"Jangan berbohong," ucap Sonya pada anak bungsunya.
"Aku benar-benar sudah malam pertama dengan suamiku!" tegas Clara yang sudah berdiri dan menatap kedua orang tuanya yang masih duduk di sofa."Ceraikan atau..." Soni menjeda ucapannya dan Clara menatap tajam ke arahnya.Clara benar-benar tidak mengerti dengan apa yang ada didalam pikiran kedua orang tuanya, apa orang tuanya ingin dirinya menjadi janda? Sungguh menyebalkan, pikir Clara."Aku sudah menuruti keinginan ayah dan ibu untuk kuliah dalam urusan bisnis dan lain sebagainya, aku juga akan mengurusi perusahaan setelah lulus. Lalu, apa aku salah menikah dengan pilihanku?" Clara akhirnya membuka suaranya, dia benar-benar jengah dengan kedua orang tuanya yang selalu banyak mengatur hidupnya.Walaupun Clara adalah anak konglomerat tapi hidupnya penuh tekanan, contahnya seperti sekarang. Dia mirip sekali seperti boneka keluarganya, harus menuruti setiap perkataan orang tuanya.Clara seperti itu karena dirinya ingin membebaskan sang kakak, Haris. Dia ingin sekali melihat kakaknya bahagia dengan keluarga kecilnya, terkadang Clara ingin sekali merasakan hal yang sama seperti sang kakak.Namun, semua itu hanya hayalan semata saja. Karena sampai kapanpun Clara sulit terbebas seperti itu dari kedua orang tuanya, apa lagi saat ini dirinya sudah menikah dengan pria lain. Pria yang bukan menjadi tipe menantu keluarga Bastian, sudah pasti Clara hidupnya harus terus-menerus mengikuti keinginan orang tuanya."Iya, kamu memang harus seperti itu!" Sonya menatap tajam kearah anak bungsunya."Ya sudah, lalu aku harus apa lagi? Setelah lulus juga aku akan mengurus perusahaan," ucap Clara."Kau tidak boleh mengandung anak dari suamimu!" tegas Soni.Clara mengerutkan keningnya, dia tidak mengerti kenapa ayah kandungnya mengatakan itu padanya. Sebenarnya pasangan yang sudah menikah pasti menginginkan kehadiran seorang anak, tapi lihatlah ayahnya menentang keras masalah ini."Setelah ini kau harus menggunakan KB," sambung Sonya."Apa? Kalian kenapa sih, aku menikah juga ingin memiliki keturunan dan aku..." Clara belum sempat melanjutkan ucapannya karena sudah disela terlebih dahulu oleh ayahnya."Kau tidak pantas mengandung anak dari pria miskin seperti suamimu," sela Soni yang menghina menantunya sendiri.Tanpa mereka sadari, ada sosok pria yang sedari tadi berdiri tepat di pintu kamar orang tuanya Clara. Sosok pria itu adalah suaminya Clara, Yordan.'Aku memang miskin, tapi tak seharusnya mereka memperjelas semua itu,' batin Yordan yang dadanya terasa sesak akibat mendengar percakapan mereka sedari tadi.Semenjak Clara di panggil ke kamar orang tuanya, sebenarnya Yordan juga mengikuti langkahnya tapi dia tertinggal lebih dulu karena pintu kamarnya mulai tertutup rapat. Artinya pintu itu sudah di tutup oleh Clara, tapi Yordan tetap setia berdiri di pintu itu.Sebenarnya Yordan tidak menguping pembicaraan mereka bertiga, hanya saja dia ingin mengetahui apakah kedua mertuanya masih tidak menginginkan keberadaannya atau sebaliknya.Ternyata, kedua mertuanya Yordan masih tidak mau menerima keberadaannya. Hati Yordan sangat sakit, tapi dia sadar diri siapa dia sebenarnya."Mau aku punya anak atau tidak, itu urusan aku dengan suamiku karena aku yang menikah dan membuat anak dengannya," jelas Clara dan langsung meninggalkan kamar kedua orang tuanya.Saat Clara membuka pintu kamar orang tuanya, dia terkejut saat melihat suaminya berdiri didepan pintu."Ka ... Kak, kok