Yordan melajukan motor beat milik sang istri membelah jalanan kota yang sudah mulai ramai dengan aktivitasnya. Saat ini tujuannya adalah Ferdinan Company, yaitu tempatnya bekerja.Pikiran Yordan berkelana pada ucapan kedua orang tua Clara tadi pagi yang mengatakan jika mereka tidak ingin Clara mengandung anaknya benar-benar membuat Yordan merasa sakit hati. Sepertinya meskipun telah berstatus sebagai seorang suami, tetapi Yordan tidak mendapatkan hak terhadap sang istri. Yordan akan berusaha memaklumi hal itu karena pernikahannya dengan Clara yang terjadi secara dadakan dan Yordan bukanlah sosok pria yang seharusnya bersanding dengan Clara, sang putri bungsu keluarga Bastian. Yordan sadar betul akan posisinya.Jika saja kedua pasangan mereka tidak saling mencintai dan meninggalkan mereka sendirian di hari pernikahan mereka, maka pernikahan Yordan dengan Clara tidak mungkin akan terjadi. sekarang Yordan bertanya-tanya apakah Yolla, mantan calon istrinya itu bahagia menikahi putra bungs
Jam masih menunjukkan pukul sepuluh pagi. Tarra menaiki mobilnya dan melajukan mobil itu keluar dari area kampus menuju Ferdinan Company.Beberapa notifikasi dari teman-temannya yang menanyakan kenapa dirinya tidak masuk ke kelas dan meninggalkan kampus begitu saja, hanya diabaikan oleh Terra. Padahal hari ini akan diadakan ujian harian untuk beberapa mata kuliah, tetapi Tarra malah menghilang.Tarra tahu jika dia tidak mengikuti ujian harian hari ini maka itu akan berpengaruh pada nilainya, apalagi kampusnya terbilang sangat ketat dalam memberikan nilai pada mahasiwa. Namun, lupakan saja. Tarra sudah terlampau malas untuk masuk ke kelas hari ini.Sepanjang perjalanan pikirannya tidak tenang memikirkan apa yang terjadi dengan istrinya, Yolla, mengingat Yolla masuk kerja hari ini dan bisa saja hal buruk terjadi padanya.Kemacetan panjang terjadi di sepanjang jalan menuju perusahaan Ferdinan Company, berkali-kali Tarra memaki untuk melampiaskan rasa kesalnya pada kemacetan jalan yang me
Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, sudah waktunya bagi Clara untuk pulang. Dia juga sudah menghubungi Yordan dan pria itu mengatakan dia sudah dalam perjalanan menuju kampus Clara.Lima belas menit Clara menunggu hingga akhirnya senyum merekah Clara terbit ketika melihat motor beat yang dikendarai oleh sang suami bergerak ke arahnya.Yordan melepas helm yang melindungi kepalanya, dan menampilkan senyum manisnya pada Clara."Udah selesai?" tanya Yordan basa basi."Iyalah, kalau belum gak mungkin aku suruh jemput," jawab Clara membuat Jordan tertawa kecil. Memang sifat kekanak-kanakan Clara kadang membuat Yordan gemas sendiri."Yaudah ayo," ajak Yordan.Dia memakaikan helm pada Clara membuat gadis itu tersipu.Setelah selesai memakaikan helm pada Clara, Yordan menyuruh sang istri untuk segera naik di motor dan setelah itu motor beat itu bergerak melaju meninggalkan kampus Clara.Jalanan mulai lengang, udara sore mulai terasa dingin, langit juga mulai menunjukkan semburat jingga yang
