Share

Sebuah Rencana

Penulis: Cleo Voltra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-14 12:56:01

Akhirnya, aku memutuskan untuk berjalan pulang ke rumah dengan kepala dipenuhi oleh banyak tanda tanya setelah melihat Mas Dewangga memasuki mobil mewah.

Apa yang suamiku sembunyikan selama ini? Ingin rasanya aku berpikir positif. Namun, sepertinya aku terlalu naif jika terus berpikir seperti itu.

Potongan puzzle yang terlalu banyak sudah mengumpul di kepala, membuatku pusing memikirkannya.

Tiiin!

Aku terlonjak kaget saat mendengar suara yang nyaring di belakangku. Tubuhku gemetar, dan tanpa sadar, aku sudah berdiri di tengah jalan. Sebuah mobil berada tepat di belakangku, mendekat dengan kecepatan yang membuat jantungku hampir berhenti berdetak.

Seketika, tangan seseorang mencengkeram lenganku dan menarikku dengan paksa ke tepi jalan. Aku menoleh, dan ternyata pelakunya yang tak lain adalah Kak Dirfan. Tatapannya beralih dari pengendara mobil ke arahku, khawatir.

Aku buru-buru melepaskan tanganku dari genggamannya. Setelah mobil itu pergi, aku bisa merasakan jantungku masih berdegup
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Eksekusi Rencana A

    "Aku yakin rencana ini akan berhasil," gumamku sambil tersenyum tipis, membayangkan betapa mulusnya rencana ini akan berjalan. Namun, di balik senyumku, ada sedikit keraguan yang membayang—bagaimana jika Mas Dewangga menyadarinya?Aku menggeleng cepat, menepis keraguan itu. "Tidak, ini pasti berhasil."Dengan langkah cepat, aku menuju warung. Di sana, aku membeli bahan-bahan untuk membuat donat: tepung, keju, cokelat batangan, meses, susu kental manis, ragi, dan beberapa bahan lain yang kubutuhkan. Rencanaku adalah membuat donat sebagai alasan untuk meminjam ponsel Mas Dewangga. Aku akan berpura-pura mencari resep, lalu diam-diam memeriksa isi ponselnya untuk menemukan petunjuk yang aku cari."Rencana ini pasti tidak akan dicurigai oleh Mas Dewangga," bisikku sambil tersenyum penuh percaya diri. Meski begitu, aku punya rencana cadangan jika ini gagal. Bahkan aku punya rencana B dan C jika semua tak berjalan sesuai rencana.Setelah selesai berbelanja, aku segera pulang. Sambil menungg

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Mencoba Menjalanlan Rencana B

    Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Mas Dewangga kembali. Wajahnya terlihat lebih tenang dibanding sebelumnya, seolah beban yang tadi sempat tampak di wajahnya kini menghilang. Aku berusaha memasang wajah setenang mungkin meskipun di dalam hati, rasa curiga tak pernah benar-benar hilang."Sudah selesai, Mas?" tanyaku basa-basi.Namun, alih-alih mengangguk, Mas Dewangga malah menggeleng pelan. Aku menatapnya dengan bingung."Sebenarnya aku belum selesai menelepon," ucapnya sambil menyelipkan seutas helai rambutku ke belakang telinga. "Sambungan teleponnya tiba-tiba terputus karena kuotaku habis."Aku terdiam sejenak, tidak yakin apakah aku mendengarnya dengan benar."Habis?" tanyaku memastikan."Iya, habis," jawabnya dengan senyum yang tampak sedikit canggung. "Maaf ya, Sayang. Besok aku akan beli kuota lagi, dan kamu bisa mencari resep donat dengan tenang." Aku terdiam setelah mendengar penjelasannya."Tadinya aku mau keluar untuk beli kuota sekarang, tapi di luar gerimis," lan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Pergi Berlibur ke Kebun Binatang

    Aku memutuskan untuk mencoba sekali lagi, kali ini dengan lebih hati-hati agar tidak membangunkan Mas Dewangga. Perlahan-lahan, aku mengangkat tangannya yang melingkar di pinggangku, berusaha memindahkannya tanpa membuat gerakan yang terlalu kentara.Namun, saat tangannya hampir berhasil kuangkat, tiba-tiba Mas Dewangga bergerak dan kembali memeluk pinggangku erat, seolah tidak ingin aku pergi. Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri sambil bersabar. Perlahan, aku kembali mencoba, berharap kali ini berhasil.Tepat saat aku hendak menggeser tangannya lagi, suara serak terdengar dari dekat telingaku."Sayang ...."Aku terkejut dan langsung menoleh. Mas Dewangga memandangku dengan mata setengah terbuka, bibirnya membentuk senyum tipis yang membuatku bingung."Mas?" bisikku, setengah berharap bahwa suamiku belum sepenuhnya terbangun. Namun, tidak ada jawaban. Hanya napas pelan yang terdengar, tetapi aku bisa merasakan gerakannya. Dengan hati-hati, aku mencoba sekali lagi menga

