“Kamu serius mau bolos?” tanya Tian memastikan sekali lagi kepada Alle yang saat ini meminta untuk tak sampai ke sekolah karena pikirannya sudah sangat kacau hingga percuma jika menerima pelajaran tidak akan masuk ke dalam otaknya.Alle mengangguk sebagai jawaban. Alhasil mereka berdua pergi ke salah satu danau untuk menikmati hari-hari indah bagi Tian. Setelah sampai di danau, Alle justru diam merenung menatap ke arah air yang tenang. Hal ini membuat Tian tidak suka. Apalagi diabaikan seperti ini. “All.” Alle tetap diam menatap ke arah danau dengan pikiran yang berkecambuk ke mana-mana. “Alle!” Alle benar-benar tidak peduli seruan dari Tian. Hingga terus melamun sampai membuat Tian emosi sendiri. “Alletheia!” bentak Tian sambil mencengkeram kedua lengan atas milik Alle supaya menghadap ke arahnya. “Aku nggak suka diabaikan.” Alle yang sudah menghadap ke arah Tian hanya diam saja. Hal ini semakin memicu jiwa temperamental milik Tian semakin keluar. “Kamu kenapa!? Kalau ada mas
Mendengar suara teriakan dari istrinya membuat Dipta buru-buru datang ke arah sumber suara. Saat sampai di lokasi, kakinya langsung lemas melihat kondisi putrinya yang tampak lemah tak berdaya seperti itu.Buru-buru Dipta membopong tubuh milik Alle keluar dari area kamar belakang menuju ke arah parkiran mobil.“Pak, siapin mobil cepet!” teriak Dipta yang terlihat begitu panik. Kaira bahkan ikut berlari di belakang tubuh suaminya sambil terus menangis tiada henti.Sedangkan Yupi yang melihat dari arah jendela kamarnya, merasa kaget sendiri ketika tubuh kakak tertuanya tampak lemas di dalam gendongan sang Papa.Ada rasa khawatir juga cemas dalam hatinya, namun jika mengingat bagaimana Tian memperlakukannya semenjak pacaran dengan Kak Alle membuat Yupi merasa sakit hati luar biasa.Terlebih yang merebut kekasihnya bukan orang lain melainkan kakak kandungnya sendiri. Apalagi Kak Alle juga tahu kalau Yupi sangat mencintai Tian, tapi teganya direbut.Lain hal dengan Dipta yang tengah memelu
Tiba di kantor milik Regan, Dipta disambut baik oleh seluruh karyawan calon besannya itu. Bahkan resepsionis yang sudah sangat paham Dipta langsung mempersilakan masuk ke dalam lift khusus karena sebelumnya Dipta sudah memberitahukan jika calon besannya akan datang.Sampai di lantai tujuan, Dipta berjalan menuju ke ruang khusus CEO. Sekretaris Regan pun sama ramahnya mempersilakan Dipta untuk masuk ke dalam ruang kerja bosnya.Saat membuka pintu, Dipta disambut hangat oleh Regan. “Selamat datang calon besan.”“Cih! Tumben seluruh karyawan belum pada balik?” tanya Dipta sambil melihat arloji miliknya yang sudah melewati jam kerja kantor.“Lagi pada lembur semua. Biasa kejar target.”“Dasar! Sudah kaya juga, masih mau kejar apalagi, hm!?” sindir Dipta halus, dan langsung duduk di sofa hitam yang terletak di depan meja kerja milik Regan.“Karena untuk menikahi putri dari seorang Reynand Pradipta Kertakusuma Itu membutuhkan biaya yang mahal,” balas Regan sambil terkekeh kecil yang membuat
Alle menurut untuk duduk di samping Raffa. Jujur saja hati Alle sangat deg-degan tak karuan. Kedua telapak tangan miliknya bahkan terasa sampai dingin.Alle tidak pernah menyangka kalau kehidupannya akan seperti ini. Nikah muda. Ingin menolak pun rasanya sudah terlambat. Yang hanya bisa Alle lakukan diam pasrah menurut.“Papa mau ngomong sama kamu, Alletheia, mulai nanti setelah kamu resmi menjadi istri dari Abbi, Papa minta kamu selalu menurut apa yang dibilang Abbi, ya. Selalu menjaga diri dan menjadi pakaian untuk Abbi. Secapek apapun kamu nanti harus tetap siap melayani Abbi,” ucap Dipta memberikan wejangan kepada putrinya.Alle tidak langsung menjawab karena ini benar-benar dadakan. Ia belum siap mental. Entahlah ia bakalan bisa atau tidak hidup bersama dengan Raffasya ini.“Om titip Alle ya, Bi,” tambah Dipta kepada Raffasya, dan diangguki oleh cowok itu tanpa ragu sedikit pun.Kini acara untuk melakukan ijab qobul pun segera dilakukan. Dipta dan Raffasya saling berjabat tangan
Melihat air muka dari Raffa barusan membuat Alle sedikit takut untuk membantah. Alhasil gadis itu menurut untuk menunggu di dalam kamar rawat inap sampai Raffa menyelesaikan semua administrasinya.Tak membutuhkan waktu lama, Raffa kembali dan mengajak Alle untuk segera pulang ke apartemennya.“Maksud kamu apa kita tinggal bersama di apartemen?” tanya Alle saat sudah di perjalanan menuju ke apartemen milik Raffa.“Ya, kita sudah suami istri jadi harus tinggal bersama. Kalau sendiri-sendiri aneh sekali rasanya,” jawab Raffa diplomatis.“Tapi kalau mau sendiri-sendiri dulu juga gapapa kok. Lagian kita juga masih harus fokus buat ujian, ‘kan?”“Kalau sendiri-sendiri nanti kedua orang tua kita yang bakalan ribet.”Benar juga apa yang dikatakan oleh Raffa. Alle pun akhirnya setuju untuk tinggal bersama di apartemen suaminya.“Tapi baju-bajuku masih di rumah sama buku-buku semuanya,” ujar Alle yang membuat Raffa paham.“Kalau gitu kita mampir ke rumah sebentar buat ambil barang-barang kamu.
