Beranda / Pernikahan / Suami Preman Ternyata Sultan / 116. Perayaan Menyakitkan

Share

116. Perayaan Menyakitkan

Penulis: Emma Shu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Qasam lulus. Dia berhasil menduduki jabatan penting diperusahaan baru. Jadi dia memegang dua perusahaan besar sekarang,” jelas Habiba.

Tatapan Qizha tertuju pada Sina yang berdiri di dekat Fara. Bersisian. Mereka turut menikmati pesta, menyantap makanan.

Perasaan Qizha benar- benar tak nyaman melihat keberadaan Sina. Wanita itu bisa saja membawa masalah di rumah itu.

“Ayo, ikut gabung!” ajak Habiba.

“Enggak, Ma. Aku mau ke kamar aja,” tolak Habiba sopan. “aku capek banget.”

“Tapi ini acara perayaan untuk suamimu, loh. Masak kamu nggak mau ikutan?”

“Ma, aku segan sama semua orang.” Qizha sungkan.

“Sampai kapan kamu merasa segan? Kamu harus melawan rasa itu, harus beradaptasi. Jangan malah minder terus.”

“Mama tahu kan kalau nggak semua orang bisa menerima aku di sini?”

“Lalu? Kamu akan mengalah sama mereka?”

Pertanyaan menampar.

“”Jangan mau kalah sama mereka. Tunjukkan kalau kamu itu kuat. Lawanlah mereka yang melemahkanmu dengan segala cara.” Habiba menyemangati.

Mas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
kasian banget qizha.udah menjadi istri g'dianggap dan diabaikan.ditambah menjadi menantu yang tidak diinginkan dalam keluarga qasam
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
Husein benar-benar keterlaluan.kamu akan menyesalinya nanti saat mengetahui apa yang telah dilakukan oleh qizha demi membela qasam
goodnovel comment avatar
Elok Fatimah
om husain ja ga tahu kalau qasam tadi pagi akan dpt masalh besar. kalau tahu, om husein mau pa ke qasam? qizha kasian selalu jelek di mata husein
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Preman Ternyata Sultan   117. Ketahuan

    Qizha masuk kamar. Menyendiri. Duduk di sisi kasur. Tatapannya hampa. Keputusannya yang mengakui kesalahan Qasam membuat bumerang di hidupnya sendiri. Husein bertambah benci kepadanya. Qizha mengambil bed cover dari lemari dan melakukan aksi seperti biasanya, menggelar bed cover ke lantai. Lalu tidur di atasnya. Tak lupa menyelimuti tubuh. Kalau saja tubuhnya tak diselimuti, bisa- bisa ia membeku kedinginan di lantai. Tok tok...Fara mengetuk pintu, tak ada sahutan. Fara mengulang ketukan pintu, tetap tak ada jawaban. Fara yakin kalau Qizha baru saja masuk kamar, tentu saja majikannya itu ada di dalam kamar. Mungkin sedang di kamar mandi sehingga tak mendengar ketukan pintu. Fara memutar kenop pintu. Ia berani masuk karena ia tahu Qasam masih berada di ruang keluarga mengadakan pesta bersama keluarga yang lain, Qasam belum masuk kamar. Kalau saja Qasam sudah ada di kamar, mana mungkin Fara berani masuk kamar. Takutnya mengganggu adegan ninaninu yang mungkin saja dilakukan pasangan

  • Suami Preman Ternyata Sultan   118. Istri Dilamar

    "Bahwa apa pun yang dilihat di kamar ini, adalah privasiku, jangan sampai menyebar kemana pun. Aku tidak suka itu!" tegas Qasam. "Oh, siap Tuan!" Fara kemudian beranjak pergi dan menutup pintu.Qizha kembali membanting tubuh dan tidur. "Hei, siapa suruh kau tidur?" tegas Qasam membuat Qizha kembali duduk."Apakah ada yang bisa kubantu?""Dari mana kau sampai pulang larut malam?""Ada kerjaan di kantor. Tadi ada masalah. Pak Khazim...""Itu bukan urusanmu. Kenapa kau ikut campur terlalu jauh? Fahri jauh lebih berhak mengurus masalah itu! Bukan kau. Jangan beralasan sampai kau harus pulang larut malam. Memalukan. Kau jadi terlihat seperti jalang!"Astaghfirullah.. sebenarnya pulang larut malam atau pun tidak, Qasam akan tetap memiliki alasan untuk marah kepada Qizha. Semua yang dilakukan Qizha selalu salah di mata Qasam. Jadi tak perlu menjelaskan banyak hal pada Qasam, toh semua tetap akan salah."Kau dilarang ada di kamar ini! Aku semakin muak padamu. Pergilah sana!" Qasam menarik l

