"Aku tidak ingin melanjutkan pernikahan ini. Sampai kapanpun, gadis manja sepertimu tidak bisa menjadi istriku, Clara!" Ucapan sang calon suami sontak membuat Clara tersentak. "Manja?" "Benar. Aku rasa Yolla lebih baik darimu."Deg!Saat ini perasaan Clara benar-benar hancur. Mengapa calon suaminya itu ingin membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H?Lalu, bagaimana dengan tamu undangan? Keluarga? Sudah pasti Clara akan menjadi bahan omongan orang-orang dari kalangan bisnis orang tuanya.Clara mencoba mengatur napas. "Apa kau yakin? Aku memang manja dan mirip sekali anak kecil, pasti tidak akan ada laki-laki yang mau bertahan denganku..." ucapnya memberanikan diri."Tapi, aku tidak seperti jalangmu itu yang hobi menggoda laki-laki lain, bahkan ketika dia sendiri sudah memiliki calon suami!" Tarra sontak mengepalkan tangannya.Wajah pria itu memerah dan ingin sekali menghajar Clara.Namun, ditahannya. "Jangan bawa nama Yolla ke masalah ini. Aku harap kamu akan bahagia dengan l
Clara benar-benar takut dan malu kalau saat di atas Altar nanti dia akan di seret oleh keluarganya, karena laki-laki yang di sampingnya adalah Yordan. Apa lagi saat keluarganya mengetahui kalau pengantin laki-laki bukan Tarra, melainkan pria lain. Dia juga mencari keberadaan kakaknya dan tidak menemukannya. Namun, Yordan terus-menerus menuntun Clara menuju AltarSampai di atas Altar akhirnya Clara menoleh ke arah kanannya dan di sana sudah ada sang kakak dengan istri dan anaknya.Haris selaku kakaknya agak bingung kenapa sang adik membawa Yordan di atas Altar, tapi dia tidak menghiraukan. Apa lagi dia sepertinya setuju ketika sang adik menikah dengan Yordan dari pada dengan Tarra."Di mana ibu dan ayah?" tanya Clara sambil menatap Haris, tapi dia tidak mengeluarkan suaranya hanya membuka mulutnya saja."Ibu dan ayah keluar karena ada beberapa masalah dalam perusahaannya, jadi mereka menyuruh kalian segera menikah," jawab Haris tanpa bersuara juga dan hanya membuka mulutnya saja.Cl
Yordan yang berada disamping sang istri, Clara. Dia melirik ke arah ponsel istrinya dan melihat apa yang dilihat oleh istrinya, dia sangat paham dengan apa yang di rasakan oleh sang istri."Kalau menurut kamu itu terlalu sakit untuk dilihat sebaiknya jangan di lihat," ucap Yordan dengan suara pelan seperti orang berbisik.Clara langsung menoleh ke arah sampingnya dan melihat Yordan yang tidak menatap ke arahnya. Karena Clara paham dengan apa yang di ucapkan Yordan barusan, walaupun suaranya pelan dan seperti orang berbisik tapi Clara masih bisa mendengarnya.Kini Clara lekas memasukkan ponselnya kedalam tas kecil yang ada di pangkuannya, dan tanpa sengaja dia menyukai foto yang baru saja diunggah oleh Tarra."Kak, apa kakak mau mampir ke rumah dulu untuk ambil pakaian?" tanya Clara pada suaminya.Clara sengaja mengalihkan pembicaraan dan tidak ingin membahas masa lalu itu dengan Yordan, walaupun pernikahan mereka berdua benar-benar dadakan."Tidak usah," jawab Yordan yang langsung men
