Kaget apa yang dilakukan Raffa membuat Alle ngefreeze beberapa saat, hingga membuatnya tersadar ketika bibir bawahnya tengah dilumat kencang oleh Raffa yang kini berada di atas tubuhnya.
Ingin protes agar Raffa menghentikan aksinya pun membuat Alle merasa terhipnotis sendiri. Alle bahkan seakan menurut apa yang Raffa perintahkan saat ini.
“Buka mulutnya,” perintah Raffa seduktif.
Seperti anjing yang menurut pada tuannya, Alle langsung membuka mulut hingga bibir Raffa langsung kembali mencium, melumat, bahkan menghisap dengan lembut.
Jika awalnya Alle hanya diam saja dan merasa kebingungan karena ini pertama kali bagi gadis itu. Namun, lama-lama nalurinya mulai bergejolak hingga tanpa sadar Alle membalas ciuman dari Raffa.
Keduanya seakan menemukan hal baru untuk dinikmati secara bersama. Tanpa disadari Alle mulai mengeluarkan suara erangannya ketika tangan Raffa tanpa sadar sudah bergerilya mengelus lembut bagian punggung milik
Raffa yang mendapat amanat dari kedua orang tua Alle kini buru-buru pergi ke kelas cewek itu. Apalagi Tante Kaira menyuruh Alle dan Raffa pulang ke rumah setelah sekolah nanti karena mau membahas pesta ulang tahun pernikahan.“All, ikut keluar sebentar,” ajak Raffa yang tampak tidak memedulikan pandangan seluruh teman kelas dari Alle.Nindi yang duduk di sebelah Alle merasa syok ketika melihat secara langsung bagaimana Raffa berinteraksi dengan Alle.Selama ini Nindi hanya mendengar dari gosip tetangga saja. Tidak pernah melihat secara langsung seperti ini.“Ekhem! Cie … sono lo pergi,” usir Nindi sambil mendorong tubuh Alle dengan bahunya.Namun, baru ingin berdiri dari tempat duduknya. Semua terkejut kala mendengar gebrakan meja dari arah bangku milik Tian.“Heh! Ngapain lo cupu ke sini!” Tian berjalan menuju ke arah kursi Alle.Melihat tatapan tajam dari Tian membuat alarm bahaya dalam tub
Acara makan sore yang diselingi membahas pesta ulang tahun pernikahan yang ke 20 itu, Kaira mendadak menginginkan dilakukan di Puncak, Bogor.Hal ini membuat para anak-anaknya kembali berpikir ulang untuk membuatkan pesta kejutannya. Sepertinya konsep kejutan yang akan diberikan akan diubah saja menjadi sebuah hadiah berharga.“Kenapa harus di Puncak, Ma?” tanya Oky penasaran. Gadis tomboy itu tetap sibuk menyuapkan makanannya ke dalam mulut meski sudah sering diingatkan oleh Kaira jika ingin berbicara harus dikosongkan terlebih dahulu dalam mulutnya.“Mama pengin yang sejuk gitu. Kalau di rumah atau ballroom hotel rasanya sudah biasa. Mama juga pengen ngundang tamunya dikit aja, tapi Papa kamu keukeh ingin ngundang banyak orang!” jawab Kaira sedikit merajuk karena keinginannya kurang disetujui oleh sang suami.“Kalau sedikit tamu undangan nanti kurang rame acaranya, Sayang,” balas Dipta yang selalu lembut kepada Kaira. Hal ini membuat para anak-anaknya sering baper sendiri melihat ke
Tanpa disadari, air mata Alle ternyata keluar membasahi pipinya, namun buru-buru gadis itu usap dengan kasar agar tidak ketahuan oleh Raffa.Alle melangkah keluar dari dalam lift dengan tubuh yang terasa sangat lemas mendadak. Akan tetapi Alle tidak mau menunjukkan rasa kecewanya.Tiba di dalam apartemen, Alle melihat Raffa yang sudah tertidur di atas sofa. Mengingat hanya ada satu kamar saja yang bisa digunakan, terpaksa Alle masuk ke dalam kamar cowok itu.Di dalam kamar pun Alle merasa sulit untuk tidur. Kalimat bahkan kata-kata dari Raffa berhasil membuatnya kepikiran.“Raffa lagi kenapa, sih?” tanya Alle kepada dirinya sendiri. “Apa ada ucapan Papa atau Mama yang membuatnya sakit hati? Kenapa dia mendadak berubah jadi begitu?” lanjutnya terus menduga-duga tentang apa yang terjadi kepada laki-laki yang saat ini berhasil memenuhi sebagian otaknya.Tak bisa tidur membuat Alle justru mengantuk ketika waktu sudah semakin siang. Alle ingin sekali tidur, namun melihat waktu yang sudah m
