Claire mengangguk. Bersama Stella ia memang merasakan aura negatif. Berbeda jika ia berada di dekat Rainer.Nyaman dan aman. Entah benar atau membual yang dikatakan Stella, Claire tak perduli. Apalagi, statusnya sekarang memang istri Rainer.Mereka bergandengan tangan melewati para pegawai, termasuk Stella. Seperti biasa Claire diperlakukan penuh perhatian dan romantis saat akan naik ke mobil."Kenapa kita tidak naik motor lagi?" tanya Claire saat Rainer membantunya memasang tali pengaman."Cup." Rainer mencium pipi istrinya."Menurut prakiraan cuaca, siang ini akan turun hujan, My Lady. Jadi, lebih aman kita naik mobil," jelas Rainer."Oh. Oke."Claire menikmati pemandangan di jalanan. Tiba-tiba telapak tangannya diraih Rainer. Lelaki itu menciuminya lalu meletakkan tangan Claire di pahanya."Tanah ini akan dibiarkan kosong selama musim dingin." Rainer berkata seraya mengelus tangan di pahanya."Sayang sekali. Selama musim dingin lahan terbuka begini sulit ditanami, ya?""Iya.""Ken
Akh. Di mana-mana ada Stella.Senyum Claire langsung memudar. Rainer menyadari ketegangan sang istri. Tangannya langsung mengusap lembut punggung Claire.“Stella di sini, Bibi?” Rainer bertanya pada Bibi-nya.Agnes menggeleng. “Oh, tidak. Tetapi ia akan datang berkala untuk mengantar sayuran. Terkadang kalau kemalaman, ia menginap. Itu sebabnya Stella memiliki stok pakaian di sini.”Setelah mendengar penjelasan Agnes, Claire menghela napas lega. Ia merasa lebih baik menghindari Stella.“Begitu. Aku pikir salah satu pekerja yang mengantar sayuran ke sini.” Rainer bertanya penasaran.“Awalnya begitu. Tetapi, sejak kamu ke luar negeri, ia mengantar sendiri. Untuk mengurangi kebosanan katanya.” Agnes tersenyum sedikit sambil melirik Claire.“Aku tidak tau.” Rainer membalas sambil menggandeng tangan istrinya masuk ke restoran.“Anak itu rajin sekali. Setelah mengantar, ia juga yang akan mengurus pembayaran. Semua dilakukan sendiri.”Pujian Agnes untuk Stella justru membuat Rainer curiga. T
Rainer tersentak kaget. Ia langsung menepikan kendaraannya. Kemudian duduk menyamping menghadap Claire.“Kapan ia berkata begitu, My Lady?”“Tadi pagi. Kami bertemu di toilet. Aku bertanya kenapa ia terlihat sangat tidak menyukaiku.”“Lalu?”“Stella bilang karena kamu adalah calon suaminya. Semua orang terkejut ketika kamu kembali dengan membawa seorang istri.”“Kamu tau, Stella terlampau dekat dengan keluargaku sehingga membuat ia dan orang-orang berpikiran begitu. Sesungguhnya, aku tidak pernah melamarnya untuk menjadi istriku,” jelas Rainer panjang lebar.“Ya. Stella memang selalu ada di mana-mana di dekat keluargamu,” gumam Claire.Wanita itu lalu mengungkapkan bahwa ia merasa seperti wanita yang merebut kekasih wanita lain. Rainer dengan cepat menggeleng dan menghibur sang istri. Berkali-kali mengatakan bahwa tidak ada perasaan apa-apa untuk Stella.“Tetapi, Stella bilang bahwa kamu juga mengatakan bahwa kamu mencintainya.” Claire kini menatap tajam mata sang suami.Gelengan kepa
Claire adalah wanita cerdas. Potongan-potongan memori berhasil ia rangkum sendiri. Ia juga mendesak otaknya untuk bekerja sama memulihkan ingatan.Ya. Kini, Claire paham apa yang sedang terjadi. Apa yang ia lakukan di daerah Conrad. Bagaimana ia bisa mengalami kecelakaan dan penyebabnya.Satu yang ia sesali. Dari semua keadaan, Rainer memilih bungkam tentang kenyataan pernikahan mereka. Apa pun alasannya, Claire tidak terima.“My Lady, dengarkan …. ““Stop,” potong Claire. “Jangan panggil aku dengan nama itu. Aku tidak suka!”“Aku sudah memanggilmu seperti itu sehari sebelum kita menikah.” Rainer menolak santun.“Masa bodoh!”Perasaan Claire terluka. Ia kini tak tau harus percaya pada siapa. Yang ia inginkan adalah kembali ke tempat tinggalnya sendiri.Wanita itu beranjak ke lemari pakaian. Mengangkat dan membuka kopernya. Lalu, dengan cepat menjejalkan semua pakaian miliknya ke dalam koper.Saat sedang bergegas, sepasang lengan kokoh memeluknya dari belakang. Claire memberontak. Namu