"Udah yuk kita masuk ke kamar aja dan kita harus istirahat!" Clara yang tidak mau membuat suaminya sakit hati, dia memilih menggandeng lengan suaminya."Baru menikah beberapa jam tapi sudah menjadi pembangkang sama orang tua, apa ini ajaran darimu!" Soni menatap tajam kearah Yordan, dia seperti sedang menyindir menantu yang tidak di harapkannya.Clara menghela napas dengan panjang dan menghembuskan dengan pelan, dia benar-benar tidak mengerti dengan pikiran orang tuanya. Orang tuanya selalu saja merendahkan seseorang yang menurut Clara baik, padahal selama ini Yordan memang bersikap baik padanya.Yordan hanya bisa menundukkan kepalanya dan merasa sangat hina saat berada dalam bagian keluarga Bastian. Yordan sadar akan dirinya yang sangat miskin, tapi mau bagaimana lagi? Semua sudah terjadi begitu saja.Clara malas menanggapi apa yang akan di katakan oleh kedua orang tuanya, dia lebih memilih pergi dan menuntun suaminya menuju kamarnya yang berada dilantai atas.Kini hanya ada Haris da
Saat Clara sudah menyelimuti tubuh suaminya, tiba-tiba saja membuka kedua matanya dan Clara yang mengetahui akan hal itu sontak saja terkejut."Ma ... Maafkan aku telah membuatmu terbangun," gugup Clara yang ingin menjauh dari suaminya.Namun, dengan cepat Yordan menahan tangannya sang istri dan sedikit menuntun istrinya untuk duduk di dekatnya.Clara tidak bisa berkutik karena tenaganya Yordan besar, akhirnya Clara duduk di sofa didepan perutnya sang suami.Sejenak, Clara menahan napasnya dan sedikit canggung dengan keadaan ini. Karena saat ini tangan suaminya sedang memeluk perut ratanya Clara."Kak..." Clara menjeda ucapannya."Biarkan seperti ini." Yordan kembali mempererat pelukannya pada perut rata sang istri.Clara tidak bisa menolak keinginan suaminya, dan dia mulai mengatur napasnya agar bisa mengatur oksigen lebih teratur. Kini Clara memejamkan kedua matanya yang sedikit mengantuk, dan suaminya juga sudah memejamkan matanya karena mengantuk.Perlahan-lahan tubuhnya Clara lan
"Jangan berbohong," ucap Sonya pada anak bungsunya."Aku benar-benar sudah malam pertama dengan suamiku!" tegas Clara yang sudah berdiri dan menatap kedua orang tuanya yang masih duduk di sofa."Ceraikan atau..." Soni menjeda ucapannya dan Clara menatap tajam ke arahnya.Clara benar-benar tidak mengerti dengan apa yang ada didalam pikiran kedua orang tuanya, apa orang tuanya ingin dirinya menjadi janda? Sungguh menyebalkan, pikir Clara."Aku sudah menuruti keinginan ayah dan ibu untuk kuliah dalam urusan bisnis dan lain sebagainya, aku juga akan mengurusi perusahaan setelah lulus. Lalu, apa aku salah menikah dengan pilihanku?" Clara akhirnya membuka suaranya, dia benar-benar jengah dengan kedua orang tuanya yang selalu banyak mengatur hidupnya.Walaupun Clara adalah anak konglomerat tapi hidupnya penuh tekanan, contahnya seperti sekarang. Dia mirip sekali seperti boneka keluarganya, harus menuruti setiap perkataan orang tuanya.Clara seperti itu karena dirinya ingin membebaskan sang k
Setelah Yordan dan Clara menempuh jarak yang tidak terlalu jauh dari rumahnya menuju kampus, kini pengantin baru itu baru saja sampai tepat didepan gerbang kampusnya Clara.Yordan memberhentikan motornya didepan gerbang kampus sang istri. Namun, istrinya tidak turun dari jok motor itu membuat Yordan sedikit bingung.Yordan lekas membuka kaca helm yang saat ini masih dia gunakan di kepalanya, lalu Yordan menoleh kebelakang dan berkata. "Ra, kamu tidak mau masuk ke kampus?" tanya Yordan yang masih menatap kearah sang istri."Mau," jawab Clara. "Lalu, kamu menyuruh aku jalan dari gerbang ke kampus?" Clara mengerutkan keningnya saat mengatakan itu pada sang suami.Karena saat ini jarak dari gerbang ke dalam kampusnya lumayan jauh kalau jalan, dan karena Clara tipe gadis yang sangat manja sudah pasti itu membuat Clara malas berjalan kaki."Siap tuan putri, aku antar kamu sampai kedalam kampus tapi kamu gak malu diantar pake motor?" tanya Yordan.Sebenarnya Yordan memberhentikan motornya di
