Pagi ini kedua mata Alle terlihat sangat begitu sembab. Apalagi sepanjang malam ia terus menangis tanpa henti. Alle yang tidak mau membagi bebannya, memilih untuk memendam semuanya sendiri.“Pagi, Kak,” sapa Oky yang tengah sibuk mengolesi roti tawar dengan selai cokelat.Alle hanya tersenyum tipis saja sambil mengambil gelas berisi susu. Setelah menenggak susu, Alle langsung pergi yang membuat Oky mengerutkan kening bingung.“Kak Alle nggak sarapan?” tanya Oky sedikit berteriak karena kakak pertamanya itu sudah pergi dari ruang makan.Tak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Alle membuat Oky mengangkat kedua bahunya ketika Ben tengah menatapnya, seolah-olah bertanya ada apa dengan Kak Alle.Tak lama kepergian Alle, datang Yupi dengan wajah pucat bahkan sama sembabnya. Akan tetapi Yupi masih ikut melakukan sarapan bersama dengan Oky juga Ben.“Hp, tablet, dan laptop lo bakalan gue sita dulu,” celetuk Oky sambil menyuapkan roti ke dalam mulutnya.Yupi tampak tidak merespon ucapan kakak
PLAK!Alle menampar pipi Tian begitu kencang. Apalagi Alle sudah tahu apa yang mereka berdua berbuat selama ini. Bisa-bisanya Tian berkata demikian tanpa memikirkan perasaan Yupi sedikit pun.“Apa maksud lo ngomong begini, Tian!?” Alle meski dibenci oleh Yupi, tapi hati nuraninya tetap ingin menjaga dan melindungi adiknya itu dari cowok berengsek seperti Tian.“Aku bicara kenyataan, Sayang. Aku mendekati Yupi karena ingin mendapatkan kamu,” akui Tian dengan jujur yang membuat Alle semakin menggelengkan kepala tidak percaya dengan semua rencana licik dari Tian.Lain dengan Yupi yang merasa sakit hati mendengar semua pengakuan dari Tian. Alhasil Yupi pergi ke dalam rumah sambil menangis tersendu-sendu.Hal itu tak luput dari pantauan Alle. Di sini Alle sudah siap untuk dimaki dan benci adiknya sendiri.“Lo lebih baik pulang.”“Tapi aku kangen, All.”“Gue mohon pulang, Tian. Gue mau istirahat.”“Yaudah aku pulang karena kamu mau istirahat. Ini ponsel buat kamu.” Tian memberikan ponsel ba
“Kamu serius mau bolos?” tanya Tian memastikan sekali lagi kepada Alle yang saat ini meminta untuk tak sampai ke sekolah karena pikirannya sudah sangat kacau hingga percuma jika menerima pelajaran tidak akan masuk ke dalam otaknya.Alle mengangguk sebagai jawaban. Alhasil mereka berdua pergi ke salah satu danau untuk menikmati hari-hari indah bagi Tian. Setelah sampai di danau, Alle justru diam merenung menatap ke arah air yang tenang. Hal ini membuat Tian tidak suka. Apalagi diabaikan seperti ini. “All.” Alle tetap diam menatap ke arah danau dengan pikiran yang berkecambuk ke mana-mana. “Alle!” Alle benar-benar tidak peduli seruan dari Tian. Hingga terus melamun sampai membuat Tian emosi sendiri. “Alletheia!” bentak Tian sambil mencengkeram kedua lengan atas milik Alle supaya menghadap ke arahnya. “Aku nggak suka diabaikan.” Alle yang sudah menghadap ke arah Tian hanya diam saja. Hal ini semakin memicu jiwa temperamental milik Tian semakin keluar. “Kamu kenapa!? Kalau ada mas
