Raffa pun ikut berangkat cepat ketika menyadari kalau Alle sudah tidak ada di dalam apartemennya. Cowok itu bahkan tidak sempat sarapan melainkan buru-buru mengejar Alle.
Namun, nampaknya Alle sudah mendapatkan taksi hingga Raffa sibuk mengejar dengan mobilnya.
Saat sampai di sekolah, Raffa bertanya kepada sekuriti soal Alle, dan ternyata benar kalau cewek itu sudah sampai.
Raffa mengecek ke dalam kelas Alle yang ternyata masih sepi bahkan tidak ada tas milik Alle. Raffa pergi ke kantin, dan melihat tas milik Alle yang tergeletak di salah satu meja kantin.
Penasaran kemana perginya gadis itu, Raffa bertanya kepada salah satu pedagang kantin di mana Alle berada. Ternyata Alle pamit ke toilet hingga Raffa menyusul ke sana, namun telinganya mendengar suara ribut-ribut dari balik toilet cowok.
Merasa tak asing mendengar suara itu, Raffa buru-buru masuk ke dalam toilet cowok yang ternyata ada Andre yang tengah menghina Alle.
Entah kenapa hati Raf
Sepanjang lorong menuju ke arah kantin, Alle mesam-mesem sendiri mengingat kejadian di dalam ruang rahasia.Namun, ada rasa malu yang sangat luar biasa sekali karena dalam waktu singkat sudah melakukan tindakan yang memalukan sebanyak dua kali.Yang pertama bugil di depan Raffa, dan yang kedua malah merem di depan Raffa. Sudah pasti cowok itu tengah menertawakan tingkahnya yang konyol ini.“Bego lo, All! Bisa-bisanya tadi merem!” omel Alle kepada dirinya sendiri.Saat masuk ke area kantin, Alle terkejut saat tas miliknya justru tidak ada di sana. Alle pun bergegas lari untuk memastikan di mana tasnya berada.Sudah Alle cari di dalam kolong bangku dan meja pun ternyata tidak ada. Alhasil Alle bertanya kepada salah satu pedagang soal keberadaan tasnya.“Bu, lihat tas saya nggak? Tadi di atas meja itu. Tadi saya ketoilet,” ujar Alle, menunjukkan ekspresi sedihnya.“Tadi ada cowok yang ngambil, Neng. Ini jadi pesen bubur nggak?”Alle merasa galau dan tidak enak sendiri jika harus membatal
Setelah jam sekolah selesai, Alle buru-buru langsung pergi keluar kelas tanpa menghiraukan panggilan dari Tian.Sedangkan Nindi yang duduk di sampingnya mengerut bingung. Tumben sekali seharian ini Alle tampak mendiamkan dirinya. Saat diajak mengobrol pun langsung mengalihkan pembicaraan.“Sayang, tunggu,” ucap Tian yang berhasil mengejar Alle. “Kita pulang bareng.”“Gue mau balik sendiri. Lagian kalau Papa tau nanti semakin repot,” jawab Alle tampak datar. Pikirannya penuh dengan nama Raffa dan Nindi yang baru saja jadian.“Kalau gitu hati-hati,” kata Tian, menatap sendu ke arah Alle yang langsung melanjutkan jalannya menuju ke arah luar gerbang sekolah.Saat duduk di halte, air mata Alle tanpa sadar keluar lagi. Buru-buru Alle mengusapnya kasar. Bahkan saat mobil berhenti di depannya membuat Alle langsung membuang muka ke samping. Pasalnya Alle paham betul kalau mobil itu milik Raffa.Tin!