Yordan melajukan motor beat milik sang istri membelah jalanan kota yang sudah mulai ramai dengan aktivitasnya. Saat ini tujuannya adalah Ferdinan Company, yaitu tempatnya bekerja.Pikiran Yordan berkelana pada ucapan kedua orang tua Clara tadi pagi yang mengatakan jika mereka tidak ingin Clara mengandung anaknya benar-benar membuat Yordan merasa sakit hati. Sepertinya meskipun telah berstatus sebagai seorang suami, tetapi Yordan tidak mendapatkan hak terhadap sang istri. Yordan akan berusaha memaklumi hal itu karena pernikahannya dengan Clara yang terjadi secara dadakan dan Yordan bukanlah sosok pria yang seharusnya bersanding dengan Clara, sang putri bungsu keluarga Bastian. Yordan sadar betul akan posisinya.Jika saja kedua pasangan mereka tidak saling mencintai dan meninggalkan mereka sendirian di hari pernikahan mereka, maka pernikahan Yordan dengan Clara tidak mungkin akan terjadi. sekarang Yordan bertanya-tanya apakah Yolla, mantan calon istrinya itu bahagia menikahi putra bungs
Clara menampakkan wajah sedih dengan berkata. "Sepertinya suamiku tidak menginginkan anak dari ku," ucap Clara dengan suara yang begitu sedih."Bukan gitu, sayang." Kini Yordan merasa bersalah dengan dirinya yang mengalihkan pembicaraan Clara, tapi Yordan jadi bingung harus mengatakan apa pada Yordan, karena saat ini Yordan benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa pada Clara.Seketika suasana kamar mendai hening dan tidak ada pembicaraan apapun, tapi terlihat jelas dari tatapannya Clara yang menantikan respon dari Yordan untuk membahas anak."Aku beneran pengen hamil, aku pengen punya anak kayak pasangan suami istri pada umumnya," kekeh Clara setelah beberapa saat ruang kamarnya terlihat hening dan begitu sepi.Yordan menghela napasnya dengan panjang dan menghembuskan dengan perlahan, Yordan sudah tidak bisa mengalihkan pembicaraan Clara, karena Yordan tipe pria yang selalu merasa tidak enakan jika pembahasan ini tidak ada endingnya."Sayang, kamu benar-benar ingin mengandung anak
Clara menampakkan wajah sedih dengan berkata. "Sepertinya suamiku tidak menginginkan anak dari ku," ucap Clara dengan suara yang begitu sedih."Bukan gitu, sayang." Kini Yordan merasa bersalah dengan dirinya yang mengalihkan pembicaraan Clara, tapi Yordan jadi bingung harus mengatakan apa pada Yordan, karena saat ini Yordan benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa pada Clara.Seketika suasana kamar mendai hening dan tidak ada pembicaraan apapun, tapi terlihat jelas dari tatapannya Clara yang menantikan respon dari Yordan untuk membahas anak."Aku beneran pengen hamil, aku pengen punya anak kayak pasangan suami istri pada umumnya," kekeh Clara setelah beberapa saat ruang kamarnya terlihat hening dan begitu sepi.Yordan menghela napasnya dengan panjang dan menghembuskan dengan perlahan, Yordan sudah tidak bisa mengalihkan pembicaraan Clara, karena Yordan tipe pria yang selalu merasa tidak enakan jika pembahasan ini tidak ada endingnya."Sayang, kamu benar-benar ingin mengandung anak
