"Kau akan segera menyusul kesana, bukan?" tanya Sellandra sembari menatap seksama ke arah Lu. Tangannya sejak tadi terus menggenggam erat tangan pria ini, merasa berat untuk melepaskan. "Iya." Ero menjawab singkat. "Jangan khawatir. Begitu aku sampai di sana, aku janji aku akan langsung pergi menemuimu. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian, sayang. Sungguh!""Aku ... tidak mau orang lain. Hanya kau Ero, kau.""Sell, kita ini hanya berpisah selama beberapa jam saja, tapi kenapa reaksimu menunjukkan seolah kita akan berpisah selamanya. Iya aku mengerti kalau kau merasa tak nyaman atas kebaikan dan juga perhatian yang di berikan oleh Komisaris Almero, aku sangat paham akan hal itu. Akan tetapi yang menjadi suamimu adalah aku. Jadi tidak mungkin aku akan diam saja jika beliau sampai bersikap berlebihan terhadapmu. Tolong jangan begini ya?" ucap Ero merasa sangat aneh akan sikap Sellandra yang sebentar terlihat kecewa sebentar kemudian terlihat terluka. Dia sampai pusing sendiri jadinya.
Di Latief Group, dengan tenang Yollanda menyelesaikan semua pemotretan bersama tim yang ada. Setelah itu dia meminta asistennya untuk mengambilkan ponsel. Dia ingin menghubungi orang suruhannya guna mencari tahu apakah pekerjaan mereka berjalan lancar atau tidak. "Bagaimana? Apa kau sudah berangkat?" tanya Yollanda seraya memilin rambut bawahnya. "Aku sudah sampai sejak tadi. Jangan khawatir. Tugasmu telah kuselesaikan dengan sangat baik. Sekarang aku hanya tinggal menunggu kapan kau akan memintaku untuk kembali. Aku bingung harus melakukan apa dengan identitas sebagai Sellandra," sahut seseorang dari dalam telepon. Yollanda terkekeh. Dia lalu menarik nafas lega, lega sekali. Akhirnya apa yang dia nanti-nantikan akan segera tiba juga. Sebentar lagi. Hanya dalam hitungan jam, Yollanda yakin Almero akan segera menerima surat gugatan cerai dari Sellandra. Dia berani bertaruh kalau saat ini Almero sudah dalam perjalanan menuju tempat di mana Sellandra telah menunggunya. Sayang sekali d
"Kau yakin ingin langsung menggugat cerai Ero, Sell?" tanya Yollanda pura-pura iba. Padahal di dalam hati dia sedang berjingkrak kesenangan karena sebentar lagi tujuannya akan segera tercapai. "Coba kau pikirkan masak-masak dulu. Atau jika tidak kau tanyalah dulu apa maksud suamimu melakukan ini semua. Aku yakin dia pasti mempunyai alasannya. Ya?"Setelah Yollanda datang menjemput ke bandara, Sellandra langsung menceritakan apa yang baru saja dilihatnya. Dengan air mata bercucuran dia memberitahu Yollanda kalau Ero ternyata adalah benar sosok Almero yang tengah di carinya. Merasa putus asa, dia meminta Yollanda agar mengantarkannya mencari seorang pengacara yang akan mengurus gugatan cerai dengan Ero. Tekad Sellandra sudah bulat. Dia dan pria itu harus bercerai secepat mungkin. Sellandra sudah tak peduli lagi dengan rasa cintanya yang baru mulai bersemi. Dia terlalu sakit setelah membongkar kebohongan pria jahat itu. "Sell, jangan diam saja. Sikapmu yang seperti ini membuatku jadi me
