelah itu, dia berkata, “Sudah selesai. Ayo masuk!”“Terima kasih,” jawab Hazel sambil tersenyum. Seluruh rasa malunya langsung sirna.Saat mereka hendak berjalan masuk, satpam itu mengenali Vince dan buru-buru berlari keluar dari posnya. Dia berhenti di hadapan Hazel, lalu berkata dengan ekspresi menyesal, “Ternyata kamu benar-benar adalah istrinya Pak Vince! Maaf, Bu. Tadi aku nggak mengenalimu dan sudah mengucapkan kata-kata yang kurang enak didengar. Aku harap kamu bisa bermurah hati untuk maafkan aku!”Satpam itu berbicara sambil tersenyum men
Read more
Bab 5
Keesokan paginya, Hazel masuk ke dapur dan hendak membuat sarapan. Namun, dapurnya sangat bersih dan lemari esnya juga kosong. Setelah memeriksa seluruh dapur sekali, dia akhirnya keluar dari apartemen.Biasanya, bangunan apartemen selalu dilengkapi dengan area komersial. Setelah mencari tahu dari tetangga, Hazel pun segera menemukan sebuah restoran yang menjual sarapan. Tidak lama kemudian, dia kembali ke apartemen dengan membawa sarapan yang dibelinya.Kebetulan, Vince sudah siap mandi dan sedang berjalan keluar dari kamarnya. Dia mengenakan jubah tidur yang longgar dan menunjukkan sebagian otot dadanya yang kekar. Berhubung hanya pernah melihat tubuh sebagus ini pada model pria dari majalah, Hazel pun tidak bisa menahan diri untuk tidak meliriknya.Saat menyadari tatapan Hazel, Vince buru-buru merapatkan jubah tidurnya, seolah-olah dirinya sudah dilecehkan. Dia bertanya, “Kamu ke mana?”“Emm ... aku pergi beli sarapan, juga ada beli punyamu. Ayo makan bareng!” jawab Hazel sambil men
Read more
Bab 6
Suara tawa rekan kerja di sekeliling menjadi makin kuat dan tatapan mereka semua tertuju pada Hazel. Mereka sedang menunggu Hazel dipermalukan.Hazel tertegun sejenak, lalu menyalakan komputernya dengan santai. Setelah masuk ke desktop, dia baru menoleh dan berkata, “Maggie, nggak masalah kalau kamu memakiku. Tapi, bisa nggak kamu jangan melibatkan rekan kerja lainnya?”Semua orang pun kebingungan setelah mendengar ucapan Hazel.“Katanya, orang yang setipe biasanya berkumpul bersama. Kalau kamu memakiku, bukannya itu artinya kamu juga memaki rekan kerja lainnya?” tanya Hazel.Pada saat ini, rekan kerja Hazel pun berhenti tertawa. Sementara itu, Maggie buru-buru membela diri, “Hazel, kamu jangan salah mengartikan kata-kataku! Aku nggak bermaksud begitu!”Hazel menghela napas dan menjawab, “Semoga memang begitu!”Sikap Hazel langsung menimbulkan kecurigaan rekan kerja lainnya. Bagaimanapun juga, Hazel dan Maggie duduk bersebelahan. Jadi, Hazel tahu paling jelas apa biasanya yang dikataka
Read more
Bab 7
Di kantor presiden direktur yang terletak di lantai tertinggi Grup Anggara.Vince berdiri dengan sebelah tangan dimasukkan ke saku dan memandang ke kejauhan melalui dinding kaca. Ini merupakan bangunan tertinggi di pusat kota. Dari tempatnya berdiri, dia bisa melihat hampir seluruh pemandangan Kota Jaloria dan bangunan kecil di bawahnya, yang seolah-olah mencerminkan perbedaan di antara berbagai lapisan masyarakat.Saat merasa lelah, Vince akan berdiri di sini untuk mengistirahatkan matanya.Ting!Suara pesan masuk memecahkan keheningan dalam kantornya. Dia pun mengeluarkan ponselnya dan membaca pesan yang dikirim Hazel.[ Pak Vince, rekan kerjaku tahu kita sudah menikah. Mereka mengajakmu ikut makan malam bersama untuk merayakannya. Apa kamu mau ikut? ]Vince langsung mengetik pesan balasan hampir tanpa mempertimbangkannya.[ Terima kasih atas niat baiknya. Tapi, malam ini aku harus lembur dan nggak bisa ikut. Maaf. ]Vince merasa, makan bersama sekelompok orang yang tidak bisa mengun
