Jangan lupa mampir ke novel My Sugar Daddy (Nania) ya
"Cheerrss!”Kintan dan Bima bersulang dengan penuh suka cita untuk merayakan kemenangan mereka yang berhasil menghasut Davis, mantan kekasihnya Sellandra. Walaupun Sellandra berhasil menyelamatkan Latief Group dari krisis yang sedang membelit, hal itu bukan berarti akan membuat langkah mereka terhenti di sini saja. Langkah kesatu boleh saja gagal, tapi langkah kedua siapa yang akan tahu. Bisa saja kalau langkah cadangan yang mereka ambil akan mendatangkan keuntungan yang jauh lebih besar. Benar tidak?“Hmm, malam ini kita biarkan saja Sellandra tidur dengan nyenyak setelah berhasil mendapat sokongan dana dari Aeron Group, Kak. Tapi untuk malam yang selanjutnya kitalah yang akan terlelap dengan membawa sejuta keberuntungan hidup. Heh,” ucap Kintan sembari menyesap minuman yang ada di gelasnya. Dia kemudian menoleh, menatap lekat ke arah kakaknya yang tengah meneguk vodka hingga habis tak bersisa. Kintan lalu mengerutkan kening, merasa ada yang tak beres dengan ekpresi yang muncul di wa
"Bibi, nanti tolong pindahkan meja ini ke gudang dulu ya. Minta bantuan penjaga saja karena meja ini kelihatannya cukup berat. Ya?” ucap Sellandra dengan sopan memerintahkan bibi pelayan agar memindahkan meja dari ruang tamu. Setelah itu Sellandra melangkah menuju halaman belakang rumah guna memeriksa persiapan pesta yang akan diadakan nanti malam.Seperti yang diperintahkan oleh sang nenek, Sellandra menjadi orang yang bertanggung jawab penuh akan jamuan malam nanti. Karena tak ingin membuat sang nenek kecewa, Sellandra ikut turun tangan langsung untuk memeriksa persiapannya. Senyum manis nampak menghiasi bibirnya saat bercengkerama denga para pekerja. Tidak di pungkiri, hari ini adalah hari paling bahagia untuk Sellandra. Bukan karena dia telah berhasil menyelamatkan perusahaan ataupun berhasil membuat sekertaris Fang datang ke jamuan ini, tapi kebahagiaan Sellandra berasal dari sikap neneknya yang tiba-tiba berubah menjadi hangat. Sesederhana itu. Akan tetapi ada beberapa orang yan
“Komisaris, apakah perhiasan ini sudah cukup layak untuk saya kirimkan ke kediaman Nona Sellandra?” tanya sekertaris Fang sembari meletakkan kotak perhiasan berisi kalung berlian edisi terbatas ke atas meja. Dia kemudian mundur ke belakang saat Komisaris melangkah keluar dari dalam kamar khusus yang ada di ruangan tersebut.Tatapan matanya yang tajam, rahangnya yang tegas dan juga bibirnya yang sensual, terlalu sempurna bukan? Pria yang di panggil Komisaris itu nampak tersenyum puas melihat bentuk perhiasan yang begitu indah. Kilau dari berlian itu sangat cocok jika dikenakan oleh Sellandra-nya. Ya, Sellandra-nya. Wanita cantik nan cerdas yang sudah cukup lama mengikat hatinya. Sungguh sangat beruntung sekali bukan karena Sellandra adalah satu-satunya wanita yang di inginkan olehnya. Benar begitu teman?“Pilihanmu sangat memuaskan, sekertaris Fang. Sebagai hadiah atas keindahan ini, aku akan memberimu satu kesempatan untuk meminta hadiah apapun dariku. Katakan. Apa yang kau inginkan?”