disini?" Clara sedikit gugup saat melihat suaminya yang sudah berdiri didepan pintu kamar orang tuanya, bahkan dia berpikir apa suaminya mendengar semua pembicaraan mereka? Semoga saja tidak, batin Clara."Iya aku sengaja disini karena mau mengajak kamu pergi ke kampus, soalnya ini sudah jam hampir kesiangan hehe," ucap Yordan yang berbohong pada istrinya.Seketika Clara melirik kearah jam tangannya. "Oh iya, ya sudah ayo kita pergi!" Clara menggenggam tangan suaminya."Kalian pergi dengan supir saja," celetuk Sonya saat melihat anak dan menantunya berdiri di ambang pintu kamarnya."Tidak perlu, aku ingin naik motor dengan suamiku," ujar Clara yang menolak saran dari ibu kandungnya.Yordan tidak bisa berbuat apa-apa, dia juga langsung membungkukkan badannya pada kedua mertuanya. Yordan berpamitan, dan tangannya lekas di tarik oleh sang istri.'Untung suamiku tidak mendengar pembicaraan kami didalam,' batin Clara sambil bernapas lega.Sebenarnya Clara tidak tau jika suaminya sedari tadi sudah berdiri didepan pintu kamar orang tuanya, tapi Yordan selaku suaminya Clara tidak ingin memberitahu masalah ini dan bahkan dia ingin berpura-pura tidak tau saja untuk pembahasan tadi.Yordan lebih memilih berpura-pura dari pada harus membahas ini dengan istrinya, karena menurutnya itu sangat menyakitkan."Yakin mau naik motor? Nanti kepanasan loh," celetuk Yordan pada sang istri.Saat ini kedua pengantin baru sudah berada diluar pintu rumah keluarga Bastian. Mereka juga sudah membawa tas masing-masing."Yakin, aku suka panas-panasan kok," ujar Clara sambil tersenyum manis.Yordan membalas senyuman manis pada istrinya, dia benar-benar suka dengan istrinya yang selalu tampil apa adanya. Oleh sebab itu, Yordan menikahi Clara.Karena menurut Yordan, Clara adalah tipe gadis yang apa adanya dan bisa diajak suka maupun duka. Namun, Yordan tidak ingin membuat istrinya menderita."Tapi, motorku masih dirumah," ucap Yordan yang baru menyadari saat kemarin dirinya tidak membawa motor hanya membawa perlengkapan pakaian dan beberapa barang yang di butuhkan."Pakai motorku aja!" Clara kembali menarik tangan suaminya dengan semangat.Clara mengajak suaminya menuju garasi yang berada disamping rumahnya, saat mereka berdua masuk kedalam garasi itu.Kedua matanya Yordan melotot tak percaya, garasinya mirip sekali dengan showroom motor. Didalam garasi ini banyak pilihan motor, dan Clara mulai melepaskan genggaman tangannya."Pilih, mau pakai motor yang mana?" tanya Clara sambil menatap kearah sang suami."Aku bingung pilih yang mana," jawab Yordan dengan jujur.Clara tersenyum dan paham dengan perubahan sikap suaminya. "Pakai motor sport aja biar aku duduknya nungging biar kayak cewek-cewek diluaran sana hahaha." Clara tertawa saat mengingat kejadian lucu diluaran sana.Sebenarnya Yordan tidak tau kenapa istrinya mengatakan itu, tapi dia paham dengan arah pembicaraan istrinya."Jangan pakai itu, kita pakai motor beat aja biar bensinnya irit," kata Yordan."Oke, terserah suamiku aja." Clara hanya manggut-manggut dan menuruti apa yang di katakan oleh suaminya.Clara mengambil kunci motor yang akan di gunakan oleh suaminya dan dirinya pergi.Yordan dan Clara sudah memakai helm masing-masing dan mereka sudah duduk diatas jok motor. Kini Yordan mulai mengendarai motor itu dengan pelan-pelan.Tanpa mereka sadari ada sepasang suami-istri yang sedari tadi memantau gerak-gerik pasangan pengantin baru itu, siapa lagi kalau