  • Suami Preman Ternyata Sultan   119. Ditinggal Pergi

    Qasam masih menunggu di kamar ketika Qizha keluar dari kamar mandi. Pria itu mengawasi dengan sorot mata tajam setiap gerakan tubuh Qizha yang tengah memasang pakaian. “Sudah selesai!” ucap Qizha sambil berdiri di depan Qasam.“Turun sekarang!” Qasam melangkah turun diikuti oleh Qizha.Habiba tersenyum menatap Qizha dan Qasam beriringan mendekat kepadanya.“Qizha, mama punya sesuatu untukmu. Lihat ini!” Habiba menunjukkan beberapa model pakaian di hp nya. “Nah, mama mau pesankan pakaian ini untukmu. Mmau?”“Iya, Ma. Mau.” Qizha tersenyum senang.Bahagianya punyamertua sebaik Habiba. Perhatian sekali.“Mama akan belikan lima pasang untukmu. Lengkap dengan sepatunya.” Habiba menawarkan lagi.Lagi- lagi Qizha tersenyum dan mengangguk. “Oke, cukup itu saja,” ucap Habiba.“Aku pergi ke kantor dulu, Ma,” pamit Qasam. “Qizha, ayo kita pergi!”“Siap!” Qizha mengikuti Qasam menuju ke luar. Mereka masuk ke mobil.Sepanjang jalan, keduanya diam membisu. Mobil melaju kencang tanpa

  • Suami Preman Ternyata Sultan   120. Kacau Balau

    Qasam masuk ke mobil. Ia melajukan mobil menuju ke perusahaan. Fahri menyambut kedatangan Qasam di lobi ketika Qasam masuk dengan langkah lebar. “Ada ibu Habiba di ruanganmu!” ucap Fahri mengiringi langkah Qasam. Sekilas saja Qasam menatap Fahri. Kemudian masuk lift. Langkah lebar membawa Qasam menuju ke ruangannya sesaat setelah pintu lift terbuka. Fahri mengikuti. “Mama?” Qasam mengangkat alis menatap mamanya sudah duduk di sofa. Wanita berpenampilan elegan itu duduk dengan kaki menyilang sambil menatap layar ponselnya. Santai sekali. Tas jinjing di atas meja. “Qizha mana?” Qasam mengusap wajah kasar. “Ayolah Mama. Kenapa selalu Qizha Qizha dan Qizha terus yang mama tanyakan? Di rumah tadi mama baru saja menanyakannya, sekarang masih juga menanyakan dia. Bukankah tadi mama sudah bertemu?” “Setahu mama dia bekerja di sini. Tapi tadi kata Fahri dia belum masuk. Bukankah tadi dia berangkat ke kantor bersamamu? Tentu kamu tahu dia dimana. panggil dia kemari. Mama m

