Masih di ruangan yang sama. Kanaya berdiri di depan kakek, "Maaf Kek. Kanaya tidak bisa menerima pekerjaan ini. Kanaya tidak pantas mendapatkannya dan Kanaya takut mengecewakan Kakek," ujar Kanaya ragu.
"Kakek percaya kepadamu, Nak." "Sekali lagi maafkan Kanaya, Kek. Kanaya tau kakek ingin yang terbaik untuk Kanaya. Tapi, Kanaya tidak bisa menerima jabatan yang diberikan oleh Kakek untuk Kanaya. Kanaya merasa belum pantas menerima semua itu. Kanaya benar-benar tidak bise menerima pekerjaan itu. Kanaya hanya ingin, Kanaya mendapatkan jabatan yang benar-benar karena hasil kinerja Kanaya yang maksimal, bukan karena Kanaya adalah bagian dari keluarga di perusahaan ini," jelas Kanaya lagi. "Kamu yakin, tidak mau menerima jabatan sebagai Direktur utama perusahaan ini?" Tanya kakek lagi memastikan. Dia sangat menyayangkan keputusan Kanaya saat ini. "Iya, Kek. Aku harap, kakek mengerti dengan keputusan ku." "Baiklah. Kakek menghormati keputusan mu, Kanaya. Jika nanti kamu berubah pikiran, segera hubungi kakek." Kanaya mengangguk sembari tersenyum manis. "Kalau begitu Kakek pulang dulu. Kamu bekerjalah di tempat kamu sebelumnya, dan untuk posisi Direktur utama, akan kakek pikirkan nanti siapa yang akan menempatinya." Kakek pun berpamitan untuk pulang. Kanaya mengangguk. Setelah itu, dia melangkah untuk mengantar kakek ke pintu keluar. ** Sore hari pun menyapa. Setelah seharian penuh Kanaya bergelut dengan pekerjaan yang tiada kesudahan, kini wanita cantik itu melangkahkan kakinya untuk pergi dari tempat duduk yang sejak tadi membuat pinggangnya hampir patah karena bekerja seharian. Sorot matanya menyipit setelah langkah kakinya sampai di lobi kantor. Seseorang dengan tubuh tegap dan tampan nampak berdiri dengan bersandar di dinding mobilnya. Senyum tipis langsung melukis tatkala ia melihat kedatangan Kanaya. Semua orang yang ada disana menatap Kanaya tak percaya. Bagaimana bisa seorang Kanaya sang gadis biasa bisa mendapatkan jemputan dari orang sekaya itu? Banyak yang merasa iri dan ingin berada di posisi Kanaya saat ini, dijemput oleh pria tampan dengan sebuah mobil mewah. Kanaya masih bingung, menatap seorang pria di depannya yang begitu beda. "Kak Zhafir?" ujarnya sambil melirik penampilan suaminya yang sangat rapi dengan Jaz yang dia pakai saat ini, serta mobil mewah yang suaminya bawa. "Kamu ngapain kesini?" tanya Kanaya. "Aku menjemputmu bekerja," Sahut Zhafir. "Tapi, ini mobil siapa? Minjem punya bos Kakak ya?" tanya Kanaya penasaran. "Jangan bilang kamu nyolong punya orang." "Berisik. Ayo masuk!" Zhafir pun menarik tangan Kanaya dan membawanya masuk ke dalam mobil. "Jalan Pak!" titah Zhafir. Seorang supir yang membawa mobilnya pun melajukan mobilnya meninggalkan tempat. "Kak, kita mau kemana? ini kan bukan jalan menuju rumah kita," Kanaya terus berbicara. "Diam dan lihat saja!" titahnya dingin. Kanaya sedikit mendengus sebal. Kemana suaminya ingin membawanya saat ini. Tak begitu lama, mobil yang mereka tumpangi berhenti disebuah panti asuhan. Disana banyak sekali anak-anak yang bermain dan berlarian kesana kemari. Kanaya mengerutkan keningnya bingung. Kenapa suaminya membawanya kesini? Kanaya pun turun dari mobil yang ia tumpangi. Langkahnya sangat pelan, menatap beberapa anak yang langsung menghampiri Zhafir dan sangat akrab bersama suaminya