bukan orang tuanya Clara."Dasar pria miskin, sudah menikah dengan Clara masih aja sikap miskinnya di tunjukkan," ucap Sonya yang kesal dengan menantunya itu.Setelah Yordan dan Clara menempuh jarak yang tidak terlalu jauh dari rumahnya menuju kampus, kini pengantin baru itu baru saja sampai tepat didepan gerbang kampusnya Clara.Yordan memberhentikan motornya didepan gerbang kampus sang istri. Namun, istrinya tidak turun dari jok motor itu membuat Yordan sedikit bingung.Yordan lekas membuka kaca helm yang saat ini masih dia gunakan di kepalanya, lalu Yordan menoleh kebelakang dan berkata. "Ra, kamu tidak mau masuk ke kampus?" tanya Yordan yang masih menatap kearah sang istri."Mau," jawab Clara. "Lalu, kamu menyuruh aku jalan dari gerbang ke kampus?" Clara mengerutkan keningnya saat mengatakan itu pada sang suami.Karena saat ini jarak dari gerbang ke dalam kampusnya lumayan jauh kalau jalan, dan karena Clara tipe gadis yang sangat manja sudah pasti itu membuat Clara malas berjalan kaki."Siap tuan putri, aku antar kamu sampai kedalam kampus tapi kamu gak malu diantar pake motor?" tanya Yordan.Sebenarnya Yordan memberhentikan motornya di
Yordan melajukan motor beat milik sang istri membelah jalanan kota yang sudah mulai ramai dengan aktivitasnya. Saat ini tujuannya adalah Ferdinan Company, yaitu tempatnya bekerja.Pikiran Yordan berkelana pada ucapan kedua orang tua Clara tadi pagi yang mengatakan jika mereka tidak ingin Clara mengandung anaknya benar-benar membuat Yordan merasa sakit hati. Sepertinya meskipun telah berstatus sebagai seorang suami, tetapi Yordan tidak mendapatkan hak terhadap sang istri. Yordan akan berusaha memaklumi hal itu karena pernikahannya dengan Clara yang terjadi secara dadakan dan Yordan bukanlah sosok pria yang seharusnya bersanding dengan Clara, sang putri bungsu keluarga Bastian. Yordan sadar betul akan posisinya.Jika saja kedua pasangan mereka tidak saling mencintai dan meninggalkan mereka sendirian di hari pernikahan mereka, maka pernikahan Yordan dengan Clara tidak mungkin akan terjadi. sekarang Yordan bertanya-tanya apakah Yolla, mantan calon istrinya itu bahagia menikahi putra bungs
Jam masih menunjukkan pukul sepuluh pagi. Tarra menaiki mobilnya dan melajukan mobil itu keluar dari area kampus menuju Ferdinan Company.Beberapa notifikasi dari teman-temannya yang menanyakan kenapa dirinya tidak masuk ke kelas dan meninggalkan kampus begitu saja, hanya diabaikan oleh Terra. Padahal hari ini akan diadakan ujian harian untuk beberapa mata kuliah, tetapi Tarra malah menghilang.Tarra tahu jika dia tidak mengikuti ujian harian hari ini maka itu akan berpengaruh pada nilainya, apalagi kampusnya terbilang sangat ketat dalam memberikan nilai pada mahasiwa. Namun, lupakan saja. Tarra sudah terlampau malas untuk masuk ke kelas hari ini.Sepanjang perjalanan pikirannya tidak tenang memikirkan apa yang terjadi dengan istrinya, Yolla, mengingat Yolla masuk kerja hari ini dan bisa saja hal buruk terjadi padanya.Kemacetan panjang terjadi di sepanjang jalan menuju perusahaan Ferdinan Company, berkali-kali Tarra memaki untuk melampiaskan rasa kesalnya pada kemacetan jalan yang me
Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, sudah waktunya bagi Clara untuk pulang. Dia juga sudah menghubungi Yordan dan pria itu mengatakan dia sudah dalam perjalanan menuju kampus Clara.Lima belas menit Clara menunggu hingga akhirnya senyum merekah Clara terbit ketika melihat motor beat yang dikendarai oleh sang suami bergerak ke arahnya.Yordan melepas helm yang melindungi kepalanya, dan menampilkan senyum manisnya pada Clara."Udah selesai?" tanya Yordan basa basi."Iyalah, kalau belum gak mungkin aku suruh jemput," jawab Clara membuat Jordan tertawa kecil. Memang sifat kekanak-kanakan Clara kadang membuat Yordan gemas sendiri."Yaudah ayo," ajak Yordan.Dia memakaikan helm pada Clara membuat gadis itu tersipu.Setelah selesai memakaikan helm pada Clara, Yordan menyuruh sang istri untuk segera naik di motor dan setelah itu motor beat itu bergerak melaju meninggalkan kampus Clara.Jalanan mulai lengang, udara sore mulai terasa dingin, langit juga mulai menunjukkan semburat jingga yang
Clara dan Yordan baru saja memasuki rumah dan langsung disambut oleh Sonya dan Soni di ruang tamu dengan wajah yang tidak bersahabat."Kamu itu dari mana aja? Sudah jam segini baru pulang!" Bentak Sonya ketika mendapati putrinya baru saja pulang saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam."Ini pasti karena laki-laki itu! Dia benar-benar pengaruh buruk buat kamu!" Soni menambahkan.Senyuman yang sejak tadi hadir di bibir Clara kini tergantikan oleh raut wajah kesal. "I ... ibu, ini bukan salah Clara. Tadi—""Diam kamu! Dan jangan pernah memanggil saya dengan sebutan ibu, karena saya tidak pernah menerima kamu sebagai menantu saya!" bentak Sonya memotong perkataan Yordan."Cukup! Aku capek sama kalian," ucap Clara dengan airmata yang mulai menetes.Clara langsung berjalan menuju kamarnya diikuti oleh Yordan. Sedangkan Sonya dan Soni hanya terdiam ditempat mereka."Clara!" Panggil Yordan berusaha menyusul Clara, tetapi gadis itu tidak berhenti.Clara memasuki kamarnya, dia berjalan
Jam menunjukkan setengah enam pagi dan Yolla sudah sibuk di dapur. Dia mengolah nasi sisa semalam untuk dijadikan sebagai menu sarapan hari ini.Yolla hanya menyiapkan sarapan seadanya untuk sang suami dan adiknya, karena stok bumbu dapur yang sudah habis dan Yolla belum pergi berbelanja. Pikirannya terlalu sibuk memikirkan kemana dirinya akan mencari pekerjaan untuk menggantikan pekerjaannya di Ferdinan Company.Setelah memutuskan untuk meninggalkan rumah keluarga Ferdinan, kini Tarra dan Yolla tinggal di rumah sederhana milik Yolla. Rumah yang sangat jauh berbeda dari rumah mewah milik keluarga Ferdinan. Kadang, Yolla merasa kasihan pada sang suami yang setiap malam kesulitan tidur karena kepanasan dan harus mengantri untuk pergi ke kamar mandi. Namun, itu adalah pilihan Tarra, dan Yolla tahu jika Tarra sudah memutuskan maka keputusan itu tidak dapat diganggu-gugat.Setelah selesai menyiapkan sarapan, Yolla segera menata makanan di meja makan. Sarapan hari ini hanya nasi goreng sede
Jam menunjukkan pukul delapan pagi ketika Juno tiba di kampusnya.Baru saja dia turun dari motornya, tiba-tiba saja sebuah motor beat berhenti di samping motor milik Juno. Terlihat dua sosok yang sangat dia kenal berada di motor itu. Siapa lagi kalau bukan Clara dan Yordan, teman dan mantan calon kakak iparnya. Juno sedikit terkejut ketika Clara datang ke kampus dengan menggunakan motor karena biasanya Clara selalu diantar oleh Pak Ari menggunakan mobil mewah."Pa ... pagi, Juno," sapa Clara dengan sedikit canggung ketika dia turun dari motor."Pagi juga, Ra. Mas Yordan," sapa balik Juno yang hanya dibalas senyuman oleh mantan calon kakak iparnya itu dan sang sahabat."Yaudah, aku pergi dulu. Telpon kalau sudah pulang, nanti aku jemput," ucap Yordan pada Clara sambil melepaskan helm yang dipakai Clara."Iya, kak. Mungkin pulangnya agak sore soalnya hari ini ada kegiatan di organisasi," papar Clara. Nyatanya memanggil Yordan dengan sebutan 'sayang' masih terlalu malu dilakukan oleh Cla