Mendengar suara teriakan dari istrinya membuat Dipta buru-buru datang ke arah sumber suara. Saat sampai di lokasi, kakinya langsung lemas melihat kondisi putrinya yang tampak lemah tak berdaya seperti itu.Buru-buru Dipta membopong tubuh milik Alle keluar dari area kamar belakang menuju ke arah parkiran mobil.“Pak, siapin mobil cepet!” teriak Dipta yang terlihat begitu panik. Kaira bahkan ikut berlari di belakang tubuh suaminya sambil terus menangis tiada henti.Sedangkan Yupi yang melihat dari arah jendela kamarnya, merasa kaget sendiri ketika tubuh kakak tertuanya tampak lemas di dalam gendongan sang Papa.Ada rasa khawatir juga cemas dalam hatinya, namun jika mengingat bagaimana Tian memperlakukannya semenjak pacaran dengan Kak Alle membuat Yupi merasa sakit hati luar biasa.Terlebih yang merebut kekasihnya bukan orang lain melainkan kakak kandungnya sendiri. Apalagi Kak Alle juga tahu kalau Yupi sangat mencintai Tian, tapi teganya direbut.Lain hal dengan Dipta yang tengah memelu
Tiba di kantor milik Regan, Dipta disambut baik oleh seluruh karyawan calon besannya itu. Bahkan resepsionis yang sudah sangat paham Dipta langsung mempersilakan masuk ke dalam lift khusus karena sebelumnya Dipta sudah memberitahukan jika calon besannya akan datang.Sampai di lantai tujuan, Dipta berjalan menuju ke ruang khusus CEO. Sekretaris Regan pun sama ramahnya mempersilakan Dipta untuk masuk ke dalam ruang kerja bosnya.Saat membuka pintu, Dipta disambut hangat oleh Regan. “Selamat datang calon besan.”“Cih! Tumben seluruh karyawan belum pada balik?” tanya Dipta sambil melihat arloji miliknya yang sudah melewati jam kerja kantor.“Lagi pada lembur semua. Biasa kejar target.”“Dasar! Sudah kaya juga, masih mau kejar apalagi, hm!?” sindir Dipta halus, dan langsung duduk di sofa hitam yang terletak di depan meja kerja milik Regan.“Karena untuk menikahi putri dari seorang Reynand Pradipta Kertakusuma Itu membutuhkan biaya yang mahal,” balas Regan sambil terkekeh kecil yang membuat
Alle menurut untuk duduk di samping Raffa. Jujur saja hati Alle sangat deg-degan tak karuan. Kedua telapak tangan miliknya bahkan terasa sampai dingin.Alle tidak pernah menyangka kalau kehidupannya akan seperti ini. Nikah muda. Ingin menolak pun rasanya sudah terlambat. Yang hanya bisa Alle lakukan diam pasrah menurut.“Papa mau ngomong sama kamu, Alletheia, mulai nanti setelah kamu resmi menjadi istri dari Abbi, Papa minta kamu selalu menurut apa yang dibilang Abbi, ya. Selalu menjaga diri dan menjadi pakaian untuk Abbi. Secapek apapun kamu nanti harus tetap siap melayani Abbi,” ucap Dipta memberikan wejangan kepada putrinya.Alle tidak langsung menjawab karena ini benar-benar dadakan. Ia belum siap mental. Entahlah ia bakalan bisa atau tidak hidup bersama dengan Raffasya ini.“Om titip Alle ya, Bi,” tambah Dipta kepada Raffasya, dan diangguki oleh cowok itu tanpa ragu sedikit pun.Kini acara untuk melakukan ijab qobul pun segera dilakukan. Dipta dan Raffasya saling berjabat tangan
Melihat air muka dari Raffa barusan membuat Alle sedikit takut untuk membantah. Alhasil gadis itu menurut untuk menunggu di dalam kamar rawat inap sampai Raffa menyelesaikan semua administrasinya.Tak membutuhkan waktu lama, Raffa kembali dan mengajak Alle untuk segera pulang ke apartemennya.“Maksud kamu apa kita tinggal bersama di apartemen?” tanya Alle saat sudah di perjalanan menuju ke apartemen milik Raffa.“Ya, kita sudah suami istri jadi harus tinggal bersama. Kalau sendiri-sendiri aneh sekali rasanya,” jawab Raffa diplomatis.“Tapi kalau mau sendiri-sendiri dulu juga gapapa kok. Lagian kita juga masih harus fokus buat ujian, ‘kan?”“Kalau sendiri-sendiri nanti kedua orang tua kita yang bakalan ribet.”Benar juga apa yang dikatakan oleh Raffa. Alle pun akhirnya setuju untuk tinggal bersama di apartemen suaminya.“Tapi baju-bajuku masih di rumah sama buku-buku semuanya,” ujar Alle yang membuat Raffa paham.“Kalau gitu kita mampir ke rumah sebentar buat ambil barang-barang kamu.