Sementara itu Almero yang baru sampai bersama dengan rombongannya langsung pergi menuju hotel tempat di mana Sellandra berada. Namun, dia pergi ke sana bukan untuk menemui Sellandra, melainkan untuk menemui kedua orangtuanya. Saat ini Almero tidak sedang menggunakan status sebagai Ero, istrinya itu bisa pingsan jika melihatnya dengan penampilan yang berbeda. Jadilah dia akan pergi ke kamar orangtuanya terlebih dahulu sebelum dia bertukar penampilan. Drrtt drrrtttPonsel milik Kai bergetar. Segera dia melihat siapa yang menelpon. Asistennya Nona Sellandra? Kenapa dia menelpon? batin Kai heran. "Siapa?" Almero bertanya sambil terus berjalan. "Asistennya Nona Sellandra yang menelpon, Komisaris. Perlukah untuk di angkat sekarang?" jawab Kai. Langkah Almero langsung terhenti. Ini aneh. Untuk apa asisten istrinya menelpon Kai? Bukankah orang itu sudah tahu kalau Sellandra sedang bersamanya? Atau jangan-jangan ada sesuatu yang sedang terjadi di Latief Group? Benak Almero banyak di penuh
Tok tok tok“Sell, bolehkah Ibu masuk ke dalam?” tanya Nadia dengan raut wajah yang terlihat sangat khawatir. Entah apa yang terjadi. Tiba-tiba saja putrinya pulang dengan keadaan wajah sembab seperti baru menangis. Padahal pagi tadi putrinya itu berpamitan pergi bersama dengan Ero dan mereka terlihat baik-baik saja. Sebagai seorang ibu, jelas Nadia merasa sangat khawatir. Dia takut terjadi hal buruk antara menantu dengan putrinya. Jadi memutuskan untuk mendatangi kamar ini guna menanyakan apa yang terjadi. Di dalam kamar, Sellandra sedang duduk termenung di atas ranjang sambil menekuk kaki. Sebnenarnya dia mendengar jelas suara ibunya, tapi terlalu enggan untuk Sellandra beranjak membuka pintu. Alhasil Sellandra hanya diam membiarkan saja sampai suara ketukan itu berhenti sendiri.Tadinya Sellandra pikir ibunya sudah pergi dari depan kamarnya. Akan tetapi tak lama setelah keadaan sepi, ibunya membuka pintu kamar dan lansgung masuk ke dalam. Sellandra sempat menoleh sebentar, tapi di
Semua orang di kota Shanghai di buat gempar oleh tayangan siaran langsung di mana seorang pria berwajah tampan tengah mengungkap tentang jati dirinya. Almero Smith, atau pria yang di kenal dengan nama Ero, saat ini tengah berpidato dalam acara pembukaan kantor cabang Aeron Group. Bagi yang pernah bertemu dengan pria ini, mereka sangat amat tidak menyangka kalau pria yang bekerja sebagai cleaning servis ternyata adalah pewaris tunggal dari seluruh harta kekayaan di keluarga Smith. Mereka syok, tidak percaya akan apa yang sedang mereka lihat.Akhirnya. Setelah berpuluh tahun tersembunyi putra semata wayang dari pasangan Nyonya Kinara dan Tuan Cakra Smith memperkenalkan diri ke hadapan publik. Selama ini ada banyak sekali orang yang begitu penasaran akan rupa pria tersebut hingga banyak rumor buruk bertebaran di luaran sana akibat pria itu yang tak pernah mau menampakkan wajahnya. Dan teruntuk mereka-mereka yang mempunyai tujuan khusus, kabar ini meru
"Al, di mana Sellandra? Kenapa kau tidak mengumumkan pernikahan kalian di sini? Apa yang terjadi?" cecar Cakra sambil menahan lengan putranya yang baru saja menyelesaikan pidato. Di tatapnya lekat-lekat wajah putranya yang entah kenapa terlihat seperti sedang menahan amarah. Cakra penasaran. "Harusnya Sellandra ada di sini bersamaku, Ayah. Akan tetapi seseorang mengacaukan segalanya," jawab Almero dingin. Dia kemudian menoleh, menatap penuh kilat kemarahan pada sang ayah. "Yollanda Stewart, dia lancang memasuki urusan rumah tanggaku. Kami sebelumnya tidak saling kenal, tapi dia dengan beraninya memberitahu Sellandra tentang identitas asliku. Dia bahkan membantu mencarikan orang untuk bertukar indentitas dengan Sellandra sehingga yang datang ke kota ini bukan dia, tapi wanita lain. Dan sekarang wanita itu sedang menerima ganjaran dari Kai!" Kinara langsung menutup mulutnya dengan tangan begitu mendengar penjelasan putranya. Cakra yang melihat hal itupun langsung memeluknya. Kesehatan