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Disambut Seperti Tamu Kehormatan

    Cuaca yang cerah ditambah lalu-lalang pengunjung yang ramai menyambut kedatangan kami di kebun binatang. Kami berempat turun dari mobil dan melangkah menuju loket pembayaran untuk membeli tiket.Setelah mendapatkan tiket, aku menggandeng Abiyan masuk ke dalam. Namun, saat kami memasuki area kebun binatang, mataku langsung tertuju pada para karyawan yang berbaris rapi di sepanjang jalan masuk. Mereka membungkuk hormat saat aku, ibu, Abiyan, dan Mas Dewangga berjalan melewati mereka.Aku hanya mengangguk dan tersenyum, meski perasaan tak nyaman mulai menyelimutiku. "Mengapa ini terasa begitu berlebihan? Apakah setiap kebun binatang memperlakukan pengunjung seperti ini?" batinku bertanya-tanya, tetapi aku memilih untuk diam dan terus berjalan."Pak Dewangga, senang melihat Anda datang," tiba-tiba seorang pria paruh baya bertubuh tinggi dan berisi melangkah mendekat. Dengan senyum lebar, dia menjabat tangan Mas Dewangga dengan erat.Suamiku membalas jabatan tangan itu dengan tenang, seol

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Di Bawah Bayang-Bayang Keraguan

    Setelah dua karyawan perempuan itu pergi, aku juga ikut kembali ke meja. Namun, Mas Dewangga tidak ada di sana. Hanya ada Ibu dan Abiyan."Mas Dewangga ke mana, Bu?" tanyaku, masih berdiri di samping meja.Ibu menunjuk ke arah sudut. Kepalaku menoleh mengikuti arah yang Ibu tunjuk, dan di kejauhan aku bisa melihat Mas Dewangga sedang menelepon."Apakah Alvin yang menelepon?" batinku mulai menduga. Sudah beberapa kali aku memerhatikan bahwa setiap kali ada panggilan yang masuk saat aku hendak mengecek ponsel Mas Dewangga, nama "Alvin (Asisten)" selalu muncul di layar. Kecurigaanku semakin tumbuh, tetapi aku berusaha menahannya.Aku duduk dengan mata terus mengikuti gerakan Mas Dewangga dari kejauhan. Tidak jelas siapa yang diajaknya berbicara, tetapi perasaan gelisah dalam diriku kian menguat. Namun, untuk kali ini aku memilih diam, aku tidak ingin memulai pembicaraan.Setelah beberapa menit, akhirnya Mas Dewangga kembali ke meja. Aku tetap diam, tidak menanyakan siapa yang menelepon s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Pertemuan Tak Terduga

    "Kenapa kamu tahu kalau aku mau menanyakan itu, Mas?" Aku mengerutkan dahi, penasaran.Suamiku tersenyum tipis, lalu menjelaskan, "Pria yang kemarin menyambut kita adalah Pak Anton, teman baik ayahku ketika ayahku masih hidup. Saat dia tahu aku akan berkunjung ke kebun binatang, dia sangat senang. Itu sebabnya dia menghampiriku."Aku mengangguk pelan, mencoba memahami penjelasannya. Namun, masih ada sesuatu yang mengganggu pikiranku."Lalu ... bagaimana dengan karyawan yang membungkuk hormat saat kita lewat? Apakah mereka selalu bersikap seperti itu pada pengunjung? Rasanya agak berlebihan," tanyaku, mengingat kejadian tadi siang.Mas Dewangga tersenyum lagi, kali ini sedikit lebih lebar. "Kebetulan saja pimpinan kebun binatang itu memang mau datang ke sana hari ini, dan mereka salah mengira aku sebagai dia. Nama kami sama. Dewangga. Dia juga punya istri dan anak. Jadi, mereka salah paham waktu Pak Anton menyambut kita. Sangat kebetulan, kan?"Penjelasan itu terdengar masuk akal, dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Bu, Mas Dewangga Bukan Orang yang Seperti Itu

