Beranda / Romansa / Suami Tak Ada Akhlak / 47. Cari Kontrakan

Share

47. Cari Kontrakan

Penulis: Evie Edha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

47. Cari Kontrakan. 

***

Fiddun dan Eko akan mendatangi rumah Matun. Hari ini adalah tepat tiga minggu Hadi tak kunjung pulang ke rumahnya. Fiddun tidak ingin adiknya itu menjalin hubungan yang tidak memiliki kejelasan. Apalagi adik dari Hadi sudah beberapa hari sudah menginap di rumah Matun.

Meskipun juga ada mertua Matun di sana, tetap saja hal itu terlihat tidak pantas. Tepat ketika ia dan Eko datang, keduanya melihat Parmin—adik ipar Matun yang tengah merokok di atas gambang dengan segelas kopi dan duduk santai.

"Eh, Mas," panggil Parmin pada keduanya.

"Matun ada?" tanya Fiddun.

"Ada. Di dalam sama Mak dan Rio lagi nonton tivi." Parmin menunjuk ke dalam rumah di mana orang yang dibicarakan ada di sana.

"Ada yang ingin kami bicarakan," ucap Fiddun yang mana Parmin langsung mengajak keduanya memasuki rumah.

Matun segera menyambut dan mengajak keduanya duduk. "Tun," panggil Fiddun. "Kita mau membahas soal kamu dan

Evie Edha

ternyata capek juga, ya 🤣🤣🤣 cuss. Kasih tanggapan kasian dong mengenai cerita ini.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Tak Ada Akhlak   48. Mendatangi Reta

    Pintu di depan Matun dan keluarganya terbuka, menampilkan sosok perempuan yang selama ini menjadi beban pikirannya. "Reta?" panggil Matun tidak percaya dengan keberadaan seseorang di hadapannya. Berbeda dengan Fiddun dan Eko yang tampak biasa dengan panggilan itu, Mak Katijah dan Parmin menunjukkan raut bingung dalam wajahnya. Reta yang mendapatkan tamu tidak terduga sebenarnya pun terkejut, tetapi perempuan itu berusaha untuk menetralkan mimik wajahnya. Reta melipat tangan di depan dada. "Siapa kalian?" tanyanya. Ia menelisik setiap orang uang berdiri di hadapannya. "Oh. Kalau yang ini saya kenal yang ini." Reta menunjuk keberadaan Matun. Parmin yang sedari tadi merasa penasaran pun mendekati kedua saudara kakak iparnya. "Dia siapa?" Eko menoleh sedikit. "Selingkuhan Hadi." Kening Parmin terlipat. "Oh ini selingkuhan kakakku?" tanya Parmin yang diangguki mantap oleh Fiddun dan Hadi. Sedangkan Matun mengangguk Kaku. Pun

  • Suami Tak Ada Akhlak   49. Marah

    49. Marah***"Apa mau kalian?" tanya Reta dengan suara mendesis tajam."Seperti yang kami katakan tadi. Kami ingin kamu menjauhi Hadi karena dia masih mempunyai iatri," jelasnya."Iya. Jadi perempuan kok murahan sekali. Laki-laki sudah mempunyai istri kok masih saja didekati." Reta menoleh ke arah Mak Katijah yang baru saja berucap hal demikian, ia memandang perempuan setengah abad yang not have akhlak Itu.Sesaat kemudian Reta tersenyum sinis, ia menyandarkan duduk pada sandaran kursi dengan menautkan kedua telapak tangannya. Reta memandangi satu persatu orang yang ada di hadapannya. "Kalian pikir aku yang merayunya?" tanya Reta santai.Ia menatap Matun yang sedari tadi hanya berdiri dan diam seribu bahasa. "Apa kalian pikir aku tidak bisa hidup tanpa Bang Hadi?" Sesaat kemudian Reta tertawa. "Kalian salah," ucapnya kemudian."Asal kalian tahu, tanpa Bang Hadi pun aku masih bisa menikmati hidupku. Kalian salah kalau memintaku menjau

