Halo, di sini aku mau kasih sedikit informasi, ya. Untuk kisah Dipta dan Kaira mungkin akan sedikit berkurang, karena akan fokus ke kisah anak-anaknya yang memiliki berbagai karakter dan sifat, terutama akan fokus kepada kisah Alle, anak pertamanya, namun Dipta dan Kaira masih sering muncul tipis-tipis. Bagaimanapun Kaira dan Dipta merupakan tokoh utama yang tengah menghadapi polemik di mana anak-anaknya sudah besar, yang pasti tantangannya lebih besar lagi sebagai orang tua. Dan, satu lagi, kalau kalian baca kisah "Sweet My Love[Indonesia]" pasti nggak asing dengan nama Raffasya Abbizar Abimana. Ya, dia anak dari Ziva dan Regan di ceritaku yang berjudul "Sweet My Love [Indonesia}'' itu, ya. Yang belum baca buruan baca sambil nunggu update buku ini~ salam sayang -Jezlyn-
“Lepas! Kenapa lo selalu nolongin gue!” seru Alle menatap heran ke arah Raffa yang tampak terlihat datar seperti biasanya.“Gue nggak sengaja denger teriakan tadi di toilet. Berisik tau nggak!” jawabnya jutek.Alle yang ingin marah justru merasa tidak enak sendiri. Alhasil yang dilakukan gadis itu hanya membuang napasnya kasar.Apalagi saat ini Raffa membawa Alle ke atas gedung sekolah, di mana tidak terdapat siapa-siapa di sini karena semua kelas tengah sibuk menerima pelajaran dari Bapak atau Ibu guru.“Yaudah makasih udah tolongin tadi,” lirih Alle sambil menunduk ke bawah, menatap kedua sepatunya yang ikatan talinya ternyata lepas.Baru akan berjongkok untuk membetulkan ikatan tali sepatunya, Alle terkejut ketika tubuh milik Raffa ternyata lebih dulu berjongkok di depannya sambil mengikatkan tali sepatu yang terlepas.Hal ini membuat Alle merasa bingung sendiri. Apa tujuan dan maksud Raffa melakukan ini kepadanya. Ingin menanyakan soal perasaan Raffa kepadanya, tapi Alle terlalu m
“Ta-ta-tadi jatuh, Kak,” jawab Yupi sedikit terbata-bata, bahkan kepalanya langsung menunduk karena tidak berani menatap Alle yang tengah menatap ke arah Yupi dengan pandangan menyelidik.“Jatuh di mana? Hati-hati makanya.”“Di rumah teman biasa bercanda. Iya, Kak, nanti akan lebih hati-hati lagi.”“Yaudah kalau gitu bersih-bersih dulu habis itu jangan lupa makan terus istirahat. Pesta kejutan buat Papa dan Mama akan diadakan di area outdoor,” jelas Alle menyampaikan isi rundingannya tadi dengan adik-adik lainnya.“Iya, Kak.”Alle yang masih berdiri terus memperhatikan adiknya itu sampai ke atas. Bahkan kepalanya sedikit mendongak ketika Yupi membuka pintu kamar tidurnya.Lega karena Yupi sudah pulang, Alle menghela napas panjang dengan kasar. Gadis itu pun kembali berjalan menuju ke ruang keluarga, di mana masih ada Oky yang sibuk menonton film action.“Siapa tadi, Kak? Papa pulang, ya?”“Yupi,” jawab Alle lesu.“Oh … udah selesai belajar kelompoknya?” Oky terus sibuk mengunyah makan
“Ah!”Suara desahan bahkan erangan terdengar sangat jelas di dalam video yang dikirimkan oleh Tian kepada Alle.Apalagi wajah pemeran wanita di dalam video itu sangat Alle kenal. Bahkan Alle merasa kelu saat melihatnya.Yang dilakukan Alle justru langsung menangis tersendu-sendu sambil melempar ponsel miliknya ke depan tubuh Tian.“Bresengsek! Lo tuh benar-benar bajingan, Tian!” seru Alle sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.Rasanya begitu sakit ketika pemeran video tak senonoh itu adiknya sendiri, Yupi, yang mana hal ini hanya boleh dilakukan oleh orang yang sudah menikah.Di sini Alle merasa gagal menjadi kakak. Apalagi usia Yupi masih sangat muda. Bahkan dia masih duduk di bangku kelas tiga SMP. Alle takut kalau video ini akan menyebar keseluruh jagat maya hingga memalukan keluarga besarnya, terutama Papa dan Mama.Tak bisa dibayangkan bagaimana terpukulnya Kaira dan Dipta saat tahu soal hal ini. Yang dilakukan Alle terus menangis tersendu-sendu.“Aku tawarkan solus
Merasa sudah bingung mencari alasannya dan tidak tahu harus menjawab apa, Yupi langsung bersimpuh di depan tubuh Alle.“Maafin aku, Kak.” Yupi menangis sambil memeluk sebelah kaki milik Alle. “Aku nggak sengaja.”“Nggak sengaja!? Ulangi sekali lagi!” bentak Alle yang masih tersulut emosi. Bahkan mencoba melepaskan pelukan Yupi di sebelah kakinya.Yupi tak mengulangi ucapannya, tapi dia justru semakin menangis kencang di kaki Alle. Hal ini sontak mengundang atensi keluarga lain, terutama Oky yang baru pulang sekolah dan kaget mendengar ribut-ribut ketika tengah menaiki anak tangga ke atas.“Kak Alle, Yupi, ada apa!?” tanya Oky yang kini melangkah masuk ke dalam kamar Yupi.Tak mau membuat heboh satu keluarga, Alle yang tengah berdiri langsung menunduk dan buru-buru mengambil alat kontrasepsi milik pria itu dengan cepat. Alle memasukkan ke dalam saku seragam sekolahnya.“Gapapa,” jawab Alle datar, bahkan mencoba melepaskan pelukan Yupi di kakinya. “Kakak butuh ngobrol nanti sama kamu!”