Read more
Bab 8
“Ini adalah pakaian yang biasa aku kenakan saat kerja. Memangnya nggak boleh? Atau kamu merasa aku akan mempermalukanmu di depan rekan kerjamu dengan berpakaian begini?” tanya Vince.“Bukan begitu maksudku. Jangan berpikir kejauhan,” jawab Hazel. Dia memang tidak memiliki pemikiran seperti itu. Dia hanya merasa Vince seharusnya berganti pakaian kasual saat menghadiri acara seperti ini. Namun, setelah dipikir-pikir lagi, Hazel menebak Vince seharusnya terlalu sibuk sehingga tidak sempat mengganti pakaiannya. Berhubung khawatir ucapannya tadi melukai harga diri Vince, dia pun berinisiatif menggandeng tangan Vince dan berkata, “Rekan kerjaku sedang menunggu di sana. Ayo jalan! Aku akan memperkenalkanmu pada mereka.”Saat merasakan kehangatan dan kelembutan tangan Hazel, Vince pun merasa agak bingung dan tanpa sadar membiarkan dirinya diseret oleh Hazel.“Dia itu suaminya Hazel? Ganteng banget! Dia malah jauh lebih ganteng dari selebritas pria yang lagi populer saat ini!”“Benar! Coba lih
Read more
Bab 9
“Pak Vince, Tommy hebat juga ya! Masih begitu muda sudah jadi eksekutif di Grup Anggara. Hidangan paling mewah dan sulit dipesan di restoran bintang 4 ini juga cuma seperti makanan biasa buatnya,” ujar Hazel dengan nada kagum. Dia sama sekali tidak memperhatikan tatapan Vince yang penuh peremehan.“Sayang banget, hari ini kita nggak kesampaian makan lobster batik!” tambah Hazel lagi. Saat menghadiri acara seperti ini, yang paling penting baginya adalah makan. Bagaimanapun juga, bisa makan kenyang dan makan enak adalah hal yang paling berguna.Setelah melihat tampang kecewa Hazel, Vince pun memanggil pelayan itu dan bertanya, “Apa manajer kalian ada di sini?”“Ada. Pak, ada masalah?”“Temanku kenal baik dengannya. Aku rasa dia seharusnya akan menghidangkan seporsi lobster batik kalau aku memintanya. Tolong bawa aku pergi menemuinya.”Setelah mendengar ucapan Vince, semua orang langsung tertawa.“Hazel, aku nggak salah dengar? Suamimu itu hanyalah seorang kuli, tapi dia malah bilang dia
Read more
Bab 10
“Aku nggak peduli pada ucapan mereka,” ujar Vince. Dia tidak pernah menghabiskan waktu untuk meladeni orang-orang tidak penting.Hazel pun mendongak dan bertanya, “Kalau begitu, kenapa kamu terlihat nggak senang?”Vince hendak mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya mengurungkan niatnya. Clinton sudah selesai membuat surat perceraian itu. Sebentar lagi, dia akan memutuskan seluruh hubungan dengan Hazel. Jadi, dia juga tidak perlu membuang-buang waktu untuk menjelaskannya lagi.“Kamu berpikir kejauhan.”Meskipun hanya asal menjawab, Hazel malah percaya pada ucapan Vince dan tidak lanjut mempermasalahkannya lagi. Kemudian, dia tiba-tiba bertanya, “Oh iya, Pak Vince, apa kamu nggak merasa kejadian malam ini agak aneh?”Vince menatap ke luar jendela dan merasa agak kesal. Berhubung Hazel tidak berhenti mempermasalahkan insiden malam ini, dia merasa itu pasti karena Hazel merasa statusnya sangat tinggi dan ingin menggali lebih dalam lagi.Keadaan di dalam mobil sangat gelap. Jadi, Hazel juga ti
Read more
DMCA.com Protection Status