Kaget apa yang dilakukan Raffa membuat Alle ngefreeze beberapa saat, hingga membuatnya tersadar ketika bibir bawahnya tengah dilumat kencang oleh Raffa yang kini berada di atas tubuhnya.Ingin protes agar Raffa menghentikan aksinya pun membuat Alle merasa terhipnotis sendiri. Alle bahkan seakan menurut apa yang Raffa perintahkan saat ini.“Buka mulutnya,” perintah Raffa seduktif.Seperti anjing yang menurut pada tuannya, Alle langsung membuka mulut hingga bibir Raffa langsung kembali mencium, melumat, bahkan menghisap dengan lembut.Jika awalnya Alle hanya diam saja dan merasa kebingungan karena ini pertama kali bagi gadis itu. Namun, lama-lama nalurinya mulai bergejolak hingga tanpa sadar Alle membalas ciuman dari Raffa.Keduanya seakan menemukan hal baru untuk dinikmati secara bersama. Tanpa disadari Alle mulai mengeluarkan suara erangannya ketika tangan Raffa tanpa sadar sudah bergerilya mengelus lembut bagian punggung milik
Alle yang mendadak khawatir jika Raffa macam-macam kini langsung berjalan ingin keluar dari kamar hotel, namun dicegah oleh para teman-temannya.“Mau ke mana?”“Mau ke kamar sebelah.”“Jangan lah, itukan acaranya Raffa sama teman-temannya. Kita di sini aja seneng-seneng.”“Tapi kalau dia macam-macam gimana, Nin!?”“Iya gapapa dong? Itung-itung kasih free sehari apa salahnya.”“Gila lo semua!”Alle tetap keukeh ingin keluar dan mengecek kamar sebelahnya. Saat digedor-gedor dan dibuka oleh petugas hotel, Alle terkejut ketika di dalam kamar tidak ada siapa-siapa.Justru Alle merasa heran ketika kamar yang dimasuki justru memiliki konsep seperti film Disney. Alle berpikir kalau Nindi salah memberitahukan nomor kamar acara Raffa.Tak lama Nindi dan teman-temannya keluar. Mereka bahkan sudah berganti kostum yang membuat Alle merasa hampir gila sekarang.“Jadi … ini semua kerjaan kalian?” tanya Alle tidak percaya harus terkena jahilan mereka bertubi-tubi meski di dalam hati sangat senang lua
Melihat model gaun yang dipilih oleh Alle membuat Raffa langsung mendelik kaget. Yang benar saja? Bisa-bisanya Alle memilih model yang memiliki belahan panjang dari ujung kaki sampai paha. Ditambah bagian dada yang terbuka. Tentu saja Raffa tidak setuju dan tidak akan memberi kesempatan untuk para mata buaya darat melihat keindahan tubuh istrinya.“Aku nggak setuju!” tolak Raffa tegas.“Lha, kenapa? Bukannya bagus dan seksi?”“Kamu mau sengaja pamer paha sama payudara?” skakmat Raffa yang membuat Alle langsung terdiam. Niat Alle bukan seperti itu, tapi agar terlihat seksi saja. “Pilih yang kalem aja,” lanjut Raffa memberikan sarannya.“Yaudah kamu pilih sendiri aja. Aku bingung semuanya bagus-bagus.”Alle memberikan semua majalah ke arah Raffa. Membiarkan Raffa memilihkan gaun yang pas dan cocok untuknya. Lagian Alle bingung jika harus untuk memilih seperti ini.Pada akhirnya Raffa yang memilihkan gaun untuk Alle pakai di acara resepsi nanti. Tentu saja pilihan Raffa jatuh pada dress