Setelah menempuh perjalanan sekitar lima belas menit, akhirnya Tarra sampai di cafe yang Yolla singgahi. Tarra mengedarkan pandangannya berusaha mencari sosok sang istri setelah dia telah memasuki cafe itu. Mata Tarra berhenti pada tempat duduk di dekat jendela sebelah kiri tempat perempuan yang begitu familiar baginya sedang duduk sendirian menikmati segelas es jeruk.Tarra segera menghampiri Yolla, dia menepuk pelan bahu Yolla ketika telah berada di belakang wanita itu hingga Yolla sedikit terkejut, tetapi senyuman merekah langsung ditunjukkan oleh Yolla ketika dia melihat Tarra telah berdiri di belakangnya."Apa sih yang kamu pikirin sampe gak sadar aku sudah datang?" tanya Tarra dan mengambil tempat duduk di depan Yolla, diatas meja telah ada satu lagi segelas es jeruk yang sepertinya telah Yolla pesankan untuk Tarra."Aku mikirin kamu," jawab Yolla membuat Tarra tertawa geli.Tarra menyeruput es jeruk yang berada di meja hingga hanya tersisa setengah."Jadi gimana pekerjaan baru
Clara menampakkan wajah sedih dengan berkata. "Sepertinya suamiku tidak menginginkan anak dari ku," ucap Clara dengan suara yang begitu sedih."Bukan gitu, sayang." Kini Yordan merasa bersalah dengan dirinya yang mengalihkan pembicaraan Clara, tapi Yordan jadi bingung harus mengatakan apa pada Yordan, karena saat ini Yordan benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa pada Clara.Seketika suasana kamar mendai hening dan tidak ada pembicaraan apapun, tapi terlihat jelas dari tatapannya Clara yang menantikan respon dari Yordan untuk membahas anak."Aku beneran pengen hamil, aku pengen punya anak kayak pasangan suami istri pada umumnya," kekeh Clara setelah beberapa saat ruang kamarnya terlihat hening dan begitu sepi.Yordan menghela napasnya dengan panjang dan menghembuskan dengan perlahan, Yordan sudah tidak bisa mengalihkan pembicaraan Clara, karena Yordan tipe pria yang selalu merasa tidak enakan jika pembahasan ini tidak ada endingnya."Sayang, kamu benar-benar ingin mengandung anak
Clara menampakkan wajah sedih dengan berkata. "Sepertinya suamiku tidak menginginkan anak dari ku," ucap Clara dengan suara yang begitu sedih."Bukan gitu, sayang." Kini Yordan merasa bersalah dengan dirinya yang mengalihkan pembicaraan Clara, tapi Yordan jadi bingung harus mengatakan apa pada Yordan, karena saat ini Yordan benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa pada Clara.Seketika suasana kamar mendai hening dan tidak ada pembicaraan apapun, tapi terlihat jelas dari tatapannya Clara yang menantikan respon dari Yordan untuk membahas anak."Aku beneran pengen hamil, aku pengen punya anak kayak pasangan suami istri pada umumnya," kekeh Clara setelah beberapa saat ruang kamarnya terlihat hening dan begitu sepi.Yordan menghela napasnya dengan panjang dan menghembuskan dengan perlahan, Yordan sudah tidak bisa mengalihkan pembicaraan Clara, karena Yordan tipe pria yang selalu merasa tidak enakan jika pembahasan ini tidak ada endingnya."Sayang, kamu benar-benar ingin mengandung anak