  • Suami Preman Ternyata Sultan   121. Panik Setengah Mati

    Qasam mengemudikan mobil dnegan kelajuan tinggi. Wajahnya panik menatap ke depan. Jalanan terlalu ramai. Sulit sekali untuk menyalip kendaraan di depan. Padat merayap. "Ya ampun! Gila, apakah harus sepadat ini?" Qasam menatap jam di tangan. Jam segini memang sedang padat- padatnya kendaraan di jalan raya. "Ah ya ampun!" Qasam kesal sendiri jadinya. Sesekali ia memukul bundaran setiran sambil merutuk. "Ya Tuhan, maafkan aku terus saja menjadi kesal. Kenapa di saat begini selalu saja ada kendala. Selalu saja tidak ada yang berpihak kepadaku. Sebenarnya terbuat dari apa isi kepala Qizha, sudah diperlakukan dengan sangat buruk, masih saja diam- diam mengorbankan dirinya demi aku." Qasam bicara sendiri saking tak habis pikir dengan kelakuan Qizha. Andai saja Qizha dengan sengaja berbuat baik di hadapan Qasam, jelas itu adalah sikap untuk mencari perhatian. Tapi ini Qizha melakukannya tanpa sepengetahuan Qasam. Wanita itu tidak sedang cari perhatian, tidak juga sedang mencuri hati Qas

  • Suami Preman Ternyata Sultan   122. Disambar

    "Dimana kau?" tanya Qasam cepat.Bukannya menjawab, malah terdengar suara isakan tangis di seberang. Jantung Qasam berdentuman, rasanya panas membara, juga panik. "Dimana kau? Katakan! Jangan malah menangis!" tuntut Qasam. "Tt tolong aku!" Suara Qizha terbata. "Qizha, ayolah bicara! Iya aku akan menolongmu, tapi katakan dimana kau!" Qasam sambil menyalakan mesin mobil. "Jalan Ambarawa!"Sambungan telepon langsung terputus.Qasam langsung menjalankan mobil menuju ke alamat yang disebutkan. Saking terburu- buru, sampai- sampai ia beberapa kali hampir menabrak kendaraan lain. Untung saja Qasam lumayan gesit dan lihai dalam hal menyetir mobil. Apa yang terjadi dengan Qizha? Kenapa dia menangis? Apakah Khazim berbuat macam- macam pada Qizha? Qasam ngebut, selip sana selip sini. Mobil yang berlawanan arah sampai harus membunyikan klakson berkali- kali saat Qasam menyalip. Qasam kembali menelepon Qizha, namun ponsel wanita itu sudah tak aktif. "Heei... Kenapa malah mati? Oh tidak!"

  • Suami Preman Ternyata Sultan   123. Cinta

    Qasam menggapai tangan Qizha. Namun tak mungkin ia menarik tangan itu dengan paksa, tubuh Qizha terjepit di dalam. Akan Berbahaya jika ditarik paksa. Qasam menarik pintu, berusaha membukanya. Namun tak mehgasilkan apa pun. Pintu yang sudah penyok itu sulit dibuka. Qasam lalu menendang pintu supaya terbuka. Sia- sia. Pintu tetap saja tak bisa dibuka. Dengan panik, Qasam berlari menuju mobilnya mengambil dongkrak. Lalu ia segera mendobrak pintu dengan dongkrak. Mengerahkan semua tenaga untuk bisa mencungkil pintu. Krak! Suara pintu berderak. Sedikit terbuka. Tangisan Qizha terdengar sangat keras, ia kesakitan. Qasam makin panik mendengar jerit tangis Qizha. Gerakan tangannya yang tengah berusaha membuka pintu dengan dongkrak pun jadi tak karuan. Semakin merasa gusar dan panik, semakin tak becus arah yang dia tonjok dengan dongkrak. Krak! Lagi, pintu berderak. Kali ini pintu berhasil dibuka. Qasam melempar dongkrak ke sembarang arah. Ia berjongkok, menggapai tan

  • Suami Preman Ternyata Sultan   124. Bohong

    Qasam tertidur di mushola rumah sakit, di lantai sembilan belas. Ah ya ampun ia sampai tak sadar dengan apa yang terjadi saking mengantuk berat. Jam besuk untuk menjenguk Qizha hanya di waktu tertentu saja, itu pun satu jam saja. Dan di setiap waktu yang ditentukan, Qasam tak pernah lalai membesuk. Sebenarnya Qasam ingin membawa Qizha ke rumah sakit milik Husein. Di samling fasilitas lebih hebat, dokternya handal, juga tak perlu pikir panjang untuk meminta keistimewaan. Namun, ia tak mau ada satu pun keluarganya yang tahu kondisi Qizha. Terutama mama dan papanya. Kalau mamanya sampai tahu keadaan Qizha, bisa panjang urusannya. Bahkan, Qasam akan menjadi orang pertama yang selalu disalahkan. Kemudian tatapan mamanya akan terlihat seperti orang yang sedang menghakimi pembunuh itu tak sudi menatapnya lagi karema menganggapnya sebagai sosok yang jahat. Pekerjaan kantor sudah diserahkan kepada Fahri, ia tak perlu merasa cemas dengan urusan kantor. Justru yang ia cemaskan ad