Clara dan Yordan baru saja memasuki rumah dan langsung disambut oleh Sonya dan Soni di ruang tamu dengan wajah yang tidak bersahabat."Kamu itu dari mana aja? Sudah jam segini baru pulang!" Bentak Sonya ketika mendapati putrinya baru saja pulang saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam."Ini pasti karena laki-laki itu! Dia benar-benar pengaruh buruk buat kamu!" Soni menambahkan.Senyuman yang sejak tadi hadir di bibir Clara kini tergantikan oleh raut wajah kesal. "I ... ibu, ini bukan salah Clara. Tadi—""Diam kamu! Dan jangan pernah memanggil saya dengan sebutan ibu, karena saya tidak pernah menerima kamu sebagai menantu saya!" bentak Sonya memotong perkataan Yordan."Cukup! Aku capek sama kalian," ucap Clara dengan airmata yang mulai menetes.Clara langsung berjalan menuju kamarnya diikuti oleh Yordan. Sedangkan Sonya dan Soni hanya terdiam ditempat mereka."Clara!" Panggil Yordan berusaha menyusul Clara, tetapi gadis itu tidak berhenti.Clara memasuki kamarnya, dia berjalan
Jam menunjukkan setengah enam pagi dan Yolla sudah sibuk di dapur. Dia mengolah nasi sisa semalam untuk dijadikan sebagai menu sarapan hari ini.Yolla hanya menyiapkan sarapan seadanya untuk sang suami dan adiknya, karena stok bumbu dapur yang sudah habis dan Yolla belum pergi berbelanja. Pikirannya terlalu sibuk memikirkan kemana dirinya akan mencari pekerjaan untuk menggantikan pekerjaannya di Ferdinan Company.Setelah memutuskan untuk meninggalkan rumah keluarga Ferdinan, kini Tarra dan Yolla tinggal di rumah sederhana milik Yolla. Rumah yang sangat jauh berbeda dari rumah mewah milik keluarga Ferdinan. Kadang, Yolla merasa kasihan pada sang suami yang setiap malam kesulitan tidur karena kepanasan dan harus mengantri untuk pergi ke kamar mandi. Namun, itu adalah pilihan Tarra, dan Yolla tahu jika Tarra sudah memutuskan maka keputusan itu tidak dapat diganggu-gugat.Setelah selesai menyiapkan sarapan, Yolla segera menata makanan di meja makan. Sarapan hari ini hanya nasi goreng sede
Jam menunjukkan pukul delapan pagi ketika Juno tiba di kampusnya.Baru saja dia turun dari motornya, tiba-tiba saja sebuah motor beat berhenti di samping motor milik Juno. Terlihat dua sosok yang sangat dia kenal berada di motor itu. Siapa lagi kalau bukan Clara dan Yordan, teman dan mantan calon kakak iparnya. Juno sedikit terkejut ketika Clara datang ke kampus dengan menggunakan motor karena biasanya Clara selalu diantar oleh Pak Ari menggunakan mobil mewah."Pa ... pagi, Juno," sapa Clara dengan sedikit canggung ketika dia turun dari motor."Pagi juga, Ra. Mas Yordan," sapa balik Juno yang hanya dibalas senyuman oleh mantan calon kakak iparnya itu dan sang sahabat."Yaudah, aku pergi dulu. Telpon kalau sudah pulang, nanti aku jemput," ucap Yordan pada Clara sambil melepaskan helm yang dipakai Clara."Iya, kak. Mungkin pulangnya agak sore soalnya hari ini ada kegiatan di organisasi," papar Clara. Nyatanya memanggil Yordan dengan sebutan 'sayang' masih terlalu malu dilakukan oleh Cla
Setelah menempuh perjalanan sekitar lima belas menit, akhirnya Tarra sampai di cafe yang Yolla singgahi. Tarra mengedarkan pandangannya berusaha mencari sosok sang istri setelah dia telah memasuki cafe itu. Mata Tarra berhenti pada tempat duduk di dekat jendela sebelah kiri tempat perempuan yang begitu familiar baginya sedang duduk sendirian menikmati segelas es jeruk.Tarra segera menghampiri Yolla, dia menepuk pelan bahu Yolla ketika telah berada di belakang wanita itu hingga Yolla sedikit terkejut, tetapi senyuman merekah langsung ditunjukkan oleh Yolla ketika dia melihat Tarra telah berdiri di belakangnya."Apa sih yang kamu pikirin sampe gak sadar aku sudah datang?" tanya Tarra dan mengambil tempat duduk di depan Yolla, diatas meja telah ada satu lagi segelas es jeruk yang sepertinya telah Yolla pesankan untuk Tarra."Aku mikirin kamu," jawab Yolla membuat Tarra tertawa geli.Tarra menyeruput es jeruk yang berada di meja hingga hanya tersisa setengah."Jadi gimana pekerjaan baru