Pukul 10 malam, Clara dan Yordan baru saja sampai di rumah mewah milik Soni dan Sonya, mereka berdua sangat bahagia setelah menghabiskan momen anniversary di sebuah restoran mewah, bahkan pasangan suami istri yang tengah bahagia lupa jika mereka sudah berada di rumah."Ngapain pegang-pegang gitu?" Suaranya Sonya begitu lantang saat keluar dari lorong rumahnya menuju pintu utama untuk menghampiri anak dan menantunya, menantu yang tidak di inginkan olehnya.Melihat kehadiran Sonya dan Soni membuat Clara dengan Yordan langsung melepaskan genggaman tangan itu, genggaman yang benar-benar erat. Namun, harus terlepaskan secara paksa."I ... Ibu, kenapa belum tidur?" Suaranya Clara terdengar gugup saat melihat orang tuanya sudah berada di depannya."Sengaja, karena kalian belum pulang ke rumah," ucap Soni dan Sonya secara bersamaan."Maafkan kami pulang terlambat," ungkap Yordan yang merasa bersalah karena sudah membawa Clara pergi ke luar rumah dan kembali ke rumah hampir larut malam.Sebena
Clara menampakkan wajah sedih dengan berkata. "Sepertinya suamiku tidak menginginkan anak dari ku," ucap Clara dengan suara yang begitu sedih."Bukan gitu, sayang." Kini Yordan merasa bersalah dengan dirinya yang mengalihkan pembicaraan Clara, tapi Yordan jadi bingung harus mengatakan apa pada Yordan, karena saat ini Yordan benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa pada Clara.Seketika suasana kamar mendai hening dan tidak ada pembicaraan apapun, tapi terlihat jelas dari tatapannya Clara yang menantikan respon dari Yordan untuk membahas anak."Aku beneran pengen hamil, aku pengen punya anak kayak pasangan suami istri pada umumnya," kekeh Clara setelah beberapa saat ruang kamarnya terlihat hening dan begitu sepi.Yordan menghela napasnya dengan panjang dan menghembuskan dengan perlahan, Yordan sudah tidak bisa mengalihkan pembicaraan Clara, karena Yordan tipe pria yang selalu merasa tidak enakan jika pembahasan ini tidak ada endingnya."Sayang, kamu benar-benar ingin mengandung anak
Clara menampakkan wajah sedih dengan berkata. "Sepertinya suamiku tidak menginginkan anak dari ku," ucap Clara dengan suara yang begitu sedih."Bukan gitu, sayang." Kini Yordan merasa bersalah dengan dirinya yang mengalihkan pembicaraan Clara, tapi Yordan jadi bingung harus mengatakan apa pada Yordan, karena saat ini Yordan benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa pada Clara.Seketika suasana kamar mendai hening dan tidak ada pembicaraan apapun, tapi terlihat jelas dari tatapannya Clara yang menantikan respon dari Yordan untuk membahas anak."Aku beneran pengen hamil, aku pengen punya anak kayak pasangan suami istri pada umumnya," kekeh Clara setelah beberapa saat ruang kamarnya terlihat hening dan begitu sepi.Yordan menghela napasnya dengan panjang dan menghembuskan dengan perlahan, Yordan sudah tidak bisa mengalihkan pembicaraan Clara, karena Yordan tipe pria yang selalu merasa tidak enakan jika pembahasan ini tidak ada endingnya."Sayang, kamu benar-benar ingin mengandung anak
Pukul 10 malam, Clara dan Yordan baru saja sampai di rumah mewah milik Soni dan Sonya, mereka berdua sangat bahagia setelah menghabiskan momen anniversary di sebuah restoran mewah, bahkan pasangan suami istri yang tengah bahagia lupa jika mereka sudah berada di rumah."Ngapain pegang-pegang gitu?" Suaranya Sonya begitu lantang saat keluar dari lorong rumahnya menuju pintu utama untuk menghampiri anak dan menantunya, menantu yang tidak di inginkan olehnya.Melihat kehadiran Sonya dan Soni membuat Clara dengan Yordan langsung melepaskan genggaman tangan itu, genggaman yang benar-benar erat. Namun, harus terlepaskan secara paksa."I ... Ibu, kenapa belum tidur?" Suaranya Clara terdengar gugup saat melihat orang tuanya sudah berada di depannya."Sengaja, karena kalian belum pulang ke rumah," ucap Soni dan Sonya secara bersamaan."Maafkan kami pulang terlambat," ungkap Yordan yang merasa bersalah karena sudah membawa Clara pergi ke luar rumah dan kembali ke rumah hampir larut malam.Sebena