    "Hei, kamu membuat istriku tidak nyaman. Pergilah!" ujar Mas Dewangga dengan nada dingin. Tangannya melepaskan genggaman dari tanganku dan berpindah ke pinggangku, menandakan klaim kepemilikan yang tegas.Aku melihat mata Kak Dirfan melirik ke arah tangan Mas Dewangga yang kini berada di pinggangku, dengan ekspresi yang tidak bisa menyembunyikan kekesalan."Aku hanya khawatir pada Zoya. Apa itu salah?" Kak Dirfan mencoba membela diri, suaranya terdengar mencari pembenaran."Tentu saja salah. Seorang pria tidak berhak mengkhawatirkan istri pria lain," jawab Mas Dewangga dengan tenang, meski aku bisa merasakan ketegangan yang dia sembunyikan. Sentuhan erat di pinggangku semakin jelas menunjukkan perasaannya.Kak Dirfan mendecih pelan, lalu berkata lagi, "Aku senior Zoya saat di sekolah. Aku mengenalnya jauh sebelum dia bertemu denganmu."Mas Dewangga menatapnya tajam. "Apakah itu mengubah kenyataan bahwa Zoya sekarang adalah istriku? Tidak, kan? Mau seberapa lama pun kamu mengenal Zoya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Bayang-Bayang Kecurigaan

    Aku akui meski Mas Dewangga memang terlihat mencurigakan akhir-akhir ini, tetapi aku tidak pernah berpikir jika suamiku bermain judi online."Jadi ... tadi Ibu membicarakan hal ini dengan Kak Dirfan?" tanyaku sekali lagi, memastikan."Iya. Zoya, Dirfan itu peduli dan khawatir padamu. Kamu pikir saja, tidak mungkin Dewangga mendapatkan uang kompensasi sebanyak itu, padahal dia hanya tukang parkir biasa," jawab Ibu dengan nada sedikit mengejek pekerjaan suamiku.Dadaku terasa sesak mendengar ejekan Ibu, tetapi aku memilih diam. Aku tidak ingin memperkeruh suasana, meski rasa kesal mulai merayap di dalam diriku."Mau sebanyak apa pun uang kompensasi yang dia terima, pasti akan habis juga jika tidak digunakan untuk membuka bisnis," lanjut Ibu.Untuk kali ini, aku setuju dengan apa yang Ibu ucapkan. Selama ini Mas Dewangga terus memberiku uang tanpa aku tahu apa yang dia lakukan dengan sisanya. Pikiran itu kembali menghantuiku, membuat rasa curiga sedikit demi sedikit muncul dalam benakku.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20

Bab terbaru

  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Aku Tidak Bermaksud Menyakitimu

    Aku segera menoleh, dan pandanganku bertemu dengan sosok yang tak pernah kusangka akan kutemui di sini."Mas?" Suaraku lirih, nyaris berbisik. Ketidakpercayaan menguasai pikiranku.Aku bisa menangkap tatapan dingin suamiku mengarah pada Alex yang berdiri di dekatku. Meski tanpa mengatakan apa pun, ekspresinya sudah cukup untuk menunjukkan perasaannya.Tanpa banyak basa-basi, Mas Dewangga menggenggam pergelangan tanganku dan menarikku menjauh dari sana.Langkahnya cepat dan mantap, sementara aku berusaha mengimbanginya dengan susah payah. Cengkeramannya tak menyakitkan, tetapi cukup untuk membuatku sulit menghentikan langkahku."Mas, bisa pelan sedikit jalannya?" pintaku sambil setengah berlari mengikutinya. Namun, dia tetap melangkah seperti tak mendengar apa pun.Kami terus berjalan hingga sampai di parkiran. Mas Dewangga membuka pintu mobil dan menatapku sejenak. "Masuk," katanya singkat.Aku menurut tanpa berani membantah. Setelah aku duduk dan Mas Dewangga juga masuk, dia memban

  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Pelarian ke Toko Kue

    Beberapa menit setelah Mas Dewangga keluar dari kamar, aku memutuskan untuk berendam di bathtub. Kata itu selalu terdengar elegan, meskipun kenyataannya aku hanya ingin menenggelamkan diri dalam air hangat untuk mengusir beban pikiran. Suara gemericik air yang mengisi bathtub membuat suasana kamar mandi terasa damai. Aku menambahkan beberapa tetes minyak esensial dengan aroma lavender, berharap wangi itu bisa menenangkan pikiranku yang masih gelisah.Sambil berendam, aku menyusun rencana untuk pergi ke tokoku hari ini. Sudah cukup aku menuruti larangan Mas Dewangga selama beberapa hari terakhir. Dia mungkin berpikir itu untuk kebaikanku, tetapi aku butuh ruang sendiri. Kali ini, aku memutuskan untuk melakukannya tanpa izin darinya.Setelah selesai bersiap-siap, aku melirik jam dinding, tepat pukul sembilan pagi.Dengan langkah mantap, aku meminta sopir untuk mengantarku ke toko kue. Dalam perjalanan, aku membayangkan aroma manis dan suasana hangat yang selalu kurindukan dari tokok