Alle menatap sayu wajah milik Raffa. Seakan menunggu adegan selanjutnya yang akan dilakukan cowok itu.Namun, entah kenapa Raffa hanya diam membisu saja tanpa melakukan apapun.“Raff,” panggil Alle lirih seakan menarik Raffa dari lamunannya yang sejak tadi memandangi area inti milik Alle meski masih tertutup kain berbentuk segitiga tipis.“Raffa,” ulang Alle memanggil suaminya.“Ha!?” Raffa justru tampak kebingungan sendiri, dan netra matanya menatap ke arah Alle yang tampak sayu.“Mau lanjut atau gimana?” tanya Alle lirih, menahan rasa malunya.Terlihat jelas ekspresi Raffa yang tampak gusar. Kedua bola matanya bahkan melirik ke arah kanan kiri dengan cepat, menunjukkan kalau dirinya seakan sedang kebingungan.“Emm ... kita sudahi aja, ya. Kamu gapapa, ‘kan? Takutnya kita telat ke Puncak,” ujar Raffa sambil menatap sedih ke arah Alle. Sudah pasti cewek itu kecewa dengannya.Alle mengangguk pelan sebagai jawaban.“Kamu mandi duluan aja,” kata Raffa sambil berpindah posisi dar
Wajah Alle langsung memanas dan merah ketika mendapat pertanyaan frontal dari mulut Raffa. Bisa-bisanya Raffa bertanya soal rasa ciuman di saat keadaan masih canggung.“Kok nggak jawab? Maaf, ya, kalau aku masih amatiran belum terlalu pro,” ujar Raffa merasa kalau aksi ciumannya harus diupgrade supaya Alle suka.Sedangkan Alle bingung menjawab dan cara menjelaskannya gimana.Padahal kalau Alle rasakan dan boleh jujur, Raffa ini jago banget ciuman tadi sore. Alle saja sampai terbuai menikmati.Tapi ingin mengakui kehebatan Raffa berciuman membuat gengsi yang berada di dalam diri Alle kian mencuat. Alhasil Alle memilih diam saja. Biarlah Raffa menduga-duga sendiri.“Apa aku boleh tanya sesuatu?” Raffa kembali melayangkan pertanyaan kepada Alle yang saat ini terlihat tegang di kursi duduknya.“Apa?” jawabnya lirih.“Kapan kamu melakukan first kiss? Kita jujur-jujuran aja, ya, lagian udah suami istri juga.”Seriusan obrolan soal ciuman masih mau dilanjut lagi begini.Sungguh Alle bingung
Pipi milik Alle langsung bersemu merah saat Raffa menawarkan hal yang menurutnya sangat tabu jika ditanyakan. Harusnya langsung eksekusi saja tanpa harus bertanya terlebih dahulu. Kalau begini Alle malu menjawabnya.“Gimana?” ulang Raffa memastikan jawaban Alle sekali lagi.Bingung cara menjawabnya, Alle membuang muka ke samping sambil mengangguk pelan. Lain hal dengan Raffa yang justru tersenyum lebar.“Yaudah ayo,” ajak Raffa tanpa malu sedikit pun.“Kamu duluan lah, masa aku dulu, sih,” jawab Alle gengsi.Raffa pun langsung memiringkan kepalanya saat mendekati wajah milik Alle. Laki-laki itu menahan tengkuk milik Alle agar tidak melepaskan pagutan mereka berdua nantinya.Dan, adegan selanjutnya mereka berdua sudah saling beradu bibir. Saling mencecap bibir satu sama lain sampai terdengar bunyi decapan mereka di penjuru kamar.Saking asyik menikmati ciuman, keduanya tidak sadar kalau pintu kamar mereka terbuka sedikit yang membuat Januar tengah mengintip di celah-celah pintu.“Woi l
Ditanya soal tamu bulanan membuat Yupi terdiam. Seakan berpikir kapan terakhir kali dirinya mendapat tamu bulanan.“Jawab!” desak Alle, menatap tajam ke arah adiknya itu. “Kalian saat melakukan nggak pakai pengaman, ‘kan!?”Tak suka didesak dan terlalu diikut campuri membuat Yupi menatap ke arah Alle dengan pandangan sengit.“Kalau iya memangnya kenapa? Apa Kak Alle akan mengira kalau mualnya aku karena hamil!?” seru Yupi sambil menatap kesal ke arah Alle.“Karena apapun bisa terjadi,” jawab Alle tak kalah tegasnya. “Selama ini Kakak selalu berkorban buat kamu, bahkan rela dijodohkan di saat usia masih muda seperti ini. Semoga kamu bisa bijak dalam mengambil sebuah keputusan jika memang nanti dalam sana ada nyawa yang tak bersalah,” lanjutnya sedikit membuat Yupi merasa tercubit hatinya.Seakan tidak percaya apa yang sudah Alle ucapkan, Yupi menatap remeh ke arah kakak pertamanya yang selalu saja ikut campur bahkan merebut cowok yang sangat dicintainya itu.“Berkorban demi aku!? Kak A