Yordan telah selesai dengan pekerjaannya, tetapi Clara msih belum menghubungi dirinya. Mengambil inisiatif, Yordan akhirnya memutuskan untuk menghubungi sang istri.Sedikit lama Yordan menunggu hingga nada sambung itu berubah menjadi suara lembut milik Clara yang menyapa dirinya dari balik telepon."Halo, Clara. Kamu masih lama di kampusnya?" tanya Yordan."Masih ada rapat organisasi, Kak. Kakak, sudah selesai kerjanya?" tanya balik Clara.Yordan dapat mendengar suara bising dari balik sambungan telepon yang menandakan jika Clara tidak sendirian."Iya, sudah selesai. Gimana, aku kesana saja sekarang atau gimana?""Boleh, ini juga sebentar lagi selesai kok.""Yaudah, kalau begitu aku kesana sekarang."Dari seberang sana Clara mengangguk meski dirinya tahu jika Yordan tidak bisa melihat anggukannya itu.Setelah saling berpamitan akhirnya sambungan telepon itu terputus. Yordan segera membereskan barang-barangnya yang berada diatas meja kerja dan segera memasukkan semuanya kedalam tas ran
Clara menampakkan wajah sedih dengan berkata. "Sepertinya suamiku tidak menginginkan anak dari ku," ucap Clara dengan suara yang begitu sedih."Bukan gitu, sayang." Kini Yordan merasa bersalah dengan dirinya yang mengalihkan pembicaraan Clara, tapi Yordan jadi bingung harus mengatakan apa pada Yordan, karena saat ini Yordan benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa pada Clara.Seketika suasana kamar mendai hening dan tidak ada pembicaraan apapun, tapi terlihat jelas dari tatapannya Clara yang menantikan respon dari Yordan untuk membahas anak."Aku beneran pengen hamil, aku pengen punya anak kayak pasangan suami istri pada umumnya," kekeh Clara setelah beberapa saat ruang kamarnya terlihat hening dan begitu sepi.Yordan menghela napasnya dengan panjang dan menghembuskan dengan perlahan, Yordan sudah tidak bisa mengalihkan pembicaraan Clara, karena Yordan tipe pria yang selalu merasa tidak enakan jika pembahasan ini tidak ada endingnya."Sayang, kamu benar-benar ingin mengandung anak
Clara menampakkan wajah sedih dengan berkata. "Sepertinya suamiku tidak menginginkan anak dari ku," ucap Clara dengan suara yang begitu sedih."Bukan gitu, sayang." Kini Yordan merasa bersalah dengan dirinya yang mengalihkan pembicaraan Clara, tapi Yordan jadi bingung harus mengatakan apa pada Yordan, karena saat ini Yordan benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa pada Clara.Seketika suasana kamar mendai hening dan tidak ada pembicaraan apapun, tapi terlihat jelas dari tatapannya Clara yang menantikan respon dari Yordan untuk membahas anak."Aku beneran pengen hamil, aku pengen punya anak kayak pasangan suami istri pada umumnya," kekeh Clara setelah beberapa saat ruang kamarnya terlihat hening dan begitu sepi.Yordan menghela napasnya dengan panjang dan menghembuskan dengan perlahan, Yordan sudah tidak bisa mengalihkan pembicaraan Clara, karena Yordan tipe pria yang selalu merasa tidak enakan jika pembahasan ini tidak ada endingnya."Sayang, kamu benar-benar ingin mengandung anak