  • Suami Tak Ada Akhlak   50. Keluarga Reta

    Seorang laki-laki menyambut kedatangan Matun dan yang lainnya. Sosok berkumis tipis itu sempat terkejut dengan kehadiran banyak orang di rumahnya. Apalagi ia mengenali salah satunya yaitu Eko. Laki-laki yang beberapa waktu lalu pernah datang ke rumahnya.Sesaat kemudian ia menyambut dengan tersenyum ramah dan segera mempersilakan mereka untuk masuk. Kali ini Mak Katijah tidak ikut, Parmin melarangnya karena ia takut kejadian di kosan Reta kemarin akan kembali terulang.Di mana Mak Katijah mengamuk pada Reta."Kalau boleh tahu, kalian ini siapa, ya? Dan ada keperluan apa?" tanya si tuan rumah. "Saya mengenal sama Mas ini karena beberapa waktu lalu pernah datang ke tempat ini.""Sebelumnya kenalkan dulu, Pak. Nama saya Fiddun." Kakak laki-laki Matun itu memperkenalkan diri pada sosok laki-laki yang diperkirakan sama dengan bapaknya."Ah, iya. Nama saya Tomo," balasnya memperkenalkan diri. Baru saja Fiddun ingin melanjutkan ucapannya, tetapi urung kal

  • Suami Tak Ada Akhlak   51. Dipukuli

    Matun baru saja mencuci baju di belakang rumah ia siap mengangkat bak mandi berisi pakaian basah yang sudah ia beri pewangi untuk dijemur. Memegang kedua sisi bak berisi jemuran, Matun siap u tuk mengangkatnya.Namun, setelah ia mengumpulkan semua tenaga untuk mengangkatnya, tiba-tiba saja Parmin yang mengambil alih. Memindahkan bak yang berat itu ke bawah tiang jemuran.Matun yang masih terkejut mematung beberapa saat di tempat. "Sampai kapan Mbak mau berdiri di sana?" Pertanyaan Parmin membuat dirinya tersadar.Buru-buru Matun mendekati tiang jemuran dan mulai menjemur satu per satu pakaian yang baru ia cucu. "Terima kasih," ucap Matun yang hanya dijawab sebuah gumaman saja oleh Parmin.Keadaan hening. Beberapa kali Matu melirik Parmin yang ikut membantunya menjemur pakaian. "Kamu bisa berhenti, Min. Aku bisa menjemurnya sendiri." Tidak ada jawaban dari Parmin. Laki-laki itu tetap membantu Matun untuk meringankan pekerjaan rumah perempuan itu.Ma

  • Suami Tak Ada Akhlak   52. Mak Katijah Pulang

    "Kamu jangan aneh-aneh dan macem-macem lagi." Keesokan harinya setelah tragedi penyerangan yang secara bertubi-tubi dan serangan silat lidah panjang kali lebar dari Mak Katijah pada Hadi kemarin, perempuan setengah abad ini pun memutuskan untuk kembali ke Tuban.Mau bagaimanapun, rumahnya tidak mungkin ia biarkan kosong begitu saja. Mak Katijah cukup puas setelah memberi pelajaran pada putranya ini. "Ingat. Jangan neko-neko." Ia berdiri dengan tangan berada di pinggang, satu lagi menunjuk wajah Hadi."Iya," jawab Hadi dengan malas yang saat ini berada di depan ibunya dengan kepala tertunduk. "Padahal pas di rumah nawarin aku sama mantan." Hadi berbisik lirih."Apa!" Mak Katijah adalah orang yang terkadang bisa saja tidak mendengar apa pun bisa juga sangat sensitif. Dan saat ini, Hadi tampaknya salah waktu saat ia berbisik."Ngomong apa kamu?" Bola mata yang dihiasi keriput pada kulit itu memelototi putranya.Hadi menghela napas dalam. "Iya, iya, Ma