Malam yang dinanti-nantikan oleh Nyonya Kasturi Latief akhirnya tiba. Tepat pukul enam sore, para tamu undangan terlihat mulai berdatangan ke kediamannya. Dengan senyum semringah Kasturi begitu antusias sekali saat menyambut tamu-tamu tersebut. Di sisi kanan dan kirinya ada Ziko dan Felita yang menemani. Sedangkan Nadia, entah ada di mana. Sambil memperhatikan para tamu yang sedang asik bercengkerama satu sama lain, Kasturi tak henti-hentinya memuji hasil kerja Sellandra yang telah mempersembahkan sebuah jamuan yang begitu apik hingga membuat para tamu terlihat begitu nyaman. Tidak dipungkiri. Sejak kemarin Kasturi memang selalu memuji cucu perempuan yang selama ini sangat di bencinya. Ya mau bagaimana lagi. Berkat Sellandra-lah Latief Group berhasil terselamatkan dari kebangkrutan. Bahkan berkat Sellandra juga keluarga Latief mendapatkan satu kehormatan besar karena salah satu orang kepercayaan Aeron Group bersedia datang ke perjamuan ini. Dan begitu kabar tentang kedatangan sekertar
Semua orang yang datang ke perjamuan di kediaman keluarga Latief tampak menatap penuh kagum ke arah dua orang yang baru saja datang kesana. Entah mengapa aura kedua orang ini memancarkan pesona yang begitu mahal di mana mereka mengenakan pakaian dengan warna senada. Sungguh sangat amat serasi layaknya seorang pangeran dan seorang putri kerajaan.“Selamat malam semuanya. Maaf telah membuat kalian semua menunggu lama. Saya pribadi sebagai seorang wanita perlu menghabiskan waktu yang lumayan lama agar lipstick yang saya pakai tidak berantakan. Bukan begitu para Nyonya sekalian?” seloroh Sellandra saat menyapa para tamu. Dia kemudian tersenyum saat selorohannya di sambut gelak tawa oleh semua orang. Terkecuali keluarga sang paman tentunya.“Hahaha, Nona Sellandra, yang kau katakan sangatlah benar. Aku bahkan harus rela menunggu selama hampir dua jam hanya demi agar istriku bisa tampil cantik di acara ini. Kalian para wanita memang sangat luar biasa. Dan kami para pria hanya bisa pasrah me
Selama berada dalam acara, Davis sama sekali tak melepaskan pandangannya dari memperhatikan Sellandra. Darah di tubuhnya seperti mendidih semua setelah tadi melihat sendiri bagaimana Sellandra begitu berani membela Ero di hadapan para tamu. Sungguh, Davis benar-benar tidak menyangka kalau perkataan Kintan memang benar adanya. Sellandra berselingkuh dengan Ero. Fakta ini semakin memperburuk luka di hati dan perasaan Davis. Hingga membuatnya terpikir untuk melenyapkan mantan kekasihnya itu. Davis terbakar amarah.“Dav, you okay?” tanya Kintan sembari mengelus pelan pundaknya Davis. Bibirnya tampak menyeringai tipis melihat kemarahan dan kebencian yang muncul di wajah pria ini.“Bagaimana mungkin aku akan baik-baik saja setelah melihat ini semua, Kintan. Wanita itu … aku sungguh sangat jijik padanya. Ternyata ucapanmu memang benar kalau mereka telah menjalin hubungan di belakangku. Aku benar-benar tidak menyangka kalau Sellandra bisa memiliki sikap yang begitu rendah. Dia tak ubahnya j*l