Di kediaman keluarga Latief, selain Sellandra kini semua orang sedang berkumpul di ruang tamu. Wajah mereka terlihat tegang, menandakan kalau ada hal buruk yang telah terjadi di keluarga itu.“Bu, bagaimana ini. Ero ternyata adalah putra dari Tuan Cakra dan Nyonya Kinara Smith. Dia Komisaris Aeron Group!” ucap Ziko sambil menautkan jari-jari tangan. Dia lalu menatap sang ibu. “Selama ini kita semua selalu memperlakukannya dengan buruk. Jika Ero sampai menuntut kita bagaimana?”Kasturi melengos. Dia sama sekali tak merasa kaget akan kehebohan yang sedang terjadi. Karena sejak Bima di tangkap polisi, Kasturi sudah tahu identitas aslinya Ero. Namun karena di ancam akan di celakai jika berani membuka mulut, terpaksa Kasturi hanya diam saja saat anggota keluarganya tetap merendahkan gembel kaya raya itu. Dan di sinilah semua orang sekarang. Duduk dengan hati yang panik memikirkan kesalahan masing-masing.“Bu, Ibu jangan diam saja. Bicaralah. Beritahu apa yang harus kami lakukan jika nanti
Tujuh tahun kemudian .... "Ayaahhh!"Suara teriakan lucu langsung menyambut kepulangan Almero yang baru saja kembali dari melakukan perjalanan bisnis keluar negeri. Melihat kedua anaknya berlarian ke arahnya membuat Almero tampak kegirangan. Segera dia berjongkok di lantai lalu merentangkan kedua tangannya untuk menyambut pelukan dari Rogert dan Adriana. "Aduhh anak-anak Ayah yang cantik dan tampan. Apa kabar, hm? Rindu Ayah tidak?" tanya Almero sambil mencium pipi kedua anaknya secara bergantian. Dia gemas sekali melihat kedua bocah ini. Sungguh. "Kabar kami sangat baik, Ayah. Ibu juga baik," jawab Rogert dengan lancar. Dia lalu mengelus rambut adiknya yang sedang merebah manja di bahu sang ayah. "Sekarang kau sudah tidak sedih lagi, kan? Ayah sudah kembali ke rumah. Jangan menangis lagi ya?""Iya, Kak," sahut Adriana patuh. "Lho, kenapa adikmu bisa menangis? Apa yang terjadi?""Adriana bilang dia sangat merindukan Ayah. Jadi setiap mau tidur dia akan selalu menangis dan bertanya
"Hati-hati, sayang," ucap Almero sambil membantu mengantarkan Sellandra ke dalam kamar mandi. "Ughhh, begah sekali perutku. Aku sampai sulit bernafas, Ero," sahut Sellandra terengah. "Apa yang harus aku lakukan agar kau bisa merasa lebih nyaman? Rasanya sakit melihatmu kesulitan seperti ini, sayang."Sellandra tertawa. Suaminya selalu saja berkata manis. Dan sialnya Sellandra sangat suka itu. "Kau hanya perlu terus berada di sisiku. Dengan begitu kau sudah membantu membuatku merasa nyaman. Sungguh.""Hmmm,"Usia kandungan Sellandra sudah mencapai bulan kelahiran sekarang. Hal itu membuat semua orang menjadi sangat waspada. Terutama Almero. Setengah dia tak bisa tidur saat di malam hari karena takut Sellandra mulas mendadak. Agak berlebihan memang. Tapi Almero memang seantusias itu menyambut kelahiran anak pertama mereka. Dan setelah melewati perdebatan panjang, akhirnya di ketahui kalau Sellandra hamil kembar. Ini dilakukan karena Almero merasa panik melihat ukuran perut Sellandra