Bab terbaru

  • Suami Preman Ternyata Sultan   230. Cinta Terindah

    Qizha bermain dengan Zein di ruang main yang sengaja di desain khusus untuk anak bermain. Di sana lengkap ada berbagai macam jenis mainan, muali dari mobil-mobilan, bola, tempat mandi bola, perosotan, bahkan permainan untuk lompat-lompatan pun ada.Qizha mengawasi dari jarak beberapa meter, duduk sambil minum jus. Di sisinya ada Arini yang selalu stand by, memberikan apa saja keperluan Qizha.Si kecil mandi bila bersana dengan baby sitter yang tak pernah lepas dari posisi Zein kemana pun pergi. Qizha menatap layar ponselnya yang menunjuk tanggal dua belas, artinya tiga hari lagi Qasam pulang. Lama sekali rasanya menghitung hari. Serindu itu ternyata Qizha pada Qasam? Qizha malu jika mengingat dirinya yang nyaris seperti orang kasmaran dan jatuh cinta. Benda pipih itu kemudian berdering, nama Qasam tertera di layar. Qasam menelepon? Qizha tersenyum senang. Ia langsung menjawab telepon dan mengucap salam.“Kenapa sudah meneleponku? Kangen?” tanya Qizha.“Ha haa… tidak. Aku sama seka

  • Suami Preman Ternyata Sultan   229. Romantis Selalu

    Sudah tiga minggu Qasam pergi ke Jepang sejak terakhir kali Qizha mengantarnya ke bandara, pria itu belum kembali. Kemarin mengaku hanya akan perhi selama dua minggu, tapi ternyata sudah tiga minggu berlalu, Qasam belum kembali.Qizha mengerjakan aktivitas seperti biasanya, menghabiskan waktu dengan bermain bersama Zein, putra semata wayangnya. Kini, Zein sudah tumbuh makin besar. Usianya satu tahun. Di usia sembilan bulan, Zein sudah bisa berjalan. Sekarang, bocah itu sudah bisa berlari meski belum kencang.Qizha merindukan Qasam. Pria itu memang ngangenin. Sebentar tak ketemu, rasa rindu sudah sampai ke ubun- ubun. Sikap Qasam yang setahun belakangan terlihat memuliakan wanita, membuat Qizha merasa kalau Qasam itu seperti candu. Bayangkan saja, setiap saat, Qizha selalu saja mendapat kelembutan dan perhatian khusus dari suaminya. Lalu beberapa minggu, ia harus berpisah. Tentu saja ia rindu. Qizha baru saja meletakkan tubuh Zein ke kasur tidur khusus balita, berdekatan dengan kas

  • Suami Preman Ternyata Sultan   228. Mesra

    Baby sitter terlihat terampil ketika memandikan Zein, bayi yang baru berusia dua minggu. Qizha mengawasi di samping baby sitter. Selama ini, Qizha sendiri yang memandikan bayinya. Baru kali ini ia mengijinkan baby sitter memandikan bayinya, itu pun diawasi olehnya.“Kamu keliahtan terbiasa memandikan bayi,” komentar Qizha.“Iya, Non. Soalnya saya khusus mengurus bayi merah kan dulu sewaktu dip anti asuhan. Dan setelah masuk yayasan, saya juga jadi baby sitter,” sahut wanita yang usianya sekitar empat puluh limaan tahun itu.“Pantesan cekatan. Sini, biar aku yang pakaikan bajunya. Baju dan peralatan untuk si kecil sudah disiapkan?” Qizha mengambil alih bayinya setelah diangkat dari bak mandi.“Sudah, Non.” Qizha melangkah keluar dan segera memasang baju bayi yang sudah disediakan. Termasuk minyak kayu putih dan bedak juga sudah disediakan. Di kamar bayi itu, aroma minyam telon menguar, harum. Arini mendampingi Qizha. Dia bertugas untuk melayani Qizha. Sedangkan baby sit