Pukul 10 malam, Clara dan Yordan baru saja sampai di rumah mewah milik Soni dan Sonya, mereka berdua sangat bahagia setelah menghabiskan momen anniversary di sebuah restoran mewah, bahkan pasangan suami istri yang tengah bahagia lupa jika mereka sudah berada di rumah."Ngapain pegang-pegang gitu?" Suaranya Sonya begitu lantang saat keluar dari lorong rumahnya menuju pintu utama untuk menghampiri anak dan menantunya, menantu yang tidak di inginkan olehnya.Melihat kehadiran Sonya dan Soni membuat Clara dengan Yordan langsung melepaskan genggaman tangan itu, genggaman yang benar-benar erat. Namun, harus terlepaskan secara paksa."I ... Ibu, kenapa belum tidur?" Suaranya Clara terdengar gugup saat melihat orang tuanya sudah berada di depannya."Sengaja, karena kalian belum pulang ke rumah," ucap Soni dan Sonya secara bersamaan."Maafkan kami pulang terlambat," ungkap Yordan yang merasa bersalah karena sudah membawa Clara pergi ke luar rumah dan kembali ke rumah hampir larut malam.Sebena
Clara menampakkan wajah sedih dengan berkata. "Sepertinya suamiku tidak menginginkan anak dari ku," ucap Clara dengan suara yang begitu sedih."Bukan gitu, sayang." Kini Yordan merasa bersalah dengan dirinya yang mengalihkan pembicaraan Clara, tapi Yordan jadi bingung harus mengatakan apa pada Yordan, karena saat ini Yordan benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa pada Clara.Seketika suasana kamar mendai hening dan tidak ada pembicaraan apapun, tapi terlihat jelas dari tatapannya Clara yang menantikan respon dari Yordan untuk membahas anak."Aku beneran pengen hamil, aku pengen punya anak kayak pasangan suami istri pada umumnya," kekeh Clara setelah beberapa saat ruang kamarnya terlihat hening dan begitu sepi.Yordan menghela napasnya dengan panjang dan menghembuskan dengan perlahan, Yordan sudah tidak bisa mengalihkan pembicaraan Clara, karena Yordan tipe pria yang selalu merasa tidak enakan jika pembahasan ini tidak ada endingnya."Sayang, kamu benar-benar ingin mengandung anak
Clara menampakkan wajah sedih dengan berkata. "Sepertinya suamiku tidak menginginkan anak dari ku," ucap Clara dengan suara yang begitu sedih."Bukan gitu, sayang." Kini Yordan merasa bersalah dengan dirinya yang mengalihkan pembicaraan Clara, tapi Yordan jadi bingung harus mengatakan apa pada Yordan, karena saat ini Yordan benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa pada Clara.Seketika suasana kamar mendai hening dan tidak ada pembicaraan apapun, tapi terlihat jelas dari tatapannya Clara yang menantikan respon dari Yordan untuk membahas anak."Aku beneran pengen hamil, aku pengen punya anak kayak pasangan suami istri pada umumnya," kekeh Clara setelah beberapa saat ruang kamarnya terlihat hening dan begitu sepi.Yordan menghela napasnya dengan panjang dan menghembuskan dengan perlahan, Yordan sudah tidak bisa mengalihkan pembicaraan Clara, karena Yordan tipe pria yang selalu merasa tidak enakan jika pembahasan ini tidak ada endingnya."Sayang, kamu benar-benar ingin mengandung anak
Pukul 10 malam, Clara dan Yordan baru saja sampai di rumah mewah milik Soni dan Sonya, mereka berdua sangat bahagia setelah menghabiskan momen anniversary di sebuah restoran mewah, bahkan pasangan suami istri yang tengah bahagia lupa jika mereka sudah berada di rumah."Ngapain pegang-pegang gitu?" Suaranya Sonya begitu lantang saat keluar dari lorong rumahnya menuju pintu utama untuk menghampiri anak dan menantunya, menantu yang tidak di inginkan olehnya.Melihat kehadiran Sonya dan Soni membuat Clara dengan Yordan langsung melepaskan genggaman tangan itu, genggaman yang benar-benar erat. Namun, harus terlepaskan secara paksa."I ... Ibu, kenapa belum tidur?" Suaranya Clara terdengar gugup saat melihat orang tuanya sudah berada di depannya."Sengaja, karena kalian belum pulang ke rumah," ucap Soni dan Sonya secara bersamaan."Maafkan kami pulang terlambat," ungkap Yordan yang merasa bersalah karena sudah membawa Clara pergi ke luar rumah dan kembali ke rumah hampir larut malam.Sebena