Raffa menggeram kesal kala suara Januar begitu nyaring memanggil nama kakaknya. Wajahnya langsung kusut, namun berbeda dengan Alle yang justru cengar-cengir saat melihat wajah kecewa dari Raffa.“Sabar ya, aku keluar dulu,” pamit Alle sambil mengelus lembut rahang tegas milik Raffa.“Hmmm.”Alle memilih keluar untuk menemui adiknya. Jangan sampai Januar melihat adegan ciumannya lagi seperti tadi sore.Saat sudah berada di luar, Januar tampak menyengir lebar.“Ada apa teriak-teriak?”“Kakak Alle mau nggak anterin aku beli jagung rebus? Di Puncak nggak afdol kalau nggak makan jagung,” selorohnya dengan wajah tanpa dosa.“Harus sekarang banget!? Inikah udah malam. Besok aja mendingan.”“Penginnya sekarang, Kak. Kak Oky nggak mau nganterin. Kak Ben juga diam aja sibuk belajar mulu! Kak Yupi katanya nggak enak badan. Jadi Kak Ale mau,’kan?” Januar menaik turunkan alisnya, seakan menggoda Alle agar mau menuruti keinginannya.Alle membuang napas kasar mendengar penjelasan adiknya.Ingin meno
Niat ingin pergi mencari pedagang jagung mereka urungkan. Apalagi ada hal yang harus mereka selesaikan.“Aku minta tolong gendong Januar ke kamarnya, ya,” kata Alle, masih sedikit risih kepada Raffa untuk meminta pertolongan meski statusnya sudah suami istri.Raffa hanya tersenyum saja saat melihat wajah Alle tampak tersipu malu-malu. Cowok itu pun membopong Januar menuju ke dalam kamar.Setelah selesai membaringkan Januar, Raffa dan Alle sama-sama berjalan menuju ke dalam kamarnya sendiri.Ini pertama kali bagi mereka berdua harus tidur satu kamar. Jika di apartemen, Raffa seringnya tidur di sofa.“Aku bisa tidur di lantai,” kata Raffa yang paham kalau Alle masih malu untuk tidur bersama dengannya.Alle melirik ke arah kasur king size-nya. Rasanya tidak adil kalau dirinya tidur di ranjang, tapi Raffa tidurnya di lantai. Apalagi cuaca Puncak sangatlah dingin jika malam seperti ini.“Tidur di kasur aja.”“Nggak usah.”“Kenapa? Di lantai dingin. Kamu nanti sakit. Ujian sekolah kita suda
Alle yang mendadak khawatir jika Raffa macam-macam kini langsung berjalan ingin keluar dari kamar hotel, namun dicegah oleh para teman-temannya.“Mau ke mana?”“Mau ke kamar sebelah.”“Jangan lah, itukan acaranya Raffa sama teman-temannya. Kita di sini aja seneng-seneng.”“Tapi kalau dia macam-macam gimana, Nin!?”“Iya gapapa dong? Itung-itung kasih free sehari apa salahnya.”“Gila lo semua!”Alle tetap keukeh ingin keluar dan mengecek kamar sebelahnya. Saat digedor-gedor dan dibuka oleh petugas hotel, Alle terkejut ketika di dalam kamar tidak ada siapa-siapa.Justru Alle merasa heran ketika kamar yang dimasuki justru memiliki konsep seperti film Disney. Alle berpikir kalau Nindi salah memberitahukan nomor kamar acara Raffa.Tak lama Nindi dan teman-temannya keluar. Mereka bahkan sudah berganti kostum yang membuat Alle merasa hampir gila sekarang.“Jadi … ini semua kerjaan kalian?” tanya Alle tidak percaya harus terkena jahilan mereka bertubi-tubi meski di dalam hati sangat senang lua
Melihat model gaun yang dipilih oleh Alle membuat Raffa langsung mendelik kaget. Yang benar saja? Bisa-bisanya Alle memilih model yang memiliki belahan panjang dari ujung kaki sampai paha. Ditambah bagian dada yang terbuka. Tentu saja Raffa tidak setuju dan tidak akan memberi kesempatan untuk para mata buaya darat melihat keindahan tubuh istrinya.“Aku nggak setuju!” tolak Raffa tegas.“Lha, kenapa? Bukannya bagus dan seksi?”“Kamu mau sengaja pamer paha sama payudara?” skakmat Raffa yang membuat Alle langsung terdiam. Niat Alle bukan seperti itu, tapi agar terlihat seksi saja. “Pilih yang kalem aja,” lanjut Raffa memberikan sarannya.“Yaudah kamu pilih sendiri aja. Aku bingung semuanya bagus-bagus.”Alle memberikan semua majalah ke arah Raffa. Membiarkan Raffa memilihkan gaun yang pas dan cocok untuknya. Lagian Alle bingung jika harus untuk memilih seperti ini.Pada akhirnya Raffa yang memilihkan gaun untuk Alle pakai di acara resepsi nanti. Tentu saja pilihan Raffa jatuh pada dress