Di bandara, terlihat Kintan berjalan sendirian sambil menarik koper yang tidak terlalu besar. Di matanya bertengger sebuah kaca mata hitam yang dia pakai untuk menyembunyikan matanya yang membengkak. Ya, semalaman penuh dia menangis menunggu Davis menghubunginya. Tapi nihil. Pria itu benar-benar tak peduli dengan kehamilannya. Akhirnya dengan sangat berat hati dia menghubungi Ero dan mengatakan kalau bersedia untuk tinggal di luar negeri. "Tidak apa-apa ya Nak kita hanya hidup berdua. Ibu janji nanti di sana Ibu akan merawatmu dengan baik. Maaf ya karena sudah membuatmu hadir dengar kondisi keluarga yang tidak lengkap," ucap Kintan lirih sambil mengelus-elus perutnya. Pagi tadi saat Kintan berpamitan pada semua keluarganya, Bima sempat melarangnya pergi ke luar negeri. Bahkan ibunya sampai menangis dan memohon agar dirinya tetap tinggal di kota ini. Meski sedih melihat keadaan itu, Kintan tetap memaksakan diri untuk pergi. Terlalu sakit jika harus bernafas di satu kota yang sama de
“Selamat pagi, Nyonya. Ada yang bisa kami bantu?”“Di mana ruangan Davis?” tanya Sellandra. Raut wajahnya terlihat seperti orang yang sedang menyimpan amarah.“Ruangan Tuan Davis ada di lantai sembilan. Mau saya antarkan?”“Tidak usah. Terima kasih,”“Sama-sama, Nyonya.”Kedatangan Sellandra yang begitu tiba-tiba membuat heboh semua karyawan Aeron Group. Para karyawan itu saling berbisik, bertanya-tanya gerangan apa yang terjadi sehingga membuat wanita kesayangan bos mereka datang hanya dengan memakai daster saja. Pagi tadi saat Sellandra bangun, dia tak sengaja mendengar percakapan Ero dan Kai yang sedang membahas soal Kintan. Awalnya Sellandra ingin menimbrung, tapi setelah mengetahui apa yang terjadi diapun mengurungkan niatnya. Beralasan ingin pergi jalan-jalan sebentar dengan kepala pelayan, Sellandra nekad datang ke Aeron Group guna menemui Davis. Ya. Sellandra sudah mengetahui tentang kehamilan Kintan. Termasuk juga dengan penolakan Davis yang malah meminta Kintan agar menggug
Flashback"Aku hamil,".... Kintan meremas baju bagian bawahnya setelah memberitahu Davis kalau dirinya hamil. Gugup, dia gugup sekali. Kintan begitu takut pria ini akan menolak mengakui janin yang ada di dalam perutnya. "Kau yakin itu adalah anakku?" tanya Davis. Jujur dia syok sekali setelah Kintan memberitahu kalau dirinya sedang hamil. Setelah hati Davis langsung bereaksi keras dengan meminta untuk tidak menerima kehadiran janin tersebut. Bayi itu bukan miliknya."Dav, hanya denganmu aku pernah melakukan hal seperti itu. Bukankah kau juga tahu kalau itu adalah yang pertama untukku?" sahut Kintan resah menyadari adanya penolakan di diri pria ini. "Aku memang yang pertama, tapi setelah itu aku mana tahu kau melakukannya dengan pria lain atau tidak. Kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi, bukan?"Kintan tersentak kaget mendengar tuduhan keji yang dilayangkan oleh Davis. Sungguh, dia benar-benar tidak menyangka kalau Davis akan sekejam ini padanya. Kejam sekali. "Berhenti memper
Senyum Sellandra langsung mengembang begitu melihat wajah ibunya. Karena merindu, dia merengek meminta Ero agar mengantarkannya pulang ke rumah. Dia rindu sekali pada ibu dan juga neneknya. "Halo sayang, apa kabar?" tanya Nadia sembari berjalan cepat menghampiri putrinya yang baru saja keluar dari mobil. Begitu sampai di dekatnya dia langsung memeluknya penuh sayang. "Ibu rindu sekali padamu, Nak. Bagaimana? Kandunganmu sehat-sehat saja, kan?""Kami sangat sehat, Ibu. Ero menjagaku dengan begitu baik. Dia sangat siaga," jawab Sellandra. "Syukurlah kalau kalian sehat. Ibu lega mendengarnya,"Nadia mengurai pelukan. Dia lalu berganti memeluk menantunya yang begitu membanggakan. "Terima kasih sudah menjaga Sellandra dengan baik, Ero. Mungkinkah ini alasan kenapa Kakek menjodohkan kalian berdua. Beliau tahu kalau kau adalah suami yang paling tepat untuk Sellandra. Sekali lagi terima kasih banyak ya," ucap Nadia penuh haru. "Jangan berterima kasih seperti ini, Ibu. Menjaga Sellandra da