  • Suami Tak Ada Akhlak   53. Menghindari Rentenir

    "Kenapa mukamu penuh dengan lebam, Di?" tanya salah satu teman Hadi yang kini berjalan di sampingnya.Hari ini pria itu masuk kerja shif satu. Akibat pukulan ibunya kemarin lusa, memarnya masih bisa dilihat di beberapa tempat. Rasa sakitnya pun masih bisa ia rasakan."Habis perang sama siapa, Di?" Hadi tidak menjawab, tetapi temannya itu pun juga tidak ingin menyerah begitu saja.Pria di sampingnya mendekatkan bibir ke telinganya, lalu berbisik lirih, "Apa seganas itu lalu Reta di ranjang? Sampai badanmu babak belur begini?""Sialan kau," ucap Hadi dengan mengangkat bogeman di tangan Kanan. Namun, bukannya takut temanya itu malah tertawa terbahak. Sepeti apa yang baru saja dilakukan adalah hal lucu.Keduanya kembali berjalan bersama, bersiap memasuki areal pekerjaan mereka. Namun, langkah Hadi terhenti begitu saja saat ia melihat sosok orang di depan sana.Perawakannya yang tegap tinggi dan besar mengatakan kalau orang itu sangatlah kuat. Ku

  • Suami Tak Ada Akhlak   54. Sembunyi

    "Reta. Reta, Sayang. Bukan pintunya dong." Hadi mendatangi kosan Reta setelah ia pulang kerja. Rasa deg-degan masih menjalari tubuhnya akibat bertemu dengan Pak Muhklis dan mencoba untuk kabur dari kejaran laki-laki itu."Reta. Bukan dong, Sayang." Kali ini Hadi datang dengan menggedor pintu kosan Reta. Pandangannya sesekali mengarah ke tempat masuknya kompleks kosan berjaga-jaga kalau mungkin saja Pak Muhklis mengikutinya."Sayang. Buka pintunya!" seru Hadi keras. Tidak lama terdengar kunci diputar dari dalam. Lalu terlihat sosok Reta yang sepertinya baru bangun tidur."Ada apa, sih,B—" Tanpa kata, Hadi langsung nyelonong memasuki kosan Rata, ia menutup cepat pintunya dan berjalan ke ranjang lalu membanting tubuh.Napasnya masih menderu, ia terlentang dengan tangan yang terbuka lebar. Dadanya masih naik turun akibat rasa takut.Reta yang masih berdiri dan terkejut akibat ulah Hadi memandang pria itu bingung. "Ada apa, sih, Bang?" tanyanya ke

  • Suami Tak Ada Akhlak   55. Dipaksa Pulang

    Dua orang paruh baya berdiri di depan sebuah pintu kosan, memandang pintu kayu yang terukir di bagian pinggir. Sosok laki-laki memakai kopyah mengangkat tangan, mengetuk dengan pelan.Tidak lama pintu terbuka, menampilkan sosok yang berada di baliknya. Sontak saja semua pasang mata terkejut akan siapa yang dilihat. Pak Tomo dan Bu Sukma, saat ini memandang putrinya yang bernama Reta dengan keadaan terkejut.Bagaimana tidak, pakaian yang dikenakan Reta sangatlah tidak pantas, tidak pernah ia mengajari hal seperti itu. Ya Tuhan. Putrinya tersesat terlalu jauh. Begitulah hatinya berujar.Pun dengan Reta yang membulatkan mata akibat terkejut karena mendapati sosok kedua orang tuanya yang berdiri didepannya. Tidak pernah ia duga kalau mereka akan mendatangi dirinya mengingat Bapaknya dulu enggan mengakui anak kembali."Bapak, Ibu," panggilnya lirih."Ya Alloh Minjem, kenapa kamu menjadi seperti ini?" tanya Ibu Sukma dengan meneliti pakaian yang dikenaka