“Ero, aku sungguh tidak apa-apa. Lebih baik kau pulang saja dan beristirahatlah,” ucap Sellandra sembari menahan tangan Ero yang ingin kembali mengompres pipinya.“Bagaimana mungkin aku bisa pulang kalau istriku sedang terluka seperti ini. Di pukulpun aku juga tidak akan beranjak dari sisimu, Sell!” sahut Ero tak mengindahkan perkataan Sellandra. Biar saja. Lagipula suami mana yang bisa merasa tenang meninggalkan istri mereka yang baru saja menerima perlakuan kasar dari anggota keluarganya sendiri. Jadi wajar saja kan kalau Ero menolak untuk pergi?Tadi setelah sekertaris Fang meninggalkan acara perjamuan, Sellandra langsung di panggil sang nenek masuk ke dalam rumah. Karena neneknya hanya ingin berbicara empat mata, Sellandra melarang Ero yang ingin ikut masuk menemaninya. Dia meyakinkan Ero kalau semuanya pasti akan baik-baik saja. Namun apa yang terjadi selanjutanya sangatlah di luar dugaan Sellandra. Awalnya dia pikir sang nenek hanya akan s
Pagi-pagi sekali, Ero telah sampai di rumah Sellandra. Dia sudah berjanji akan membantu Sellandra sepenuhnya untuk mengambil alih kursi kepemimpinan dari tangan Nyonya Kasturi. Karena rencana ini cukup beresiko, Ero meminta izin pada Sellandra untuk selalu mengawalnya setiap akan bepergian. Hal ini bertujuan agar Bima dan Tuan Ziko tidak mempunyai celah untuk menghambat rencana mereka, juga agar Ero bisa melindungi keselamat Sellandra dari kejahatan mereka.“Selamat pagi,” sapa Ero sambil tersenyum kecil ke arah Sellandra yang baru saja datang. Saat ini Ero tengah berdiri menyender di dekat pintu gerbang. Dia memilih untuk menunggu Sellandra di sini saja agar lebih memudahkan mereka untuk pergi bersama.“Selamat pagi juga, Ero,” sahut Sellandra. “Bagaimana? Kita mau langsung berangkat atau ….“Kita langsung berangkat saja. Dan ini ….,” ucap Ero sembari menyodorkan kotak bekal pada Sellandra. “Karena s
Tujuh tahun kemudian .... "Ayaahhh!"Suara teriakan lucu langsung menyambut kepulangan Almero yang baru saja kembali dari melakukan perjalanan bisnis keluar negeri. Melihat kedua anaknya berlarian ke arahnya membuat Almero tampak kegirangan. Segera dia berjongkok di lantai lalu merentangkan kedua tangannya untuk menyambut pelukan dari Rogert dan Adriana. "Aduhh anak-anak Ayah yang cantik dan tampan. Apa kabar, hm? Rindu Ayah tidak?" tanya Almero sambil mencium pipi kedua anaknya secara bergantian. Dia gemas sekali melihat kedua bocah ini. Sungguh. "Kabar kami sangat baik, Ayah. Ibu juga baik," jawab Rogert dengan lancar. Dia lalu mengelus rambut adiknya yang sedang merebah manja di bahu sang ayah. "Sekarang kau sudah tidak sedih lagi, kan? Ayah sudah kembali ke rumah. Jangan menangis lagi ya?""Iya, Kak," sahut Adriana patuh. "Lho, kenapa adikmu bisa menangis? Apa yang terjadi?""Adriana bilang dia sangat merindukan Ayah. Jadi setiap mau tidur dia akan selalu menangis dan bertanya
"Hati-hati, sayang," ucap Almero sambil membantu mengantarkan Sellandra ke dalam kamar mandi. "Ughhh, begah sekali perutku. Aku sampai sulit bernafas, Ero," sahut Sellandra terengah. "Apa yang harus aku lakukan agar kau bisa merasa lebih nyaman? Rasanya sakit melihatmu kesulitan seperti ini, sayang."Sellandra tertawa. Suaminya selalu saja berkata manis. Dan sialnya Sellandra sangat suka itu. "Kau hanya perlu terus berada di sisiku. Dengan begitu kau sudah membantu membuatku merasa nyaman. Sungguh.""Hmmm,"Usia kandungan Sellandra sudah mencapai bulan kelahiran sekarang. Hal itu membuat semua orang menjadi sangat waspada. Terutama Almero. Setengah dia tak bisa tidur saat di malam hari karena takut Sellandra mulas mendadak. Agak berlebihan memang. Tapi Almero memang seantusias itu menyambut kelahiran anak pertama mereka. Dan setelah melewati perdebatan panjang, akhirnya di ketahui kalau Sellandra hamil kembar. Ini dilakukan karena Almero merasa panik melihat ukuran perut Sellandra