Hari berganti begitu cepat, tidak terasa pernikahannya Yordan dengan Clara sudah 1 tahun lamanya. Saat ini Yordan membawa Clara ke sebuah restoran mewah untuk merayakan pernikahan mereka, dan Yordan membawa Clara ke restoran dengan kejutan dan tidak bilang pada Clara. Yordan menuntun Clara yang saat ini matanya sedang di tutup oleh kain hitam, dan Clara sangat menurut dengan Yordan."Selamat hari pernikahan yang ke satu tahun, Clara." Yordan mengatakan itu di saat tangannya membuka kain hitam pada mata yang menutupi Clara.Clara terkejut bukan main saat melihat ke arah sekitarnya bahwa Yordan membawa dirinya ke sebuah restoran, restoran yang begitu mewah dan sangat privasi. Clara meneteskan air matanya saat menerima kejutan dari suaminya, Yordan. Clara tidak menyangka jika Yordan yang selama ini terlihat dingin dan sibuk bekerja, tapi diam-diam Yordan sudah merencanakan semua ini."Terima kasih, suamiku." Clara langsung memeluk erat tubuhnya Yordan. "Selamat hari pernikahan yang ke sa
Setelah beberapa saat, Yordan memesankan makanan ringan untuk Clara, dan pastinya Yordan memesan makanan ringan atas persetujuan dan keinginan Clara, karena jika tidak, Yordan akan sia-sia membeli makanan ringan, apa lagi jika tidak di makan oleh Clara."Aku mau ke kamar mandi dulu," ucap Yordan saat dirinya bangun dari duduknya dan segera pergi ke kamar mandi setelah memberitahu Clara.Clara tersenyum malu saat mendengar perkataan Yordan yang seperti meminta izin pada dirinya."Ih, kenapa juga ke kamar mandi harus minta izin," gumam Clara dengan sedikit tertawa.Clara kembali memainkan ponsel dengan membuka salah satu sosial media miliknya, lalu Clara melihat sesuatu yang membuatnya kesal."Dasar selalu umbar kemesraan," gerutu Clara saat melihat salah satu postingan seseorang.Siapa yang di maksud oleh Clara? Hem, siapa lagi kalau bukan Tarra dan Yolla."Giliran sama dia di posting, waktu sama aku enggak." Clara kembali menggerutu saat dirinya tahu jika mantan kekasih sekaligus mant
Pukul 7 malam, Clara dan Yordan baru saja menyelesaikan makan malam bersama, mereka berdua menikmati makan malam dengan tenang dan begitu romantis, dan terlihat jelas dari pancaran wajahnya Clara yang begitu bahagia bisa menikmati hari-hari dengan suaminya tanpa ke dua orang tuanya yang menentang keras rumah tangga mereka."Kamu enggak apa-apa?" tanya Yordan pada Clara di saat tatapannya Clara terlihat kosong saat melihat ke arahnya."E ... Eh, enggak apa-apa kok," jawab Clara yang sedikit gugup karena tangannya di sentuh oleh Yordan."Kamu banyak ngelamun setelah kita pulang dari taman," ucap Yordan yang merasa aneh dengan Clara karena banyak melamun setelah mereka pulang dari taman."Gak kok." Clara geleng-geleng kepalanya dengan cepat seolah-olah tidak mengiyakan apa yang di katakan oleh Yordan.Yordan hanya berdehem tanpa mengatakan apapun lagi pada Clara, tapi Yordan terus menatap wajahnya Clara dengan otak yang berpikir keras.'Apa Clara masih terkejut sama kehadiran Tarra dan Y