Bab terbaru

  • Suami Tak Ada Akhlak   78. Berakhir

    Setelah tujuh hari kematian ibunya, Hadi mendapat petuah dari para kakaknya mengenai Matun dan juga hubungan mereka. Lalu di sinilah ia berada, di depan rumah Matun yang masih tertutup.Setelah kemarin ia menempuh perjalanan dari Tuban kembali ke tempat ini, Hadi memutuskan mendatangi kediaman Matun esok harinya. Mengedarkan pandangan, keningnya sempat mengerut kala tidak mendapati siapa pun di sini."Biasanya, kan Matun main sama Rio di halaman. Ini pada ke mana?" Ia mendekati kaca, mengintip dai kaca buram itu untuk melihat ke dalam rumah. Tampak sepi.Tangan Hadi terangkat untuk mengetuk pintu. "Matun," panggilnya. Beberapa kali ia memukul pelan pintu kayu di hadapannya. Akan tetapi tidak ada sahutan dari Matun sama sekali."Tun," panggilnya lagi. Tetap tidak ada jawaban."Ngapain ke sini lagi?" Suara bernada sinis itu membuat Hadi menoleh. Ia melihat Fiddun dan Mbah Makijan berdiri di halaman rumah. Kalau dilihat dari penampilan mereka sepertin

  • Suami Tak Ada Akhlak   77. Pemakaman

    Hadi segera berlari ke arah ibunya yang terlihat damai dalam mata terpejam. "Mak," panggilnya lirih.Mata mulai berkaca, bahu mulai bergetar dan suara isakan kecil mulai terdengar. "Mak," panggilnya lagi.Ia menggapai tangan ibunya dari genggaman Matun, bahkan Hadi sedikit mendorong tubuh Matun agar menyingkir dari tubuh ibunya. "Mak. Bangun, Mak." Ia mengguncang tubuh yang sudah mulai terasa dingin itu."Mak. Bangun, Mak. Jangan tidur, Mak." Air mata mulai berjatuhan dari pipinya.Hadi menoleh, memandang Matun yang berdiri di belakang tubuhnya dengan mata sembab meski tidak ada tangis yang terdengar. "Kau apakan Makku, Tun?"Matun yang sebelumnya memandang tubuh tidak berdaya mertuanya menoleh, memandang Hadi dengan sorot mata penuh kebingungan. "Apa maksudmu, Bang?""Kau yang sedari tadi bersamanya. Lalu kau apakan Makku sampai ia tidak mau bangun?" tanyanya dengan keras.Matun memandang Hadi sengit di balik mata berkaca. Ia menarik

  • Suami Tak Ada Akhlak   76. Kabar Duka

    Tanpa menunggu lagi, Hadi segera menyiapkan diri untuk berangkat ke Tuban. Tidak peduli saat kondisi langit sudah menggelap dikarenakan sang Surya sudah waktunya beristirahat. Yang jelas Hadi ingin pulang dan menemui ibunya.Gelisah meliputi diri Hadi sepanjang perjalanan. Ia mencoba fokus untuk tetap dalam keadaan aman. Hingga hampir jam sembilan malam ia telah sampai di kediaman ibunya.Seperti biasa, beberapa anak dari kakak-kakaknya berkumpul di pelataran rumah tua yang didominasi kayu jati itu. Setelah memarkirkan motornya ia langsung berlari memasuki rumah."Mak," panggilnya. Ia melihat beberapa kakak dan kakak iparnya yang duduk di ruang tamu. Pandangannya mengedar, ketika tidak mendapati sosok ibunya Hadi berlari lebih ke dalam rumah, tepatnya menuju kamar sang ibu."Mak," panggilnya. Ia melihat seorang kakak perempuan Hadi yang duduk di tepi ranjang. Tanganya tidak diam, melainkan sedang memijat kaki yang memiliki kulit keriput itu."Sudah