Pukul 10 malam, Clara dan Yordan baru saja sampai di rumah mewah milik Soni dan Sonya, mereka berdua sangat bahagia setelah menghabiskan momen anniversary di sebuah restoran mewah, bahkan pasangan suami istri yang tengah bahagia lupa jika mereka sudah berada di rumah."Ngapain pegang-pegang gitu?" Suaranya Sonya begitu lantang saat keluar dari lorong rumahnya menuju pintu utama untuk menghampiri anak dan menantunya, menantu yang tidak di inginkan olehnya.Melihat kehadiran Sonya dan Soni membuat Clara dengan Yordan langsung melepaskan genggaman tangan itu, genggaman yang benar-benar erat. Namun, harus terlepaskan secara paksa."I ... Ibu, kenapa belum tidur?" Suaranya Clara terdengar gugup saat melihat orang tuanya sudah berada di depannya."Sengaja, karena kalian belum pulang ke rumah," ucap Soni dan Sonya secara bersamaan."Maafkan kami pulang terlambat," ungkap Yordan yang merasa bersalah karena sudah membawa Clara pergi ke luar rumah dan kembali ke rumah hampir larut malam.Sebena
Clara menampakkan wajah sedih dengan berkata. "Sepertinya suamiku tidak menginginkan anak dari ku," ucap Clara dengan suara yang begitu sedih."Bukan gitu, sayang." Kini Yordan merasa bersalah dengan dirinya yang mengalihkan pembicaraan Clara, tapi Yordan jadi bingung harus mengatakan apa pada Yordan, karena saat ini Yordan benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa pada Clara.Seketika suasana kamar mendai hening dan tidak ada pembicaraan apapun, tapi terlihat jelas dari tatapannya Clara yang menantikan respon dari Yordan untuk membahas anak."Aku beneran pengen hamil, aku pengen punya anak kayak pasangan suami istri pada umumnya," kekeh Clara setelah beberapa saat ruang kamarnya terlihat hening dan begitu sepi.Yordan menghela napasnya dengan panjang dan menghembuskan dengan perlahan, Yordan sudah tidak bisa mengalihkan pembicaraan Clara, karena Yordan tipe pria yang selalu merasa tidak enakan jika pembahasan ini tidak ada endingnya."Sayang, kamu benar-benar ingin mengandung anak
Clara menampakkan wajah sedih dengan berkata. "Sepertinya suamiku tidak menginginkan anak dari ku," ucap Clara dengan suara yang begitu sedih."Bukan gitu, sayang." Kini Yordan merasa bersalah dengan dirinya yang mengalihkan pembicaraan Clara, tapi Yordan jadi bingung harus mengatakan apa pada Yordan, karena saat ini Yordan benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa pada Clara.Seketika suasana kamar mendai hening dan tidak ada pembicaraan apapun, tapi terlihat jelas dari tatapannya Clara yang menantikan respon dari Yordan untuk membahas anak."Aku beneran pengen hamil, aku pengen punya anak kayak pasangan suami istri pada umumnya," kekeh Clara setelah beberapa saat ruang kamarnya terlihat hening dan begitu sepi.Yordan menghela napasnya dengan panjang dan menghembuskan dengan perlahan, Yordan sudah tidak bisa mengalihkan pembicaraan Clara, karena Yordan tipe pria yang selalu merasa tidak enakan jika pembahasan ini tidak ada endingnya."Sayang, kamu benar-benar ingin mengandung anak
Pukul 10 malam, Clara dan Yordan baru saja sampai di rumah mewah milik Soni dan Sonya, mereka berdua sangat bahagia setelah menghabiskan momen anniversary di sebuah restoran mewah, bahkan pasangan suami istri yang tengah bahagia lupa jika mereka sudah berada di rumah."Ngapain pegang-pegang gitu?" Suaranya Sonya begitu lantang saat keluar dari lorong rumahnya menuju pintu utama untuk menghampiri anak dan menantunya, menantu yang tidak di inginkan olehnya.Melihat kehadiran Sonya dan Soni membuat Clara dengan Yordan langsung melepaskan genggaman tangan itu, genggaman yang benar-benar erat. Namun, harus terlepaskan secara paksa."I ... Ibu, kenapa belum tidur?" Suaranya Clara terdengar gugup saat melihat orang tuanya sudah berada di depannya."Sengaja, karena kalian belum pulang ke rumah," ucap Soni dan Sonya secara bersamaan."Maafkan kami pulang terlambat," ungkap Yordan yang merasa bersalah karena sudah membawa Clara pergi ke luar rumah dan kembali ke rumah hampir larut malam.Sebena
