“Iya, Tuan Kai. Sepertinya Nona Yollanda sudah mulai menghasut pikiran Nona Sellandra. Wanita itu bahkan mendatangi perusahaan meski tidak ada pekerjaan yang harus dia lakukan. Dan tadi mereka berbincang lama di dalam lift!”“Apa yang mereka bicarakan?”“Saya kurang jelas mendengar apa yang mereka bicarakan karena saat itu posisi saya sedang diminta membereskan pekerjaan oleh Nona Sellandra. Namun saya yakin masalah yang mereka bahas berhubungan dengan Komisaris Ero. Karena sejak pembicaraan itu terjadi, sikap Nona Sellandra langsung berubah. Beliau lebih banyak diam merenung dan hanya bicara seperlunya saja!”“Ya sudah. Kalau begitu kau jangan sampai lengah mengawasi mereka. Segera laporkan padaku jika ada sesuatu yang mencurigakan.”“Baik, Tuan Kai. Kalau begitu saya tutup dulu panggilannya. Selamat malam.”Klik. Seorang pria yang adalah asisten pribadi dari direktur utama Latief Group tampak melihat ke sana kemari setelah menutup panggilan. Gelagatnya terlihat jelas kalau sedang me
Kai memperhatikan atasannya yang sejak tadi terus terlihat gelisah. Sebenarnya ada beberapa pekerjaan yang harus mereka bahas, tapi melihatnya seperti itu membuat Kai menunda untuk tidak berbicara dulu. Sebagai orang yang sudah cukup lama berdiri di sisi seorang Almero Smith, jelas Kai tahu benar seperti apa perangai pria ini. Jadilah dia memutuskan untuk tidak menganggunya dulu dan menunggu sampai suasana hatinya sedikit membaik.“Hemmm,” ….Terdengar deheman pelan keluar dari mulut Almero setelah dia berdiam cukup lama. Sambil membuka satu kancing kemeja yang di pakainya, Almero melihat ke arah Kai. Dia lalu menaikkan satu alisnya ke atas saat mendapati kalau asistennya itu tengah menatapnya lekat.“Ada apa, Kai? Katakan saja. Aku tahu ada sesuatu yang ingin kau sampaikan padaku!” tanya Almero datar.“Komisaris, apa terjadi sesuatu dengan Nona Sellandra? Sejak tadi saya perhatikan anda terlihat begitu gelisah. Mungkinkah saya telah melewatkan sesuatu yang salah?” sahut Kai balik ber
Sellandra melirik ke arah pintu masuk restoran saat seorang wanita cantik muncul dengan menggunakan syal untuk menutupi wajahnya. Yollanda Stewart. Ya, itu dia. Untuk pertama kali dalam hidup Sellandra, dia mengambil keputusan penting dengan percaya pada ucapan orang yang belum lama di kenalnya. Setelah beberapa waktu dia merenungkan, Sellandra akhirnya memilih untuk mempercayai perkataan Yollanda yang mencurigai kalau Ero bukanlah pria dengan latar belakang biasa. Dia dengan perasaan yang campur aduk kemudian mengajak Yollanda untuk bertemu diam-diam di sini. Hal tersebut Sellandra lakukan agar sang asisten tidak mengetahui pergerakannya dengan memberi laporan pada Tuan Kai, yang tak lain adalah kaki tangan Komisaris Almero, pemilik Aeron Group.“Hai, Sell,” sapa Yollanda sambil melihat kesana kemari sebelum duduk. Dia kemudian menghela nafas lega setelah Sellandra memberi kode kalau keadaan sudah aman.“Apa kau membawa kabar penting untukku?” tanya Sellandra to the point. Dia enggan
Almero berdiri di dekat jendela kamarnya sambil memegang gelas berisi wine. Tatapannya tajam, menyiratkan kalau dia tengah memikirkan sesuatu yang sangat serius. Jendela yang sengaja di biarkan terbuka membuat angin dengan kencang menyapu wajahnya. Namun, itu tak membuat Almero bergeming. Dia larut dalam emosi yang tengah menguasai jiwanya. Flasback"Sell, apa besok pagi kau mempunyai waktu luang?" Ero bertanya sembari memegang rambut Sellandra yang terus bergerak karena tersapu angin. Mereka saat ini sedang berada di pinggir jalan, duduk di atas kap mobil sambil menikmati jajanan yang di jual tak jauh dari tempat mereka berada. Di tanya seperti itu membuat Sellandra berhenti mengunyah. Dia lalu menoleh dan menatap lekat wajah Ero. Sangat amat lekat hingga membuat suaminya itu menaikan sebelah alisnya ke atas. "Apa kau ingin mengajakku pergi liburan lagi, Ero?" Sellandra balik bertanya. Dia kemudian tersenyum lucu saat ingin kembali mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya. "He