  • Suami Preman Ternyata Sultan   227. Keturunan

    Qasam membawa air hangat kuku dari pemanas air di sudut kamar sesuai permintaan Qizha dan menyerahkannya kepada istrinya itu. “Ayo minum!”Qasam membantu mendekatkan gelas ke bibir Qizha.“Aku bisa sendiri, Mas,” ucap Qizha dan mengambil alih gelas tersebut lalu meminumnya “Terima kasih, Mas.”Pandangan Qasam kemudian tertuju ke bayi kecil yang ada di samping Qizha. Pipinya tebem, kulitnya putih kemerahan. Hidungnya mancung. Menggemaskan dan lucu sekali. Ini adalah hari pertama Qizha dibawa pulang ke rumah setelah menjalani perawatan selama tiga hari di rumah sakit. Padahal sebenarnya di hari kedua Qizha sudah diijinkan pulang karena kondisinya sehat dan baik-baik saja, namun seperti biasa, Qasam melarang Qizha pulang dan dia diminta untuk dirawat di rumah sakit dengan pantauan dokter. Rumah sakit milik ayahnya, jadi mudah saja baginya mengatur kondisi di rumah sakit.Bahkan, kini Qasam meminta dokter keluarga untuk mengecek kondisi ibu dan bayi ke rumah di tiga hari perta

  • Suami Preman Ternyata Sultan   226. Bayi

    “Pinggangku sakit banget, Mas!” ucap Qizha sambil memegangi pinggang. Mulutnya meringis. Sebenarnya sudah sejak di perjalanan tadi Qizha merasakan ngilu, namun ia menahannya karena rasa ngilu itu datang dan hilang begitu saja. dia mengira hal itu biasa terjadi seiring kehamilannya yang semakin membesar.Namun, kini rasa ngilu itu makin parah, hampir setiap lima belas menit sekali muncul dan rasanya melilit sampai ke perut bagian bawah. Habiba memegang perut Qizha, rasanya keras menggumpal ke satu titik. Kemudian gumpalan keras itu bergerak menuju ke titik lain. Begitu seterusnya.“Ini Qizha sudah mau melahirkan. Ayo cepat bawa ke rumah sakit,” seru Habiba, membuat Qasam langsung gerak cepat menggendong tubuh Qizha dan membawanya ke mobil.Supir menyetir dnegan kelajuan tinggi mendengar suara ritihan Qizha di belakang. Qasam menggenggam tangan Qizha sambil terus mengatakan kata-kata motifasi.Qizha berkeringat, mukanya makin memucat, lemas sekali. Sesekali meringis menahan s

  • Suami Preman Ternyata Sultan   225. Rasa Sakit

    Semenjak Qizha tahu kalau Sina rujuk dengan Arsen, ia menjadi jauh lebih lega. Kini adiknya itu sudah ada yang menanggung jawabi. Hidupnya tidak lagi mengenaskan, Qizha pun tak perlu mencemaskan keadaannya lagi. Sina kini tinggal bersama sang suami. Setelah balitanya keluar dari rumah sakit, Sina mengunjungi rumah Qasam, menemui Qizha dan Qasam untuk mengucapkan rasa terima kasih. Arsen pun menunjukkan sikap layaknya sebagai saudara ipar. Qizha memberikan beberapa helai pakaian dan jilbab baru kepada Sina seperti yang dia janjikan. Qasam pun mulai membuka hati pada Sina. Dia tidak ketus lagi melihat sikap Sina yang jelas sudah jauh berubah. Penampilan Sina pun sudah tidak lusuh lagi seperti saat dia menjanda. Sepeninggalan Sina dan Arsen, tinggal lah Qizha dan Qasam yang duduk di ruang tamu berdua. “Mas, kamu udah nggak benci lagi sama Sina, kan?” tanya Qizha sambil.memegang tangan suaminya.“Tidak.” Tatapan Qasam tertuju pada mata bulat istrinya yang menggemaskan. “Dia seperti