Setelah acara kelulusan dua hari yang lalu, kini Raffa dan Alle sibuk mempersiapkan diri untuk resepsi pernikahannya. Alle bahkan meminta ijab qobul diulang saat acara resepsi nanti. Alle ingin foto buku nikah sekaligus agar orang-orang tahu kalau mereka menikah resmi.Dan, saat ini mereka berdua telah sampai di butik yang akan mendesain baju pengantin mereka nanti. Sebelum keluar mobil, Raffa mengambil kaca mata hitamnya terlebih dahulu di dalam dashboar dan segera memakainya yang justru semakin menambah akan pesona kadar kegantengannya.Lain hal dengan Alle yang mendecih sebal melihat penampilan Raffa. Bagi Alle sendiri, kalau Raffa terlalu tampan justru membuatnya khawatir karena akan banyak buaya betina untuk menggoda suaminya ini.“Kalau mau memuji nggak usah malu-malu,” celetuk Raffa meledek Alle yang saat ini menatapnya dengan sangat serius. “Percaya kok kalau aku ganteng,” lanjutnya penuh percaya diri.“Cih! Dasar kepedean! Padahal mirip tukang urut!”Beginilah kehidupan Raffa
Selesai hangout bersama Nindi, Alle pamit pulang tanpa menunggu Raffa menjemput terlebih dahulu.Setiba di rumah, Alle selalu melihat pemandangan di mana para adik-adiknya berkumpul dan berantem.“Kak, minta duit dong!” Januar menadahkan tangan di depan Alle, meminta uang untuk top up game.“Buat apaan?”“Beli jajan di mini market depan,” kilah Januar berbohong.Alle yang memang gampang percaya tentu saja memberikan uang dua lembar warna merah. Januar yang sehabis diberi uang langsung kabur pergi dari rumah.Awalnya tadi seperti biasa, lagi berantem sama Oky. Entah rebutan apa mereka berdua. Alle yang sehabis perawatan berjalan menuju ke arah kamar Yupi, ingin mengobrol dengan adiknya yang satu itu.Tok! Tok!“Masuk aja nggak dikunci!” seru dari dalam kamar yang membuat Alle langsung menekan handle pintu dan mendorong ke dalam.Cklek!“Eh, Kak Alle, sini Kak,” ujar Yupi yang menepuk ranjang di sampingnya, menandakan untuk Alle duduk di sana.Ketika Alle sudah duduk, bisa ia lihat kala
Baik Alle maupun Raffa sama-sama kaget mendengar suara cempreng dari Januar yang mirip dengan toa. Apalagi bocil itu tengah berlari-lari sambil teriak ‘Kak Alle ciuman’ dan hal ini membuat Alle sangat malu.Kesal memiliki adik seperti itu membuat Alle gregetan sendiri pengin masukin karung. Namun, melihat Raffa yang tampak santai membuat Alle heran.“Kenapa kamu nggak kesal, Bee?” tanya Alle menatap Raffa yang masih sibuk menikmati teh jahe buatan Alle.“Ngapain kesal sama anak kecil? Buang-buang tenaga aja. Biarkan aja Januar begitu,” lerai Raffa yang terkesan lebih membela Januar dibanding Alle.“Kamu kenapa jadi belain dia!?” sungut Alle semakin kesal.“Aku nggak belain, Sayang, hanya memaklumi tingkahnya yang memang lagi begitu. Nanti juga ada fase-nya dia bakalan nalar dan mengerti kok.” Raffa berkata sangat lembut hingga membuat Alle semakin tidak bisa berkutik untuk marah-marah.“Iya, sih, tapi ngeselin banget mulutnya kayak toa! Bikin heboh pagi-pagi begini.”Raffa yang paham
Pagi ini jika biasanya Alle akan sibuk dan heboh soal urusan sekolahnya, kali ini cewek itu jauh lebih santai. Lebih bisa menikmati hidup dan peran barunya sebagai istri. Terbukti dengan Alle bangun pagi-pagi hanya untuk menyiapkan pakaian milik Raffa yang akan digunakan pergi ke kantor Papa Regan.Katanya Raffa akan mengisi waktu luangnya dengan bekerja magang di kantor orang tuanya sendiri. Sebagai istri, Alle hanya bisa mendukung jika itu memang yang terbaik.Alle juga sudah berkutat di dapur hanya untuk memasak menu sarapan untuk Raffa. Alle ingin mencoba memasak menu berat untuk Raffa. Biar kalau sarapan jangan roti oles selai terus. Kasihan suaminya akan bosan jika seperti itu.“Lho, Non Alle masak apa?” tanya asisten rumah tangga yang kaget melihat anak majikannya pagi-pagi sudah berada di depan kompor. Pemandangan yang sangat langka.“Sayur sup, Bi. Buat Raffa sarapan nanti,” jawab Alle sambil mesam-mesem sendiri.“Owalah gitu toh, Non. Kekuatan cinta emang luar biasa sekali y