Setelah acara kelulusan dua hari yang lalu, kini Raffa dan Alle sibuk mempersiapkan diri untuk resepsi pernikahannya. Alle bahkan meminta ijab qobul diulang saat acara resepsi nanti. Alle ingin foto buku nikah sekaligus agar orang-orang tahu kalau mereka menikah resmi.Dan, saat ini mereka berdua telah sampai di butik yang akan mendesain baju pengantin mereka nanti. Sebelum keluar mobil, Raffa mengambil kaca mata hitamnya terlebih dahulu di dalam dashboar dan segera memakainya yang justru semakin menambah akan pesona kadar kegantengannya.Lain hal dengan Alle yang mendecih sebal melihat penampilan Raffa. Bagi Alle sendiri, kalau Raffa terlalu tampan justru membuatnya khawatir karena akan banyak buaya betina untuk menggoda suaminya ini.“Kalau mau memuji nggak usah malu-malu,” celetuk Raffa meledek Alle yang saat ini menatapnya dengan sangat serius. “Percaya kok kalau aku ganteng,” lanjutnya penuh percaya diri.“Cih! Dasar kepedean! Padahal mirip tukang urut!”Beginilah kehidupan Raffa
Selesai hangout bersama Nindi, Alle pamit pulang tanpa menunggu Raffa menjemput terlebih dahulu.Setiba di rumah, Alle selalu melihat pemandangan di mana para adik-adiknya berkumpul dan berantem.“Kak, minta duit dong!” Januar menadahkan tangan di depan Alle, meminta uang untuk top up game.“Buat apaan?”“Beli jajan di mini market depan,” kilah Januar berbohong.Alle yang memang gampang percaya tentu saja memberikan uang dua lembar warna merah. Januar yang sehabis diberi uang langsung kabur pergi dari rumah.Awalnya tadi seperti biasa, lagi berantem sama Oky. Entah rebutan apa mereka berdua. Alle yang sehabis perawatan berjalan menuju ke arah kamar Yupi, ingin mengobrol dengan adiknya yang satu itu.Tok! Tok!“Masuk aja nggak dikunci!” seru dari dalam kamar yang membuat Alle langsung menekan handle pintu dan mendorong ke dalam.Cklek!“Eh, Kak Alle, sini Kak,” ujar Yupi yang menepuk ranjang di sampingnya, menandakan untuk Alle duduk di sana.Ketika Alle sudah duduk, bisa ia lihat kala
Baik Alle maupun Raffa sama-sama kaget mendengar suara cempreng dari Januar yang mirip dengan toa. Apalagi bocil itu tengah berlari-lari sambil teriak ‘Kak Alle ciuman’ dan hal ini membuat Alle sangat malu.Kesal memiliki adik seperti itu membuat Alle gregetan sendiri pengin masukin karung. Namun, melihat Raffa yang tampak santai membuat Alle heran.“Kenapa kamu nggak kesal, Bee?” tanya Alle menatap Raffa yang masih sibuk menikmati teh jahe buatan Alle.“Ngapain kesal sama anak kecil? Buang-buang tenaga aja. Biarkan aja Januar begitu,” lerai Raffa yang terkesan lebih membela Januar dibanding Alle.“Kamu kenapa jadi belain dia!?” sungut Alle semakin kesal.“Aku nggak belain, Sayang, hanya memaklumi tingkahnya yang memang lagi begitu. Nanti juga ada fase-nya dia bakalan nalar dan mengerti kok.” Raffa berkata sangat lembut hingga membuat Alle semakin tidak bisa berkutik untuk marah-marah.“Iya, sih, tapi ngeselin banget mulutnya kayak toa! Bikin heboh pagi-pagi begini.”Raffa yang paham