  • Suami Tak Ada Akhlak   75. Membuntuti Reta

    Hadi segera menyalakan mesin motor dan mengikuti seseorang yang baru saja dilihatnya. Kecepatan yang dipacu di atas rata-rata membuat seragamnya bertebaran karena angin.Motor melambat, berbelok pada suatu gang membuat ia melakukan hal yang serupa. Hingga sampai di mana motor yang ia ikuti sampai di sebuah bangunan yang cukup besar, lagi-lagi membuat Hadi terkejut.Memarkirkan motor di bawah pohon nangka, Hadi berjalan pelan ke arah rumah itu. Keadaan gerbang yang tidak dikunci membuat ia bisa memasuki teras rumah bernuansa abu-abu di hadapannya.Motor yang sebelumnya ia ikuti sudah berdiri berbaris dengan sebuah mobil. Hadi kembali melanjutkan langkah untuk mengetahui siapa pemilik rumah ini sehingga Reta masuk ke sini."Apa ini rumah orang tuanya?" tanya Hadi pada diri sendiri. Ia berpikir di samping tiang rumah, menyangga dengan satu tangan. Sedangkan tangan yang lain membelai dagu dengan kerutan yang menghiasi kening."Lalu, laki-laki tadi?" Bo

  • Suami Tak Ada Akhlak   74. Dipecat

    Hadi mengacak rambutnya kasar, merasa frustrasi dengan apa yang dihadapi saat ini. "Kenapa semuanya bisa kacau begini, sih?" Ia menarik napas dalam lalu membuangnya melalui mulut dengan kasar.Bangkit dari duduk, ia berjalan mondar-mandir ke sisi kanan ruangan lalu berbalik lagi ke sisi kiri ruangan. "Gimana bisa ketahuan? Sekarang Matun udah minta pisah. Ah. Mana belum dapat apa-apa dari dia."Menunduk dengan menumpukan kening pada dinding, lalu memukul dengan tangan. Saat ini ia berada di suatu kosan kecil sederhana yang asal-asalan ia dapat. Yang terpenting ada tempat berteduh dari panas dan hujan. Untuk sementara. Ya. Untuk sementara.Karena. "Aku harus meyakinkan Matun lagi untuk mau kembali denganku. Bagaimanapun aku nggak bisa hidup seperti ini."Pandangan Hadi jatuh pada bungkusan di atas kasur lipat, sebuah nasi bungkus dengan satu gelas air minum kemasan lima ratusan. Ia menarik napas panjang. Jika biasanya Hadi sarapan dengan masakan Matun yang

  • Suami Tak Ada Akhlak   73. Mengusir Hadi

    Setelah Pendi berangkat dan menitipkan Rio ke tempat kakaknya, Matun memasuki kamar. Ia mulai mengeluarkan semua pakaian Hadi yang ada di lemari, lalu memasukkannya ke dua plastik merah besar seperti saat dia akan menarik kreditan. Kali ini putusannya benar-benar bulat untuk berpisah dari Hadi.Matun meneliti lemari, berharap tidak ada baju Hadi yang tertinggal. Semua barang yang bersangkutan dengan Hadi harus segera disingkirkan. Ia tidak ingin lagi berurusan dengan pria itu."Semuanya harus dibuang, dibalikkan pada orangnya. Sudah lelah aku menjadi perempuan bodoh," ucap Matun yang memasukkan sisa-sisa pakaian Hadi ke dalam plastik.Setelah selesai Matun membawa plastik merah besar berisi pakaian Hadi menuju ruang tamu, ia akan mengeluarkan semua pakaian itu di depan rumah, menunggu suaminya datang lalu mengutarakan niat yang sudah diambil.Baru saja perempuan itu membuka pintu rumah, ia sudah dikejutkan dengan kehadiran Hadi di balik pintu yang memasan