Malam itu adalah kali pertama, Rainer tidur di sofa. Perdebatan dengan Claire selesai dengan keputusan yang tetap dianggap tidak sesuai dengan keinginan. Claire melempar bantal dan meminta Rainer tidak tidur seranjang dengannya.Sebenarnya, Claire tidak tega. Sofa itu ternyata kecil untuk menampung tubuh besar Rainer. Lagipula, bukankah ini rumah tinggal pribadi milik Rainer dan ia berbuat semena-mena pada sang pemilik.Claire mengembuskan napas kasar. Kenapa Rainer tidak pindah saja tidur di kamar lain? Claire bertanya-tanya di dalam hati.Pagi harinya, Rainer bangun lebih dulu. Ia langsung menuju kamar mandi. Lelaki itu berdiri di bawah pancuran air dingin.Rainer keluar dengan telah menggunakan pakaian. Saat itu, Claire sudah bangun. Ia tampak sibuk dengan telepon genggamnya.Melihat Rainer telah selesai menggunakan kamar mandi, Claire masuk ke kamar mandi. Setengah jam kemudian, wanita keluar.Pakaian yang dikenakan Claire membuat Rainer terpana. Blus halus polos lengan pendek den
“Tolong kau usut ini. Tindak yang tegas jika memang benar terjadi kecurangan. Siapa pun dia!” Rainer berkata tegas pada Dion.Lelaki itu baru saja sampai kantor. Ia langsung menuju ruang kerja pengacara perusahaan. Dion, sahabatnya mengerutkan kening menerima data dari sang atasan.Tak lama kemudian, Dion terlihat serius. Matanya menatap teliti satu demi satu bukti yang diberikan Rainer. Kepalanya menggeleng keras.“Ini bukan saja kecurangan, King. Orang yang terlibat bisa diadili dengan berlapis-lapis kejahatan.”“Kalau begitu, lakukan prosesnya diam-diam.”“Diam-diam? Kenapa?”“Jangan sampai dia tau bahwa kita sudah curiga.”Dion menatap sang sahabat. Ia baru saja sampai pada lembar terakhir. Matanya terbelalak melihat data tersebut.“Stella?” ucapnya kaget.“Ssstttt ...!” Rainer mendelik dengan meletakkan telunjuknya di bibir.Pengacara perusahaan itu menutup mulutnya. Ia kemudian mengutak-atik laptop lalu menatap layar. Lelaki itu bernapas lega.“Aman. CCTV di depan ruang ini koso
Rainer termenung. Sesekali mengembuskan napas berat. Ia tak sadar seseoang sudah duduk di sampingnya.“Aku berharap kamu tidak lama di luar negeri.”Suara wanita menyadarkan Rainer dari lamunannya. Lelaki itu menoleh dan menahan napas beberapa detik saat tau Stella sudah berada di sisinya.“Tidak tau.” Rainer menjawab singkat.“Sebenarnya aku ingin ikut, tetapi Papa minta aku menjaga perusahaan di sini.”Lelaki itu mendengus kesal dalam hati. Menjaga yang dimaksud Stella mungkin berbuat lebih banyak kelicikan. Sayang, saat ini ia harus berpura-pura tidak ada masalah yang ia temukan pada perusahaannya.“Papa benar.” Rainer membalas pelan.“Aku rela melakukannya bertahun-tahun demi kamu, King.”“Dan aku memintanya secara profesional. Kamu dibayar cukup besar untuk jabatan yang kamu dapatkan di perusahaan Conrad di sini.”Terdengar hembusan napas panjang dari hidung Stella. Ia mulai meracau, mengatakan selalu merindukan Rainer. Hadirnya ia di rumah ini merupakan caranya untuk melampiaska
Maya memeluk Claire. Mengusap lembut punggungnya. Lalu, mencium dahi sang menantu.“Tidurlah, Claire. Besok, kalian berangkat dini hari.” Maya Menggandeng lengan Claire, membawanya keluar dari ruang keluarga.Di dalam kamar, Claire sendirian. Rainer belum selesai berbincang dengan Adam. Atau entah ke mana suaminya tersebut.Koper-koper di depan pintu sudah siap diangkut. Rainer yang membereskan semuanya. Claire menggeleng samar mengingat bagaimana lelaki itu selalu membantunya.Saat Claire sudah berbaring di ranjang, ia mendengar pintu kamar dibuka perlahan. Seseorang, pasti Rainer, terdengar mendorong koper-koper keluar. Setelah itu ia mendengar suara Rainer memerintahkan sesuatu.Setelah itu, pintu kembali tertutup. Claire merasakan ranjang bergerak sedikit saat Rianer naik ke atasnya. Lelaki itu terdengar mengembuskan napas panjang.Dini hari, saat alarm berbunyi, Claire bangun. Perlahan ia menoleh ke samping tempat tidur dan tidak menemukan Rainer di sana. Wanita cantik itu segera