Setelah selesai diobati, Alle disuruh oleh Bu Sukma untuk istirahat. Dia diperbolehkan mengikuti pelajaran setelah jam istirahat selesai.Mendengar bunyi bel masuk, Alle buru-buru berjalan keluar dari ruang kesehatan, hingga membuat petugas kesehatan yang tengah berjaga merasa kaget sendiri dengan gerakan cepat dari Alle.‘Dasar anak muda,’ batin petugas kesehatan itu sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan dari Alle yang disuruh istirahat malah terlihat sangat resah.Saat masuk ke dalam kelas, Nindi, teman sebangku Alle menjerit kaget ketika sahabatnya itu tampak mengenaskan.“All! Jidad lo kenapa!?” teriak Nindi kencang hingga semua penghuni kelas langsung menatap ke arah Alle yang masih berdiri di dekat pintu masuk.“Kecelakaan,” jawab Alle santai, bahkan menatap Nindi dengan malas karena menurutnya sangat begitu hiperbola.“Oh em ji!” seru Nindi tak habis pikir dengan s
Sore ini Alle pulang sendirian ke apartemen karena Raffa ternyata sudah lebih dulu pergi dari sekolahan.Saat sampai di apartemen, Raffa pun ternyata tidak ada di sana. Hal ini membuat Alle bingung. Kemana perginya cowok itu.Ingin menghubungi nomor Raffa, tapi Alle tidak memiliki nomor ponselnya. Terpaksa Alle menunggu cowok itu sambil belajar soal-soal yang diberikan oleh guru.Tok! Tok! Tok!“Kak Alle!”Mendengar suara yang tak asing di telinganya, membuat Alle membuka pintu dengan tatapan wajah malas.“Halo penganten baru, eh jidad lo kenapa!?” tanya Oky yang kini fokus melihat kening milik Alle yang lebam. “Gue bawain rujak nih siapa tahu lagi ngidam,” tambahnya sedikit meledek, namun semakin membuat Alle memutarkan kedua bola matanya jengah.Tanpa mempersilakan masuk pun, Oky sudah ikut berjalan masuk ke dalam sambil membawa dua kantong kresek besar yang berisi bahan masakan.Alle yang
“Lepas!” seru Raffa, mencoba melepaskan pelukan Alle di tubuhnya dengan kasar. Tapi Alle tampak enggan melepaskan pelukannya, malah tambah erat. “Jangan murahan jadi cewek, All!” lanjut Raffa memberikan kata penghinaan yang membuat Alle terkejut.Dihina seperti itu, Alle yang tadinya memeluk erat perlahan-lahan mengendur. Bahkan Raffa sampai menyingkirkan kedua tangan Alle untuk segera menjauh dari tubuhnya.“Kenapa kamu ngomong gitu, Raff? Emang salah aku apa sampai kamu tega menilai aku murahan!?” cecar Alle yang kini sudah mengeluarkan air matanya tanpa diminta.Raffa tampak tidak kasihan sama sekali melihat Alle yang sudah bercucuran air mata. Raffa justru mendecih kasar, bahkan sebelah bibirnya terangkat ke atas.“Nggak usah sok suci lah! Semua orang juga tau kali betapa murahannya lo!” hina Raffa lagi tanpa kasihan sedikit pun.Alle yang ingin membela diri pun memilih diam. Rasanya akan percuma
Raffa pun ikut berangkat cepat ketika menyadari kalau Alle sudah tidak ada di dalam apartemennya. Cowok itu bahkan tidak sempat sarapan melainkan buru-buru mengejar Alle.Namun, nampaknya Alle sudah mendapatkan taksi hingga Raffa sibuk mengejar dengan mobilnya.Saat sampai di sekolah, Raffa bertanya kepada sekuriti soal Alle, dan ternyata benar kalau cewek itu sudah sampai.Raffa mengecek ke dalam kelas Alle yang ternyata masih sepi bahkan tidak ada tas milik Alle. Raffa pergi ke kantin, dan melihat tas milik Alle yang tergeletak di salah satu meja kantin.Penasaran kemana perginya gadis itu, Raffa bertanya kepada salah satu pedagang kantin di mana Alle berada. Ternyata Alle pamit ke toilet hingga Raffa menyusul ke sana, namun telinganya mendengar suara ribut-ribut dari balik toilet cowok.Merasa tak asing mendengar suara itu, Raffa buru-buru masuk ke dalam toilet cowok yang ternyata ada Andre yang tengah menghina Alle.Entah kenapa hati Raf
Sepanjang lorong menuju ke arah kantin, Alle mesam-mesem sendiri mengingat kejadian di dalam ruang rahasia.Namun, ada rasa malu yang sangat luar biasa sekali karena dalam waktu singkat sudah melakukan tindakan yang memalukan sebanyak dua kali.Yang pertama bugil di depan Raffa, dan yang kedua malah merem di depan Raffa. Sudah pasti cowok itu tengah menertawakan tingkahnya yang konyol ini.“Bego lo, All! Bisa-bisanya tadi merem!” omel Alle kepada dirinya sendiri.Saat masuk ke area kantin, Alle terkejut saat tas miliknya justru tidak ada di sana. Alle pun bergegas lari untuk memastikan di mana tasnya berada.Sudah Alle cari di dalam kolong bangku dan meja pun ternyata tidak ada. Alhasil Alle bertanya kepada salah satu pedagang soal keberadaan tasnya.“Bu, lihat tas saya nggak? Tadi di atas meja itu. Tadi saya ketoilet,” ujar Alle, menunjukkan ekspresi sedihnya.“Tadi ada cowok yang ngambil, Neng. Ini jadi pesen bubur nggak?”Alle merasa galau dan tidak enak sendiri jika harus membatal