Tiba di kantor milik Regan, Dipta disambut baik oleh seluruh karyawan calon besannya itu. Bahkan resepsionis yang sudah sangat paham Dipta langsung mempersilakan masuk ke dalam lift khusus karena sebelumnya Dipta sudah memberitahukan jika calon besannya akan datang.Sampai di lantai tujuan, Dipta berjalan menuju ke ruang khusus CEO. Sekretaris Regan pun sama ramahnya mempersilakan Dipta untuk masuk ke dalam ruang kerja bosnya.Saat membuka pintu, Dipta disambut hangat oleh Regan. “Selamat datang calon besan.”“Cih! Tumben seluruh karyawan belum pada balik?” tanya Dipta sambil melihat arloji miliknya yang sudah melewati jam kerja kantor.“Lagi pada lembur semua. Biasa kejar target.”“Dasar! Sudah kaya juga, masih mau kejar apalagi, hm!?” sindir Dipta halus, dan langsung duduk di sofa hitam yang terletak di depan meja kerja milik Regan.“Karena untuk menikahi putri dari seorang Reynand Pradipta Kertakusuma Itu membutuhkan biaya yang mahal,” balas Regan sambil terkekeh kecil yang membuat
Alle menurut untuk duduk di samping Raffa. Jujur saja hati Alle sangat deg-degan tak karuan. Kedua telapak tangan miliknya bahkan terasa sampai dingin.Alle tidak pernah menyangka kalau kehidupannya akan seperti ini. Nikah muda. Ingin menolak pun rasanya sudah terlambat. Yang hanya bisa Alle lakukan diam pasrah menurut.“Papa mau ngomong sama kamu, Alletheia, mulai nanti setelah kamu resmi menjadi istri dari Abbi, Papa minta kamu selalu menurut apa yang dibilang Abbi, ya. Selalu menjaga diri dan menjadi pakaian untuk Abbi. Secapek apapun kamu nanti harus tetap siap melayani Abbi,” ucap Dipta memberikan wejangan kepada putrinya.Alle tidak langsung menjawab karena ini benar-benar dadakan. Ia belum siap mental. Entahlah ia bakalan bisa atau tidak hidup bersama dengan Raffasya ini.“Om titip Alle ya, Bi,” tambah Dipta kepada Raffasya, dan diangguki oleh cowok itu tanpa ragu sedikit pun.Kini acara untuk melakukan ijab qobul pun segera dilakukan. Dipta dan Raffasya saling berjabat tangan
Melihat air muka dari Raffa barusan membuat Alle sedikit takut untuk membantah. Alhasil gadis itu menurut untuk menunggu di dalam kamar rawat inap sampai Raffa menyelesaikan semua administrasinya.Tak membutuhkan waktu lama, Raffa kembali dan mengajak Alle untuk segera pulang ke apartemennya.“Maksud kamu apa kita tinggal bersama di apartemen?” tanya Alle saat sudah di perjalanan menuju ke apartemen milik Raffa.“Ya, kita sudah suami istri jadi harus tinggal bersama. Kalau sendiri-sendiri aneh sekali rasanya,” jawab Raffa diplomatis.“Tapi kalau mau sendiri-sendiri dulu juga gapapa kok. Lagian kita juga masih harus fokus buat ujian, ‘kan?”“Kalau sendiri-sendiri nanti kedua orang tua kita yang bakalan ribet.”Benar juga apa yang dikatakan oleh Raffa. Alle pun akhirnya setuju untuk tinggal bersama di apartemen suaminya.“Tapi baju-bajuku masih di rumah sama buku-buku semuanya,” ujar Alle yang membuat Raffa paham.“Kalau gitu kita mampir ke rumah sebentar buat ambil barang-barang kamu.