Pagi ini jika biasanya Alle akan sibuk dan heboh soal urusan sekolahnya, kali ini cewek itu jauh lebih santai. Lebih bisa menikmati hidup dan peran barunya sebagai istri. Terbukti dengan Alle bangun pagi-pagi hanya untuk menyiapkan pakaian milik Raffa yang akan digunakan pergi ke kantor Papa Regan.Katanya Raffa akan mengisi waktu luangnya dengan bekerja magang di kantor orang tuanya sendiri. Sebagai istri, Alle hanya bisa mendukung jika itu memang yang terbaik.Alle juga sudah berkutat di dapur hanya untuk memasak menu sarapan untuk Raffa. Alle ingin mencoba memasak menu berat untuk Raffa. Biar kalau sarapan jangan roti oles selai terus. Kasihan suaminya akan bosan jika seperti itu.“Lho, Non Alle masak apa?” tanya asisten rumah tangga yang kaget melihat anak majikannya pagi-pagi sudah berada di depan kompor. Pemandangan yang sangat langka.“Sayur sup, Bi. Buat Raffa sarapan nanti,” jawab Alle sambil mesam-mesem sendiri.“Owalah gitu toh, Non. Kekuatan cinta emang luar biasa sekali y
Setiba di Indonesia, pasangan muda itu disambut sangat meriah dan penuh kasih oleh kedua keluarga yang memiliki pengaruh besar di negara itu.Alle yang kangen dengan Mamanya langsung memeluk Kaira sambil menangis bahagia. Ternyata hidup jauh membuatnya sadar akan pentingnya peran seorang Ibu yang selalu memperhatikan dirinya setiap waktu.Meski terkesan cerewet tapi saat jauh selalu membuat kangen. Alle bahkan masa bodoh ketika menjadi pusat perhatian dari adik-adiknya karena sudah besar masih suka menangis seperti ini.“Kangen,” ucap Alle sambil menatap wajah Kaira yang ikut berkaca-kaca, namun Alle tahu betul kalau Mamanya sedang menahan diri untuk tidak menangis.“Mama juga kangen sama kamu,” balas Kaira sambil mengusap lembut pipi anaknya. Meski sudah menikah, tetap saja di mata Kaira dan Dipta, Alle tetap menjadi putri kecilnya.Alle tersenyum manis ketika Dipta tak mau kalah ingin meminta pelukan darinya. Perhatian Alle pun kini berpindah ke cinta pertamanya, Papa Dipta.Cukup l
“Serius kamu tanya ini?” Raffa tidak percaya kalau Alle bakalan menanyakan hal ini kepadanya. Kalau Raffa tidak normal, mana mungkin minta nambah berkali-kali. Alle ada-ada aja!“Iyakan teman-teman kamu aja gitu semua,” jawab Alle dengan wajah tanpa dosanya. Mukanya benar-benar gemesin sekaligus ngeselin pengin masukin karung.Raffa yang mendapat pertanyaan itu justru merasa bingung sendiri saat ingin menjawab. Yang dilakukan Raffa hanya menggaruk-garuk pelipisnya yang tidak gatal sama sekali.Sampai akhirnya Raffa mengajak Alle untuk benar-benar pergi dari ruang itu. Sebelumnya Raffa berpamitan kepada Noah dan teman-temannya terlebih dahulu.Ketika sudah berada di area parkiran, Raffa kembali menatap Alle yang masih saja menunggu jawabannya.“Gini All, kalau aku nggak normal sudah pasti nggak nafsu sama kamu. Ini lihat kamu begini aja bawaan pengen ajak ke atas ranjang. Ngadon anak tiap waktu. Masa kamu masih berpikiran kalau aku nggak normal, sih!?” jelas Raffa panjang lebar karena
Malam ini Raffa membawa Alle pergi ke salah satu klub malam ternama di kota tersebut. Alle yang baru mengetahui tujuannya ke tempat dugem, langsung ngamuk dan memukuli Raffa ketika baru sampai parkiran.“Tau gini aku nggak mau ikut!” amuk Alle kesal.“Katanya mau lihat Noah udah punya pacar apa belum? Di tempat ini kamu bisa melihat dia secara langsung.”Alle diam tak memberikan komentar ataupun reaksi apapun. Hatinya terlalu kesal kepada Raffa yang tidak mau langsung menjawab pertanyaannya malah justru membawanya ke tempat clubbing seperti ini.“Ayo,” ajak Raffa yang saat ini sudah turun terlebih dahulu dari dalam mobil. “Mau di dalam mobil terus?” lanjutnya menyindir Alle ketika masih saja duduk anteng di kursi penumpang.Sambil menggerutu, Alle mulai membuka pintu mobil dan turun dengan kondisi tubuhnya yang sudah lesu duluan.Seumur hidupnya, Alle tidak pernah datang ke tempat seperti ini. Hidupnya lurus-lurus saja meski sering mendengar beberapa cerita dari teman-teman kelasnya y