Hari berganti begitu cepat, tidak terasa pernikahannya Yordan dengan Clara sudah 1 tahun lamanya. Saat ini Yordan membawa Clara ke sebuah restoran mewah untuk merayakan pernikahan mereka, dan Yordan membawa Clara ke restoran dengan kejutan dan tidak bilang pada Clara. Yordan menuntun Clara yang saat ini matanya sedang di tutup oleh kain hitam, dan Clara sangat menurut dengan Yordan."Selamat hari pernikahan yang ke satu tahun, Clara." Yordan mengatakan itu di saat tangannya membuka kain hitam pada mata yang menutupi Clara.Clara terkejut bukan main saat melihat ke arah sekitarnya bahwa Yordan membawa dirinya ke sebuah restoran, restoran yang begitu mewah dan sangat privasi. Clara meneteskan air matanya saat menerima kejutan dari suaminya, Yordan. Clara tidak menyangka jika Yordan yang selama ini terlihat dingin dan sibuk bekerja, tapi diam-diam Yordan sudah merencanakan semua ini."Terima kasih, suamiku." Clara langsung memeluk erat tubuhnya Yordan. "Selamat hari pernikahan yang ke sa
Setelah beberapa saat, Yordan memesankan makanan ringan untuk Clara, dan pastinya Yordan memesan makanan ringan atas persetujuan dan keinginan Clara, karena jika tidak, Yordan akan sia-sia membeli makanan ringan, apa lagi jika tidak di makan oleh Clara."Aku mau ke kamar mandi dulu," ucap Yordan saat dirinya bangun dari duduknya dan segera pergi ke kamar mandi setelah memberitahu Clara.Clara tersenyum malu saat mendengar perkataan Yordan yang seperti meminta izin pada dirinya."Ih, kenapa juga ke kamar mandi harus minta izin," gumam Clara dengan sedikit tertawa.Clara kembali memainkan ponsel dengan membuka salah satu sosial media miliknya, lalu Clara melihat sesuatu yang membuatnya kesal."Dasar selalu umbar kemesraan," gerutu Clara saat melihat salah satu postingan seseorang.Siapa yang di maksud oleh Clara? Hem, siapa lagi kalau bukan Tarra dan Yolla."Giliran sama dia di posting, waktu sama aku enggak." Clara kembali menggerutu saat dirinya tahu jika mantan kekasih sekaligus mant
Pukul 7 malam, Clara dan Yordan baru saja menyelesaikan makan malam bersama, mereka berdua menikmati makan malam dengan tenang dan begitu romantis, dan terlihat jelas dari pancaran wajahnya Clara yang begitu bahagia bisa menikmati hari-hari dengan suaminya tanpa ke dua orang tuanya yang menentang keras rumah tangga mereka."Kamu enggak apa-apa?" tanya Yordan pada Clara di saat tatapannya Clara terlihat kosong saat melihat ke arahnya."E ... Eh, enggak apa-apa kok," jawab Clara yang sedikit gugup karena tangannya di sentuh oleh Yordan."Kamu banyak ngelamun setelah kita pulang dari taman," ucap Yordan yang merasa aneh dengan Clara karena banyak melamun setelah mereka pulang dari taman."Gak kok." Clara geleng-geleng kepalanya dengan cepat seolah-olah tidak mengiyakan apa yang di katakan oleh Yordan.Yordan hanya berdehem tanpa mengatakan apapun lagi pada Clara, tapi Yordan terus menatap wajahnya Clara dengan otak yang berpikir keras.'Apa Clara masih terkejut sama kehadiran Tarra dan Y