Di bandara, terlihat Kintan berjalan sendirian sambil menarik koper yang tidak terlalu besar. Di matanya bertengger sebuah kaca mata hitam yang dia pakai untuk menyembunyikan matanya yang membengkak. Ya, semalaman penuh dia menangis menunggu Davis menghubunginya. Tapi nihil. Pria itu benar-benar tak peduli dengan kehamilannya. Akhirnya dengan sangat berat hati dia menghubungi Ero dan mengatakan kalau bersedia untuk tinggal di luar negeri. "Tidak apa-apa ya Nak kita hanya hidup berdua. Ibu janji nanti di sana Ibu akan merawatmu dengan baik. Maaf ya karena sudah membuatmu hadir dengar kondisi keluarga yang tidak lengkap," ucap Kintan lirih sambil mengelus-elus perutnya. Pagi tadi saat Kintan berpamitan pada semua keluarganya, Bima sempat melarangnya pergi ke luar negeri. Bahkan ibunya sampai menangis dan memohon agar dirinya tetap tinggal di kota ini. Meski sedih melihat keadaan itu, Kintan tetap memaksakan diri untuk pergi. Terlalu sakit jika harus bernafas di satu kota yang sama de
“Selamat pagi, Nyonya. Ada yang bisa kami bantu?”“Di mana ruangan Davis?” tanya Sellandra. Raut wajahnya terlihat seperti orang yang sedang menyimpan amarah.“Ruangan Tuan Davis ada di lantai sembilan. Mau saya antarkan?”“Tidak usah. Terima kasih,”“Sama-sama, Nyonya.”Kedatangan Sellandra yang begitu tiba-tiba membuat heboh semua karyawan Aeron Group. Para karyawan itu saling berbisik, bertanya-tanya gerangan apa yang terjadi sehingga membuat wanita kesayangan bos mereka datang hanya dengan memakai daster saja. Pagi tadi saat Sellandra bangun, dia tak sengaja mendengar percakapan Ero dan Kai yang sedang membahas soal Kintan. Awalnya Sellandra ingin menimbrung, tapi setelah mengetahui apa yang terjadi diapun mengurungkan niatnya. Beralasan ingin pergi jalan-jalan sebentar dengan kepala pelayan, Sellandra nekad datang ke Aeron Group guna menemui Davis. Ya. Sellandra sudah mengetahui tentang kehamilan Kintan. Termasuk juga dengan penolakan Davis yang malah meminta Kintan agar menggug
Flashback"Aku hamil,".... Kintan meremas baju bagian bawahnya setelah memberitahu Davis kalau dirinya hamil. Gugup, dia gugup sekali. Kintan begitu takut pria ini akan menolak mengakui janin yang ada di dalam perutnya. "Kau yakin itu adalah anakku?" tanya Davis. Jujur dia syok sekali setelah Kintan memberitahu kalau dirinya sedang hamil. Setelah hati Davis langsung bereaksi keras dengan meminta untuk tidak menerima kehadiran janin tersebut. Bayi itu bukan miliknya."Dav, hanya denganmu aku pernah melakukan hal seperti itu. Bukankah kau juga tahu kalau itu adalah yang pertama untukku?" sahut Kintan resah menyadari adanya penolakan di diri pria ini. "Aku memang yang pertama, tapi setelah itu aku mana tahu kau melakukannya dengan pria lain atau tidak. Kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi, bukan?"Kintan tersentak kaget mendengar tuduhan keji yang dilayangkan oleh Davis. Sungguh, dia benar-benar tidak menyangka kalau Davis akan sekejam ini padanya. Kejam sekali. "Berhenti memper
Senyum Sellandra langsung mengembang begitu melihat wajah ibunya. Karena merindu, dia merengek meminta Ero agar mengantarkannya pulang ke rumah. Dia rindu sekali pada ibu dan juga neneknya. "Halo sayang, apa kabar?" tanya Nadia sembari berjalan cepat menghampiri putrinya yang baru saja keluar dari mobil. Begitu sampai di dekatnya dia langsung memeluknya penuh sayang. "Ibu rindu sekali padamu, Nak. Bagaimana? Kandunganmu sehat-sehat saja, kan?""Kami sangat sehat, Ibu. Ero menjagaku dengan begitu baik. Dia sangat siaga," jawab Sellandra. "Syukurlah kalau kalian sehat. Ibu lega mendengarnya,"Nadia mengurai pelukan. Dia lalu berganti memeluk menantunya yang begitu membanggakan. "Terima kasih sudah menjaga Sellandra dengan baik, Ero. Mungkinkah ini alasan kenapa Kakek menjodohkan kalian berdua. Beliau tahu kalau kau adalah suami yang paling tepat untuk Sellandra. Sekali lagi terima kasih banyak ya," ucap Nadia penuh haru. "Jangan berterima kasih seperti ini, Ibu. Menjaga Sellandra da