  • Suami Tak Ada Akhlak   72. Matur Mau Pisah

    Suasana kediaman Mbah Makijan tampak pengap dengan kehadiran Matun dan Fiddun. Eko yang duduk di lantai merasa ada hal penting yang akan berlangsung. Apakah ini mengenai uang tol kemarin?"Ada apa, Tun, Dun? Kok tiba-tiba kalian datang dengan wajah tegang begitu?" Mbah Makijan memerhatikan Fiddun dan Matun bergantian. Cukup terkejut mendapati kedua anaknya yang beberapa waktu lalu berselisih paham datang secara bersamaan."Pasti mau bicarain soal uang tol lagi ya, Mbak?" tebak Eko yang baru saja keluar dari kamar, ia memilih duduk di lantai menyilangkan kakinya. "Masih tetep nggak terima juga sama bagiannya?""Ko," tegur Fiddun yang memberi tatapan melotot pada anaknya. Ia memerintahkan sang dik untuk diam."Pak dan Mak sempat mikir gitu tadi. Tapi kalau tidak ya sudah. Coba katakan ada apa?"Fiddun menatap kedua orang tuanya. "Matun ingin menyampaikan sesuatu, Pak." Semua pandangan beralih pada Matun. Mbah Makijan dan Mbah Supi saling berpandangan

  • Suami Tak Ada Akhlak   71. Diarak

    "Abang itu kangen sama Reta.""Abang ih. Tiap hari ketemu juga masih aja kangen." Reta tertawa cekikikan."Main yuk, Ret.""Ih, Abang. Udah tiap hari main nggak bosen apa?""Abang mana pernah bosen kalau sama kamu? Gimana? Mau, ya?" Anggukan dari Reta membuat Hadi tidak lagi membuang waktu. Ia segera melakukan aksinya mereguk surga terlarang tanpa memikirkan ada hati yang terluka.Namun, saat ia akan melakukannya untuk kedua kali, tiba-tiba saja pintu kosan Reta terbuka dengan keras, menampilkan sosok pria di ambang pintu dengan tatapan penuh amarah."Astagfirulloh!" Pekikan para perempuan itu tidak mampu mengalihkan perhatian Hadi. Pria itu hanya menatap lurus di mana sosok Kaka iparnya berdiri dengan wajah garang."Kurang ajar!" teriak Fiddun yang sudah diselimuti amarah. Tidak peduli bagaimana keadaan adik iparnya saat ini, ia melangkah cepat mendekati Hadi. Mendaratkan pukulan tepat di wajah Hadi membuat pria itu terhuyung.

  • Suami Tak Ada Akhlak   70. Mencari Hadi dan Reta

    Sebulan sudah Matun menjalankan usaha kreditan pakaian, ditambah dengan perabotan hasil pinjaman modal pada kedua orang tuanya. Sedikit-sedikit ia bisa mengumpulkan uang untuk masa depan."Terima kasih ya, Bu." Ia baru saja melakukan kegiatan rutin di hari Selasa di salah satu desa. Ia memasukkan uang yang baru saja diberikan pelanggannya ketika ia tidak sengaja melihat seseorang yang sangat dia kenali."Itu seperti Bang Hadi," ucapnya dengan terkejut. "Dan itu, yang dibonceng siapa?" Tangan Matun menunjuk motor yang menjauh. "Bukannya Bang Hadi harus kerja?"Keningnya terlipat, di balik benak sana ia terus berpikir. "Tapi motornya kok beda?" Perasaan kini mulai campur aduk, antara percaya dan tidak tentang apa yang dilihat."Sebaiknya aku pastikan dulu." Matun segera membelokkan motornya, menyalakan dan mengikuti arah kepergian seseorang yang diduga Hadi.Baru saja ia menyalakan mesin, tetapi urung menari gas kala mendengar suara seseorang memangg

DMCA.com Protection Status