  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Banyak Pikiran

    Keesokan harinya, sikap Mas Dewangga tidak berubah. Aku mencoba mencari celah untuk berbicara dengannya, tetapi sepertinya dia sengaja menjaga jarak. Setiap kali aku mendekat, ada saja alasannya untuk menghindar.Hari itu, aku duduk di sofa ruang tamu, memainkan remote TV tanpa benar-benar menonton. Pikiran tentang Mas Dewangga terus menggangguku. Beberapa hari terakhir, dia seperti orang lain—dingin dan seolah menghindariku."Apa benar karena parfum Alex?" gumamku pelan.Aku tahu seharusnya aku bertanya langsung, tetapi rasanya tidak mudah ketika dia terlihat begitu ... jauh.Akhirnya aku kembali ke kamar untuk menunggunya pulang.Saat Mas Dewangga akhirnya pulang, aku mencoba menyapanya seperti biasa."Mas, sudah makan? Mau aku buatkan sup kesukaanmu?" tanyaku dengan nada yang kubuat sehangat mungkin.Dia hanya mengangguk singkat, berjalan melewatiku tanpa sepatah kata pun."Mas, aku sedang bicara, lho!" tegurku, mencoba menahan emosi yang tiba-tiba naik."Hmm," gumamnya, tanpa men

  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Jarak yang Mulai Terasa

    Aku duduk di tepi ranjang, menunggu Mas Dewangga selesai mandi. Suara air dari kamar mandi terdengar samar, tetapi cukup untuk membuat pikiranku semakin bising. Aku memainkan ujung pakaian yang kupakai, menggulung-gulung kainnya dengan gelisah.Tadi, aku sempat merasa yakin kalau Mas Dewangga tidak akan mencium aroma itu. Namun, setelah melihat sikap Mas Dewangga yang berubah dingin, aku mulai meragukan semuanya.Beberapa menit kemudian, pintu kamar mandi terbuka dan Mas Dewangga keluar. Rambutnya masih sedikit basah, sementara handuk tergantung di bahunya. Namun, kali ini dia bahkan tidak menoleh ke arahku.Biasanya, meski sekilas, dia akan melirikku atau memberikan senyum kecil, tetapi sekarang dia bersikap seolah aku tidak ada. Dadaku terasa sesak melihatnya."Apa dia mencium aroma parfum Alex di pakaianku?" gumamku pelan. Pikiran itu terus berputar, menambah beban di benakku. Aku ingin bertanya, ingin memastikan. Namun, ketika melihat wajahnya yang datar tanpa ekspresi, niat itu

  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Dekapan yang Tak Terduga

    Aku segera membalikkan badan, memunggunginya, berusaha agar tidak dikenali oleh sosok itu. Dengan langkah pelan, aku bergeser ke arah rak yang berisi tumpukan barang agar tubuhku terlindungi dari pandangan Alex. "Jika saja aku tidak tahu apa yang pernah terjadi antara Alex dan Mas Dewangga di masa lalu, mungkin aku akan menyapanya dengan santai," batinku.Beberapa saat kemudian Mirna akhirnya datang dengan keranjang belanja. Aku langsung memasukkan buah yang sudah kupilih ke dalam keranjang. "Ayo, kita lihat-lihat ke sana," bisikku sambil melangkah dengan cepat.Kami sampai di rak yang penuh dengan barang kebutuhan sehari-hari. Mataku langsung tertuju pada satu produk di rak atas, yang kebetulan aku butuhkan. Sayangnya, posisinya terlalu tinggi. Aku mencoba menjangkau, tetapi jari-jariku masih jauh dari produk itu."Mirna, bisa bantu aku?" tanyaku sambil menoleh ke arahnya.Mirna hanya tertawa kecil. "Saya lebih pendek dari Nyonya. Bagaimana kalau saya panggilan staff tokonya?""I