Hoeekk hoeekkTubuh Sellandra sampai terbungkuk-bungkuk saat dia kembali memuntahkan isi perutnya. Dia lalu berpegangan ke dinding saat kakinya bergetar karena lemas. "E-Ero," .... Suara Sellandra begitu lirih. Almero yang sedang terlelap pun tak bisa mendengarnya. Sekarang waktu menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Dan tiba-tiba saja perut Sellandra bergejolak. Dia yang tidak tega membangunkan Almero memutuskan untuk pergi ke kamar mandi seorang diri. Awalnya Sellandra pikir rasa mual itu hanya sebentar. Tapi siapa sangka kalau dia tak henti mengeluarkan seluruh sisa makanan yang ada di perutnya yang mana membuat sekujur tubuhnya menjadi gemetaran dan juga lemas. "Ero, tolong aku," ucap Sellandra masih berusaha memanggil Ero dengan suaranya yang begitu kecil. Matanya sudah berkunang-kunang sekarang. Almero yang sedang terlelap samar-samar seperti mendengar ada orang yang memanggilnya. Dia lalu berusaha membuka mata sambil meraba kasur di sebelahnya. (Kosong) Tak butuh waktu la
FlashbackKintan buru-buru keluar dari dalam mobil begitu melihat Davis muncul. Dia kemudian berlari mengejarnya. "Davis, tunggu. Aku ingin bicara padamu!" teriak Kintan ketika melihat Davis hendak masuk ke dalam lift. Mendengar suara teriakan memanggil namanya Davis akhirnya berbalik. Dia yang sedang kelelahan setelah seharian berkutat dengan pekerjaan merasa bebannya semakin bertambah saja begitu mengetahui siapa yang memanggilnya. Kintan, mantan tunangannya. Wanita itu tengah berlari menuju padanya. Entah apa yang di inginkan. Hmmmm. "Beri aku kesempatan untuk bicara. Please?" ucap Kintan begitu sampai di hadapan Davis. Dia memohon dengan tatapan memelas. "Apalagi yang ingin kau bicarakan, Kintan? Semuanya sudah selesai. Kau dan aku tidak lagi terikat tali pertunangan," sahut Davis dengan dinginnya. Dia enggan sekali bicara dengan mantannya ini. Membuat hati jadi berdenyut nyeri. "Dav, aku tahu aku salah. Tapi tidak bisakah kau memberiku kesempatan untuk memperbaikinya?"Kinta
Flashback“Bima, akhirnya kau pulang juga, Nak!” seru Felita sembari berjalan cepat menghampiri putranya yang sudah beberapa bulan hilang tak berkabar. Seketika air matanya mengalir deras begitu mereka saling memeluk. “Kau kemana saja, Bim. Ayahmu bilang kau berada di panti rehabilitasi, tapi kenapa Ibu dan yang lain tak bisa mengunjungimu? Apa yang sebenarnya terjadi?”Sebelum menjawab pertanyaan sang ibu, Bima terlebih dahulu melepas pelukan mereka kemudian mencium keningnya penuh sayang. Rindu sekali dia pada wanita ini. Sungguh.“Ceritanya panjang sekali, Bu. Mungkin tidak bisa selesai diceritakan seabad lamanya,” ucap Bima berseloroh.“Ei kau ini. Ibu serius, Bima. Tolong jangan bercanda!”“Hehe, baiklah.” Bima berdehem. “Ibu tahu tidak saat Sellandra mengalami lebam di lehernya?”“Iya Ibu tahu. Kenapa memangnya?” tanya Felita sambil mengerutkan kening. Agak bingung dia dengan yang sedang dibicarakan oleh putranya.“Itu aku yang menyerangnya,” jawab Bima. “Saat itu aku tidak tahu