Setelah selesai bersiap, Sellandra bergegas keluar dari dalam kamar. Dia kemudian tersenyum saat mendapati sang suami tengah berdiri di depan pintu yang baru saja dibukanya. "Kau terlambat sepuluh menit, Ero." Sellandra menegur manja. Dia kemudian tersenyum. "Mau langsung berangkat?""Kau baik-baik saja?" tanya Ero memasang ekpresi khawatir. Hatinya terasa tidak nyaman, seperti akan terjadi hal besar hari ini. "Kalau aku tidak baik-baik saja lalu siapa yang sedang berdiri di hadapanmu sekarang, hem?" jawab Sellandra dengan tenang. "Semalam aku bermimpi buruk!" Ero bercerita. Bukan cerita nyata, hanya sekedar ingin menyampaikan kegundahan hati yang dia rasa. Sambil menatap lekat wajah Sellandra, dia lanjut menceritakan karangan kebohongannya. "Aku melihatmu pergi meninggalkan aku. Dan itu membuatku sangat sedih, Sell."Terdengar kekehan pelan dari mulut Sellandra setelah dia mendengar mimpi yang dilihat oleh Ero. Lucu sekali. Hanya karena mimpi tak jelas begitu suaminya ini sampai d
"Kau akan segera menyusul kesana, bukan?" tanya Sellandra sembari menatap seksama ke arah Lu. Tangannya sejak tadi terus menggenggam erat tangan pria ini, merasa berat untuk melepaskan. "Iya." Ero menjawab singkat. "Jangan khawatir. Begitu aku sampai di sana, aku janji aku akan langsung pergi menemuimu. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian, sayang. Sungguh!""Aku ... tidak mau orang lain. Hanya kau Ero, kau.""Sell, kita ini hanya berpisah selama beberapa jam saja, tapi kenapa reaksimu menunjukkan seolah kita akan berpisah selamanya. Iya aku mengerti kalau kau merasa tak nyaman atas kebaikan dan juga perhatian yang di berikan oleh Komisaris Almero, aku sangat paham akan hal itu. Akan tetapi yang menjadi suamimu adalah aku. Jadi tidak mungkin aku akan diam saja jika beliau sampai bersikap berlebihan terhadapmu. Tolong jangan begini ya?" ucap Ero merasa sangat aneh akan sikap Sellandra yang sebentar terlihat kecewa sebentar kemudian terlihat terluka. Dia sampai pusing sendiri jadinya.
Di Latief Group, dengan tenang Yollanda menyelesaikan semua pemotretan bersama tim yang ada. Setelah itu dia meminta asistennya untuk mengambilkan ponsel. Dia ingin menghubungi orang suruhannya guna mencari tahu apakah pekerjaan mereka berjalan lancar atau tidak. "Bagaimana? Apa kau sudah berangkat?" tanya Yollanda seraya memilin rambut bawahnya. "Aku sudah sampai sejak tadi. Jangan khawatir. Tugasmu telah kuselesaikan dengan sangat baik. Sekarang aku hanya tinggal menunggu kapan kau akan memintaku untuk kembali. Aku bingung harus melakukan apa dengan identitas sebagai Sellandra," sahut seseorang dari dalam telepon. Yollanda terkekeh. Dia lalu menarik nafas lega, lega sekali. Akhirnya apa yang dia nanti-nantikan akan segera tiba juga. Sebentar lagi. Hanya dalam hitungan jam, Yollanda yakin Almero akan segera menerima surat gugatan cerai dari Sellandra. Dia berani bertaruh kalau saat ini Almero sudah dalam perjalanan menuju tempat di mana Sellandra telah menunggunya. Sayang sekali d
"Kau yakin ingin langsung menggugat cerai Ero, Sell?" tanya Yollanda pura-pura iba. Padahal di dalam hati dia sedang berjingkrak kesenangan karena sebentar lagi tujuannya akan segera tercapai. "Coba kau pikirkan masak-masak dulu. Atau jika tidak kau tanyalah dulu apa maksud suamimu melakukan ini semua. Aku yakin dia pasti mempunyai alasannya. Ya?"Setelah Yollanda datang menjemput ke bandara, Sellandra langsung menceritakan apa yang baru saja dilihatnya. Dengan air mata bercucuran dia memberitahu Yollanda kalau Ero ternyata adalah benar sosok Almero yang tengah di carinya. Merasa putus asa, dia meminta Yollanda agar mengantarkannya mencari seorang pengacara yang akan mengurus gugatan cerai dengan Ero. Tekad Sellandra sudah bulat. Dia dan pria itu harus bercerai secepat mungkin. Sellandra sudah tak peduli lagi dengan rasa cintanya yang baru mulai bersemi. Dia terlalu sakit setelah membongkar kebohongan pria jahat itu. "Sell, jangan diam saja. Sikapmu yang seperti ini membuatku jadi me