Hoeekk hoeekkTubuh Sellandra sampai terbungkuk-bungkuk saat dia kembali memuntahkan isi perutnya. Dia lalu berpegangan ke dinding saat kakinya bergetar karena lemas. "E-Ero," .... Suara Sellandra begitu lirih. Almero yang sedang terlelap pun tak bisa mendengarnya. Sekarang waktu menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Dan tiba-tiba saja perut Sellandra bergejolak. Dia yang tidak tega membangunkan Almero memutuskan untuk pergi ke kamar mandi seorang diri. Awalnya Sellandra pikir rasa mual itu hanya sebentar. Tapi siapa sangka kalau dia tak henti mengeluarkan seluruh sisa makanan yang ada di perutnya yang mana membuat sekujur tubuhnya menjadi gemetaran dan juga lemas. "Ero, tolong aku," ucap Sellandra masih berusaha memanggil Ero dengan suaranya yang begitu kecil. Matanya sudah berkunang-kunang sekarang. Almero yang sedang terlelap samar-samar seperti mendengar ada orang yang memanggilnya. Dia lalu berusaha membuka mata sambil meraba kasur di sebelahnya. (Kosong) Tak butuh waktu la
FlashbackKintan buru-buru keluar dari dalam mobil begitu melihat Davis muncul. Dia kemudian berlari mengejarnya. "Davis, tunggu. Aku ingin bicara padamu!" teriak Kintan ketika melihat Davis hendak masuk ke dalam lift. Mendengar suara teriakan memanggil namanya Davis akhirnya berbalik. Dia yang sedang kelelahan setelah seharian berkutat dengan pekerjaan merasa bebannya semakin bertambah saja begitu mengetahui siapa yang memanggilnya. Kintan, mantan tunangannya. Wanita itu tengah berlari menuju padanya. Entah apa yang di inginkan. Hmmmm. "Beri aku kesempatan untuk bicara. Please?" ucap Kintan begitu sampai di hadapan Davis. Dia memohon dengan tatapan memelas. "Apalagi yang ingin kau bicarakan, Kintan? Semuanya sudah selesai. Kau dan aku tidak lagi terikat tali pertunangan," sahut Davis dengan dinginnya. Dia enggan sekali bicara dengan mantannya ini. Membuat hati jadi berdenyut nyeri. "Dav, aku tahu aku salah. Tapi tidak bisakah kau memberiku kesempatan untuk memperbaikinya?"Kinta
Flashback“Bima, akhirnya kau pulang juga, Nak!” seru Felita sembari berjalan cepat menghampiri putranya yang sudah beberapa bulan hilang tak berkabar. Seketika air matanya mengalir deras begitu mereka saling memeluk. “Kau kemana saja, Bim. Ayahmu bilang kau berada di panti rehabilitasi, tapi kenapa Ibu dan yang lain tak bisa mengunjungimu? Apa yang sebenarnya terjadi?”Sebelum menjawab pertanyaan sang ibu, Bima terlebih dahulu melepas pelukan mereka kemudian mencium keningnya penuh sayang. Rindu sekali dia pada wanita ini. Sungguh.“Ceritanya panjang sekali, Bu. Mungkin tidak bisa selesai diceritakan seabad lamanya,” ucap Bima berseloroh.“Ei kau ini. Ibu serius, Bima. Tolong jangan bercanda!”“Hehe, baiklah.” Bima berdehem. “Ibu tahu tidak saat Sellandra mengalami lebam di lehernya?”“Iya Ibu tahu. Kenapa memangnya?” tanya Felita sambil mengerutkan kening. Agak bingung dia dengan yang sedang dibicarakan oleh putranya.“Itu aku yang menyerangnya,” jawab Bima. “Saat itu aku tidak tahu