  • Suami Preman Ternyata Sultan   224. Penyesalan

    Qizha menatap ekspresi wajah adik tirinya yang tak pernah dia lihat selama ini, wajah itu tampak jajh lebih menyedihkan, penuh penyesalan, dan tatapan iba. Ini adalah pemandangan pertama kalinya. Wajah Sina benar-benar tampak sangat mengenaskan. Bahkan tampilannya pun berbada, dia memakai kerudung untuk menutup auratnya. Apakah ini adalah awal bagi Sina untuk taubat? Dari mata adiknya, Qizha tidak melihat dendam dan tatapan kebencian seperti dulu. Setiap manusia memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.Qizha meraih pundak Sina. “Bawa anakmu ke rumah sakit sekarang. Aku akan mengantarmu.”Sina mengangguk dengan senyum dan air matanya langsung berurai. “Iya, Kak. Makasih.”***Di rumah sakit itu, Qizha dan Sina duduk di depan balita yang terbujur dengan selang infus menusuk di kaki. Si kecil tidur pulas. Qizha didampingi oleh Arini, asisten rumah tangga yang satu itu tak diijinkan jauh dari Qizha. Selalu diminta Qasam untuk mendampingi Qizha. Wajah Sina yang tadinya murung, kini

  • Suami Preman Ternyata Sultan   223. Minta Belas Kasih

    “Mas, becandanya nggak lucu. Masak ngintip sih?” tanya Qizha yang tak terima suaminya mengucapkan kata-kata konyol tadi. “Ya, kalau aku lagi nganu sama kamu kan itu kepala bawah lagi ngintip ke dalam. He hee…” Qasam makin konyol. Ia kembali mengelus permukaan perut Qizha. Ia merasakan sensasi saat janin di dalam bergerak-gerak. “Dia bergerak. Setiap kali aku memancing dengan elusan, pasti dia bergerak-gerak.” Qasam tersenyum.“Iya, kalau ada pancingan dari luar, bayi kita pasti merespon. Dia tahu ada yang perhatian kepadanya.”“Tendangannya makin hari makin kuat.”“Namanya juga sudah sembilan bulan. Tinggal menunggu hari, ya tentu makin kuat dong.”“Hah? Sudah sembilan bulan?” Qasam kaget. “Cepat sekali rasanya? Aku bakalam punya anak nih sebentar lagi?”Qizha tersenyum. “Kamu kok jam segini udah pulang, Mas? Biasanya pulangnya agak malam atau lebih sore. Ini baru jam tiga sore loh.”“Aku kangen sama kamu, makanya cepet- cepet pulang.”“Sekarang sudah mulai bisa gombalin ya? Receh l

  • Suami Preman Ternyata Sultan   222. Boleh Ngintip?

    Tujuh bulan sudah berlalu. Kini Qizha menghabiskan waktu di rumah saja, menikmati kehamilannya yang sudah membuncit. Dia menghabsikan waktu dengan berjalan santai di sekitar rumah. Pemandangan di sekitar rumah besar yang dikelilingi pagar beton setinggi dua meter itu sangat asri. Ada banyak tanaman hijau yang menyejukkan mata, pancuran air pun ada. Qizha ditemani asisten rumah tangga yang setia mengikutinya. Menyediakan apa saja keperluannya. Ah, Qizha benar-benar merasa speerti ratu. Iya, diratukan oleh suaminya.Saat bosan, Qizha pergi ke salon. Menikmati creambath dan berbagai jenis perawatan lainnya.Qizha juga sesekali jalan-jalan ke mall untuk melihat-lihat suasana baru. Dikawal oleh asisten rumah tangga yang ditugaskan menemani. Namanya Arini, asisten rumah tangga yang sopan dan ramah. Dia melayani Qizha mulai dari A sampai Z. dia hafal kapan Qizha harus makan, minum susu, makan buah, dan minum jus. Dia juga mengambilkan handuk saat Qizha mau mandi, menyiapkan p

DMCA.com Protection Status