Kaget apa yang dilakukan Raffa membuat Alle ngefreeze beberapa saat, hingga membuatnya tersadar ketika bibir bawahnya tengah dilumat kencang oleh Raffa yang kini berada di atas tubuhnya.Ingin protes agar Raffa menghentikan aksinya pun membuat Alle merasa terhipnotis sendiri. Alle bahkan seakan menurut apa yang Raffa perintahkan saat ini.“Buka mulutnya,” perintah Raffa seduktif.Seperti anjing yang menurut pada tuannya, Alle langsung membuka mulut hingga bibir Raffa langsung kembali mencium, melumat, bahkan menghisap dengan lembut.Jika awalnya Alle hanya diam saja dan merasa kebingungan karena ini pertama kali bagi gadis itu. Namun, lama-lama nalurinya mulai bergejolak hingga tanpa sadar Alle membalas ciuman dari Raffa.Keduanya seakan menemukan hal baru untuk dinikmati secara bersama. Tanpa disadari Alle mulai mengeluarkan suara erangannya ketika tangan Raffa tanpa sadar sudah bergerilya mengelus lembut bagian punggung milik
Raffa yang mendapat amanat dari kedua orang tua Alle kini buru-buru pergi ke kelas cewek itu. Apalagi Tante Kaira menyuruh Alle dan Raffa pulang ke rumah setelah sekolah nanti karena mau membahas pesta ulang tahun pernikahan.“All, ikut keluar sebentar,” ajak Raffa yang tampak tidak memedulikan pandangan seluruh teman kelas dari Alle.Nindi yang duduk di sebelah Alle merasa syok ketika melihat secara langsung bagaimana Raffa berinteraksi dengan Alle.Selama ini Nindi hanya mendengar dari gosip tetangga saja. Tidak pernah melihat secara langsung seperti ini.“Ekhem! Cie … sono lo pergi,” usir Nindi sambil mendorong tubuh Alle dengan bahunya.Namun, baru ingin berdiri dari tempat duduknya. Semua terkejut kala mendengar gebrakan meja dari arah bangku milik Tian.“Heh! Ngapain lo cupu ke sini!” Tian berjalan menuju ke arah kursi Alle.Melihat tatapan tajam dari Tian membuat alarm bahaya dalam tub
Acara makan sore yang diselingi membahas pesta ulang tahun pernikahan yang ke 20 itu, Kaira mendadak menginginkan dilakukan di Puncak, Bogor.Hal ini membuat para anak-anaknya kembali berpikir ulang untuk membuatkan pesta kejutannya. Sepertinya konsep kejutan yang akan diberikan akan diubah saja menjadi sebuah hadiah berharga.“Kenapa harus di Puncak, Ma?” tanya Oky penasaran. Gadis tomboy itu tetap sibuk menyuapkan makanannya ke dalam mulut meski sudah sering diingatkan oleh Kaira jika ingin berbicara harus dikosongkan terlebih dahulu dalam mulutnya.“Mama pengin yang sejuk gitu. Kalau di rumah atau ballroom hotel rasanya sudah biasa. Mama juga pengen ngundang tamunya dikit aja, tapi Papa kamu keukeh ingin ngundang banyak orang!” jawab Kaira sedikit merajuk karena keinginannya kurang disetujui oleh sang suami.“Kalau sedikit tamu undangan nanti kurang rame acaranya, Sayang,” balas Dipta yang selalu lembut kepada Kaira. Hal ini membuat para anak-anaknya sering baper sendiri melihat ke