Hari berganti begitu cepat, tidak terasa pernikahannya Yordan dengan Clara sudah 1 tahun lamanya. Saat ini Yordan membawa Clara ke sebuah restoran mewah untuk merayakan pernikahan mereka, dan Yordan membawa Clara ke restoran dengan kejutan dan tidak bilang pada Clara. Yordan menuntun Clara yang saat ini matanya sedang di tutup oleh kain hitam, dan Clara sangat menurut dengan Yordan."Selamat hari pernikahan yang ke satu tahun, Clara." Yordan mengatakan itu di saat tangannya membuka kain hitam pada mata yang menutupi Clara.Clara terkejut bukan main saat melihat ke arah sekitarnya bahwa Yordan membawa dirinya ke sebuah restoran, restoran yang begitu mewah dan sangat privasi. Clara meneteskan air matanya saat menerima kejutan dari suaminya, Yordan. Clara tidak menyangka jika Yordan yang selama ini terlihat dingin dan sibuk bekerja, tapi diam-diam Yordan sudah merencanakan semua ini."Terima kasih, suamiku." Clara langsung memeluk erat tubuhnya Yordan. "Selamat hari pernikahan yang ke sa
Setelah beberapa saat, Yordan memesankan makanan ringan untuk Clara, dan pastinya Yordan memesan makanan ringan atas persetujuan dan keinginan Clara, karena jika tidak, Yordan akan sia-sia membeli makanan ringan, apa lagi jika tidak di makan oleh Clara."Aku mau ke kamar mandi dulu," ucap Yordan saat dirinya bangun dari duduknya dan segera pergi ke kamar mandi setelah memberitahu Clara.Clara tersenyum malu saat mendengar perkataan Yordan yang seperti meminta izin pada dirinya."Ih, kenapa juga ke kamar mandi harus minta izin," gumam Clara dengan sedikit tertawa.Clara kembali memainkan ponsel dengan membuka salah satu sosial media miliknya, lalu Clara melihat sesuatu yang membuatnya kesal."Dasar selalu umbar kemesraan," gerutu Clara saat melihat salah satu postingan seseorang.Siapa yang di maksud oleh Clara? Hem, siapa lagi kalau bukan Tarra dan Yolla."Giliran sama dia di posting, waktu sama aku enggak." Clara kembali menggerutu saat dirinya tahu jika mantan kekasih sekaligus mant
Pukul 7 malam, Clara dan Yordan baru saja menyelesaikan makan malam bersama, mereka berdua menikmati makan malam dengan tenang dan begitu romantis, dan terlihat jelas dari pancaran wajahnya Clara yang begitu bahagia bisa menikmati hari-hari dengan suaminya tanpa ke dua orang tuanya yang menentang keras rumah tangga mereka."Kamu enggak apa-apa?" tanya Yordan pada Clara di saat tatapannya Clara terlihat kosong saat melihat ke arahnya."E ... Eh, enggak apa-apa kok," jawab Clara yang sedikit gugup karena tangannya di sentuh oleh Yordan."Kamu banyak ngelamun setelah kita pulang dari taman," ucap Yordan yang merasa aneh dengan Clara karena banyak melamun setelah mereka pulang dari taman."Gak kok." Clara geleng-geleng kepalanya dengan cepat seolah-olah tidak mengiyakan apa yang di katakan oleh Yordan.Yordan hanya berdehem tanpa mengatakan apapun lagi pada Clara, tapi Yordan terus menatap wajahnya Clara dengan otak yang berpikir keras.'Apa Clara masih terkejut sama kehadiran Tarra dan Y