  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Dalam Sunyi Malam

    Aku memutuskan menunggu Mas Dewangga selesai menelepon. Sambil menunggu, aku merebahkan diri di ranjang. Namun, sudah sepuluh menit berlalu dan suamiku tak kunjung kembali.Perasaan tak menentu mulai merambat. Aku bangkit dan melangkah menuju pintu kamar, lalu mengintip keluar. Koridor sepi, hanya suara detak jam dinding yang memecah keheningan. Aku melangkah keluar, mengedarkan pandangan ke kanan dan kiri. Namun, sosok yang kucari tidak ada.Ada sedikit kecemasan yang menyelinap di hatiku, tetapi segera kutepis jauh-jauh. Aku mencoba berpikir rasional. "Kira-kira Mas Dewangga akan pergi ke mana di saat-saat begini?" batinku sembari berpikir keras.Bayangan sebuah tempat langsung melintas dalam pikiranku, sebuah taman di dalam ruangan!Dulu, dia pernah menunjukkan tempat itu padaku. Katanya, taman itu adalah tempat favoritnya sejak kecil. Tempat di mana dia merasa damai dan bebas dari segala beban dunia. Mungkin saja dia ada di sana.Langkahku terarah menuju taman itu hingga akhirn

  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Ancaman Untuk Nara

    "Nara, ingat ini baik-baik. Istriku harus pulang jam dua belas siang. Jika lewat dari itu, kamu akan saya pecat. Mengerti?" kata Mas Dewangga dengan tegas.Wajah Nara seketika memucat. "Ba-bapak tenang saja. Saya pastikan Bu Zoya pulang tepat waktu."Aku menahan tawa melihat ekspresi Nara yang panik. Setelah memberikan pesan itu, Mas Dewangga kembali ke mobil, memastikan aku baik-baik saja sebelum akhirnya pergi ke kantor.Aku menatap punggungnya yang semakin menjauh dan menggeleng sambil tersenyum kecil. Di balik sikap tegasnya, aku tahu dia hanya khawatir. Sungguh, memiliki suami seperti Mas Dewangga adalah anugerah sekaligus tantangan tersendiri.Hari ini, aku kembali beraktivitas seperti biasa di toko. Menata barang di rak, mencatat stok, dan sesekali melayani pelanggan yang datang. Semua terasa normal, kecuali satu hal: Nara, asistenku, jadi lebih cerewet dari biasanya."Bu, jangan lupa ya, jam dua belas harus pulang. Jangan sampai terlewat. Ah, iya, Ibu juga jangan terlalu ban

  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Keluarga yang Menjaga

    "Mama!" seru Abiyan sambil berlari kecil ke arahku. Dia memelukku erat, seolah tidak bertemu berhari-hari."Abiyan, kamu sudah pulang? Bagaimana sekolahmu hari ini?" tanyaku sambil membelai rambutnya yang sedikit berantakan."Asyik, Ma. Tadi aku dapat nilai bagus di pelajaran Matematika," jawabnya penuh semangat."Hebat sekali anak Mama. Sudah makan belum? Ayo kita makan bersama," ajakku sambil menggandeng tangannya ke meja makan.Aku meminta pelayan untuk menyiapkan makanan juga untuk Abiyan. Kami duduk bersama, menunggu hidangan selesai disiapkan. Tidak lama kemudian, Ibu datang dan ikut bergabung di meja makan."Bagaimana sekolahmu hari ini, Abiyan?" tanya Ibu sambil tersenyum."Bagus, Nek. Abiyan dapat nilai bagus," jawabnya dengan bangga.Ibu mengangguk puas, lalu menatapku dan Abiyan bergantian. Kemudian, dengan nada serius namun penuh kasih, Ibu berkata kepada Abiyan, "Abiyan, mulai sekarang kamu harus menjaga Mama, ya. Mama sedang butuh banyak istirahat."Kata-kata Ibu membu

  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Kabar Bahagia yang Tidak Terduga

    Perjalanan menuju rumah sakit terasa begitu lambat. Udara pagi yang sejuk seharusnya membuatku merasa lebih baik, tetapi pusing dan mual ini membuatku lemas. Mas Dewangga, yang duduk di belakang kemudi, sesekali melirikku dengan wajah khawatir.Aku melirik jam di dashboard mobil. Baru pukul delapan pagi. Biasanya, aku sudah bersiap-siap ke toko, tetapi hari ini, dengan kondisiku seperti ini, kemungkinan besar Mas Dewangga tidak akan mengizinkanku pergi."Mas, kalau aku tetap pergi ke toko hari ini, boleh tidak?" tanyaku pelan, mencoba mencari celah."Lebih baik kamu istirahat saja setelah kita pulang dari rumah sakit. Kamu sudah terlalu banyak bekerja akhir-akhir ini, Sayang," jawabnya lembut, tetapi tegas.Sudah kuduga. Sambil menahan pusing, aku meraih ponsel dan menghubungi Nara, asistenku yang selalu bisa diandalkan.Begitu panggilan tersambung, aku segera berkata, "Nara, sepertinya hari ini aku tidak bisa berangkat ke toko. Aku dalam perjalanan ke rumah sakit."["Bu Zoya tidak e

DMCA.com Protection Status