Kaget apa yang dilakukan Raffa membuat Alle ngefreeze beberapa saat, hingga membuatnya tersadar ketika bibir bawahnya tengah dilumat kencang oleh Raffa yang kini berada di atas tubuhnya.Ingin protes agar Raffa menghentikan aksinya pun membuat Alle merasa terhipnotis sendiri. Alle bahkan seakan menurut apa yang Raffa perintahkan saat ini.“Buka mulutnya,” perintah Raffa seduktif.Seperti anjing yang menurut pada tuannya, Alle langsung membuka mulut hingga bibir Raffa langsung kembali mencium, melumat, bahkan menghisap dengan lembut.Jika awalnya Alle hanya diam saja dan merasa kebingungan karena ini pertama kali bagi gadis itu. Namun, lama-lama nalurinya mulai bergejolak hingga tanpa sadar Alle membalas ciuman dari Raffa.Keduanya seakan menemukan hal baru untuk dinikmati secara bersama. Tanpa disadari Alle mulai mengeluarkan suara erangannya ketika tangan Raffa tanpa sadar sudah bergerilya mengelus lembut bagian punggung milik
Raffa yang mendapat amanat dari kedua orang tua Alle kini buru-buru pergi ke kelas cewek itu. Apalagi Tante Kaira menyuruh Alle dan Raffa pulang ke rumah setelah sekolah nanti karena mau membahas pesta ulang tahun pernikahan.“All, ikut keluar sebentar,” ajak Raffa yang tampak tidak memedulikan pandangan seluruh teman kelas dari Alle.Nindi yang duduk di sebelah Alle merasa syok ketika melihat secara langsung bagaimana Raffa berinteraksi dengan Alle.Selama ini Nindi hanya mendengar dari gosip tetangga saja. Tidak pernah melihat secara langsung seperti ini.“Ekhem! Cie … sono lo pergi,” usir Nindi sambil mendorong tubuh Alle dengan bahunya.Namun, baru ingin berdiri dari tempat duduknya. Semua terkejut kala mendengar gebrakan meja dari arah bangku milik Tian.“Heh! Ngapain lo cupu ke sini!” Tian berjalan menuju ke arah kursi Alle.Melihat tatapan tajam dari Tian membuat alarm bahaya dalam tub
Acara makan sore yang diselingi membahas pesta ulang tahun pernikahan yang ke 20 itu, Kaira mendadak menginginkan dilakukan di Puncak, Bogor.Hal ini membuat para anak-anaknya kembali berpikir ulang untuk membuatkan pesta kejutannya. Sepertinya konsep kejutan yang akan diberikan akan diubah saja menjadi sebuah hadiah berharga.“Kenapa harus di Puncak, Ma?” tanya Oky penasaran. Gadis tomboy itu tetap sibuk menyuapkan makanannya ke dalam mulut meski sudah sering diingatkan oleh Kaira jika ingin berbicara harus dikosongkan terlebih dahulu dalam mulutnya.“Mama pengin yang sejuk gitu. Kalau di rumah atau ballroom hotel rasanya sudah biasa. Mama juga pengen ngundang tamunya dikit aja, tapi Papa kamu keukeh ingin ngundang banyak orang!” jawab Kaira sedikit merajuk karena keinginannya kurang disetujui oleh sang suami.“Kalau sedikit tamu undangan nanti kurang rame acaranya, Sayang,” balas Dipta yang selalu lembut kepada Kaira. Hal ini membuat para anak-anaknya sering baper sendiri melihat ke
Tanpa disadari, air mata Alle ternyata keluar membasahi pipinya, namun buru-buru gadis itu usap dengan kasar agar tidak ketahuan oleh Raffa.Alle melangkah keluar dari dalam lift dengan tubuh yang terasa sangat lemas mendadak. Akan tetapi Alle tidak mau menunjukkan rasa kecewanya.Tiba di dalam apartemen, Alle melihat Raffa yang sudah tertidur di atas sofa. Mengingat hanya ada satu kamar saja yang bisa digunakan, terpaksa Alle masuk ke dalam kamar cowok itu.Di dalam kamar pun Alle merasa sulit untuk tidur. Kalimat bahkan kata-kata dari Raffa berhasil membuatnya kepikiran.“Raffa lagi kenapa, sih?” tanya Alle kepada dirinya sendiri. “Apa ada ucapan Papa atau Mama yang membuatnya sakit hati? Kenapa dia mendadak berubah jadi begitu?” lanjutnya terus menduga-duga tentang apa yang terjadi kepada laki-laki yang saat ini berhasil memenuhi sebagian otaknya.Tak bisa tidur membuat Alle justru mengantuk ketika waktu sudah semakin siang. Alle ingin sekali tidur, namun melihat waktu yang sudah m
Setelah selesai diobati, Alle disuruh oleh Bu Sukma untuk istirahat. Dia diperbolehkan mengikuti pelajaran setelah jam istirahat selesai.Mendengar bunyi bel masuk, Alle buru-buru berjalan keluar dari ruang kesehatan, hingga membuat petugas kesehatan yang tengah berjaga merasa kaget sendiri dengan gerakan cepat dari Alle.‘Dasar anak muda,’ batin petugas kesehatan itu sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan dari Alle yang disuruh istirahat malah terlihat sangat resah.Saat masuk ke dalam kelas, Nindi, teman sebangku Alle menjerit kaget ketika sahabatnya itu tampak mengenaskan.“All! Jidad lo kenapa!?” teriak Nindi kencang hingga semua penghuni kelas langsung menatap ke arah Alle yang masih berdiri di dekat pintu masuk.“Kecelakaan,” jawab Alle santai, bahkan menatap Nindi dengan malas karena menurutnya sangat begitu hiperbola.“Oh em ji!” seru Nindi tak habis pikir dengan s