Setiba di Indonesia, pasangan muda itu disambut sangat meriah dan penuh kasih oleh kedua keluarga yang memiliki pengaruh besar di negara itu.Alle yang kangen dengan Mamanya langsung memeluk Kaira sambil menangis bahagia. Ternyata hidup jauh membuatnya sadar akan pentingnya peran seorang Ibu yang selalu memperhatikan dirinya setiap waktu.Meski terkesan cerewet tapi saat jauh selalu membuat kangen. Alle bahkan masa bodoh ketika menjadi pusat perhatian dari adik-adiknya karena sudah besar masih suka menangis seperti ini.“Kangen,” ucap Alle sambil menatap wajah Kaira yang ikut berkaca-kaca, namun Alle tahu betul kalau Mamanya sedang menahan diri untuk tidak menangis.“Mama juga kangen sama kamu,” balas Kaira sambil mengusap lembut pipi anaknya. Meski sudah menikah, tetap saja di mata Kaira dan Dipta, Alle tetap menjadi putri kecilnya.Alle tersenyum manis ketika Dipta tak mau kalah ingin meminta pelukan darinya. Perhatian Alle pun kini berpindah ke cinta pertamanya, Papa Dipta.Cukup l
“Serius kamu tanya ini?” Raffa tidak percaya kalau Alle bakalan menanyakan hal ini kepadanya. Kalau Raffa tidak normal, mana mungkin minta nambah berkali-kali. Alle ada-ada aja!“Iyakan teman-teman kamu aja gitu semua,” jawab Alle dengan wajah tanpa dosanya. Mukanya benar-benar gemesin sekaligus ngeselin pengin masukin karung.Raffa yang mendapat pertanyaan itu justru merasa bingung sendiri saat ingin menjawab. Yang dilakukan Raffa hanya menggaruk-garuk pelipisnya yang tidak gatal sama sekali.Sampai akhirnya Raffa mengajak Alle untuk benar-benar pergi dari ruang itu. Sebelumnya Raffa berpamitan kepada Noah dan teman-temannya terlebih dahulu.Ketika sudah berada di area parkiran, Raffa kembali menatap Alle yang masih saja menunggu jawabannya.“Gini All, kalau aku nggak normal sudah pasti nggak nafsu sama kamu. Ini lihat kamu begini aja bawaan pengen ajak ke atas ranjang. Ngadon anak tiap waktu. Masa kamu masih berpikiran kalau aku nggak normal, sih!?” jelas Raffa panjang lebar karena
Malam ini Raffa membawa Alle pergi ke salah satu klub malam ternama di kota tersebut. Alle yang baru mengetahui tujuannya ke tempat dugem, langsung ngamuk dan memukuli Raffa ketika baru sampai parkiran.“Tau gini aku nggak mau ikut!” amuk Alle kesal.“Katanya mau lihat Noah udah punya pacar apa belum? Di tempat ini kamu bisa melihat dia secara langsung.”Alle diam tak memberikan komentar ataupun reaksi apapun. Hatinya terlalu kesal kepada Raffa yang tidak mau langsung menjawab pertanyaannya malah justru membawanya ke tempat clubbing seperti ini.“Ayo,” ajak Raffa yang saat ini sudah turun terlebih dahulu dari dalam mobil. “Mau di dalam mobil terus?” lanjutnya menyindir Alle ketika masih saja duduk anteng di kursi penumpang.Sambil menggerutu, Alle mulai membuka pintu mobil dan turun dengan kondisi tubuhnya yang sudah lesu duluan.Seumur hidupnya, Alle tidak pernah datang ke tempat seperti ini. Hidupnya lurus-lurus saja meski sering mendengar beberapa cerita dari teman-teman kelasnya y