Selesai membereskan bekas makannya tadi, Alle bergegas pergi ke dalam kamar milik Yupi.Untungnya kamar milik adiknya itu tidak dikunci sama sekali hingga memudahkan Alle langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu."Lagi nonton apa kamu!?" tanya Alle dengan tatapan tajamnya."Bukan urusan Kakak!"Tak banyak tanya lagi, Alle langsung saja merebut paksa ponsel milik Yupi.Hal yang selama ini Januar katakan ternyata benar. Ponsel Yupi tengah memutar adegan dewasa."Kamu nontonin bokep, Dek!?" bentak Alle."Ya emangnya kenapa, sih, Kak!? Lagian aku udah gede!""Gede kamu bilang!? Kamu itu masih kelas 3 SMP lho! Nggak baik tau nggak nontonin video porno begini! Bisa merusak sel otak!"Yupi tampak diam ketika dimarahi oleh Alle. Bahkan kakak tertuanya ini sampai mengatur napasnya yang tersengal-sengal akibat selalu mengeluarkan nada tinggi saat berbicara.Sampai akhirnya datang Oky dengan muka kesalnya karena kegiatan bermain game sedikit terganggu akibat teriakan Alle yang super k
Pagi ini kedua mata Alle terlihat sangat begitu sembab. Apalagi sepanjang malam ia terus menangis tanpa henti. Alle yang tidak mau membagi bebannya, memilih untuk memendam semuanya sendiri.“Pagi, Kak,” sapa Oky yang tengah sibuk mengolesi roti tawar dengan selai cokelat.Alle hanya tersenyum tipis saja sambil mengambil gelas berisi susu. Setelah menenggak susu, Alle langsung pergi yang membuat Oky mengerutkan kening bingung.“Kak Alle nggak sarapan?” tanya Oky sedikit berteriak karena kakak pertamanya itu sudah pergi dari ruang makan.Tak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Alle membuat Oky mengangkat kedua bahunya ketika Ben tengah menatapnya, seolah-olah bertanya ada apa dengan Kak Alle.Tak lama kepergian Alle, datang Yupi dengan wajah pucat bahkan sama sembabnya. Akan tetapi Yupi masih ikut melakukan sarapan bersama dengan Oky juga Ben.“Hp, tablet, dan laptop lo bakalan gue sita dulu,” celetuk Oky sambil menyuapkan roti ke dalam mulutnya.Yupi tampak tidak merespon ucapan kakak
PLAK!Alle menampar pipi Tian begitu kencang. Apalagi Alle sudah tahu apa yang mereka berdua berbuat selama ini. Bisa-bisanya Tian berkata demikian tanpa memikirkan perasaan Yupi sedikit pun.“Apa maksud lo ngomong begini, Tian!?” Alle meski dibenci oleh Yupi, tapi hati nuraninya tetap ingin menjaga dan melindungi adiknya itu dari cowok berengsek seperti Tian.“Aku bicara kenyataan, Sayang. Aku mendekati Yupi karena ingin mendapatkan kamu,” akui Tian dengan jujur yang membuat Alle semakin menggelengkan kepala tidak percaya dengan semua rencana licik dari Tian.Lain dengan Yupi yang merasa sakit hati mendengar semua pengakuan dari Tian. Alhasil Yupi pergi ke dalam rumah sambil menangis tersendu-sendu.Hal itu tak luput dari pantauan Alle. Di sini Alle sudah siap untuk dimaki dan benci adiknya sendiri.“Lo lebih baik pulang.”“Tapi aku kangen, All.”“Gue mohon pulang, Tian. Gue mau istirahat.”“Yaudah aku pulang karena kamu mau istirahat. Ini ponsel buat kamu.” Tian memberikan ponsel ba
“Kamu serius mau bolos?” tanya Tian memastikan sekali lagi kepada Alle yang saat ini meminta untuk tak sampai ke sekolah karena pikirannya sudah sangat kacau hingga percuma jika menerima pelajaran tidak akan masuk ke dalam otaknya.Alle mengangguk sebagai jawaban. Alhasil mereka berdua pergi ke salah satu danau untuk menikmati hari-hari indah bagi Tian. Setelah sampai di danau, Alle justru diam merenung menatap ke arah air yang tenang. Hal ini membuat Tian tidak suka. Apalagi diabaikan seperti ini. “All.” Alle tetap diam menatap ke arah danau dengan pikiran yang berkecambuk ke mana-mana. “Alle!” Alle benar-benar tidak peduli seruan dari Tian. Hingga terus melamun sampai membuat Tian emosi sendiri. “Alletheia!” bentak Tian sambil mencengkeram kedua lengan atas milik Alle supaya menghadap ke arahnya. “Aku nggak suka diabaikan.” Alle yang sudah menghadap ke arah Tian hanya diam saja. Hal ini semakin memicu jiwa temperamental milik Tian semakin keluar. “Kamu kenapa!? Kalau ada mas