itu. Zhafir pun terlihat sangat bahagia menyambut beberapa anak kecil yang menghampirinya dan tak segan dia langsung menggendong anak kecil yang juga datang padanya. Kanaya sampai terpana melihat sisi Zhafir yang berbeda. Entah kenapa, Bibirnya langsung melukiskan senyuman melihat kehangatan ini. Zhafir yang biasa bersikap dingin dan jarang tersenyum, kini nampak sangat bahagia kala bersama anak-anak panti yang mereka datangi tersebut. "Kak Zhafir. Siapa kakak yang satu ini?" tanya seorang anak laki-laki kepada Zhafir. Karena penasaran dan Zhafir tak pernah membawa orang lain kesini, ia pun langsung bertanya. Zhafir menatap Kanaya sekilas, lalu tersenyum ke arah anak. laki-laki yang bertanya kepadanya itu. "Dia Kanaya. Istri Kak Zhafir" Semua anak-anak disana langsung menganga dengan wajah bahagia. Mereka pun berhamburan untuk memeluk Kanaya. "Jadi kakak adalah istri Kak Zhafir. Kak Zhafir tidak pernah membawa orang lain kesini. Kami sangat senang bisa bertemu Kakak." "Kak Zhafir adalah orang yang baik. Dia sering datang kesini dan memberikan kami makanan. Tidak hanya itu, Kak Zhafir juga memberikan kami pendidikan sekolah dan baju-baju yang bagus" Kanaya hanya bisa tersenyum hangat, "Kalian sangat beruntung memiliki Kak Zhafir," ujar Kanaya senang. "Tidak, kakak lah yang paling beruntung. Karena kakak sudah mendapatkan orang yang sangat baik di sisi kakak" jawab salah satu anak disana. Kanaya tak bisa berkata-kata, dia hanya melirik Zhafir yang juga sedang menatapnya. "Apakah kamu sebaik yang anak-anak ini katakan?" Batin Kanaya."K-Kris...— akh....Kamu hebat sekali "Itu adalah suara desahan seorang wanita.Dan wanita itu memanggil nama … calon suaminya? Kanaya semakin mendekatkan dirinya menuju arah suara. Matanya seketika membelalak begitu melihat pemandangan di depannya yang menampilkan dua orang sedang bergumul dengan panas, bahkan mereka tak menyadari kehadiran Kanaya di situ. Yang lebih mengejutkan lagi ternyata dua orang itu adalah calon suaminya dan kakak tirinya sendiri, Cindy. Padahal Kanaya beberapa hari lagi akan melangsungkan pernikahan dengan Kris, dan hari ini dia diminta pihak hotel untuk datang dan mengecek kamar hotel. Namun, siapa sangka dirinya justru menangkap basah perselingkuhan keduanya. Lama ia terdiam menahan perasaannya yang sakit karena sebuah pengkhianatan, Kanaya akhirnya mengambil keputusan untuk mengambil ponselnya dan merekam kelakuan bejat calon suaminya dan kakak tirinya itu sebagai bukti."Kita berakhir disini Mas Kris." Gumam Kanaya sangat kecewa. Pria yang dia pikir b
Kakek menahan dadanya yang terasa sakit. Semua orang, termasuk Kanaya menjadi cemas dan langsung menghampiri kakek. "Apa yang kamu lakukan ini, Kris? Bisa-bisanya kamu mempermalukan keluarga dan membuat kakek mu sakit." Ardi, ayahnya Kris terlihat cemas dan langsung menyalahkan Kris."Paman, aku tahu Paman marah. Tapi, jangan salahkan Kris, karena Kris hanya mengikuti kata hatinya, " ucap Cindy. "Paman, Kakek. Saya ingin pernikahan ini dibatalkan saja. Saya tidak ingin menikah bersama Kris lagi," Ungkap Kanaya serius.Kakek terlihat melebarkan matanya, seolah dia tidak setuju dengan keputusan itu."Baguslah kalau kamu tidak mau menikah. Kris hanya cocok menikah bersamaku. Lagipula, anakku ini akan menjadi penerus di keluarga Abimana" Sahut Cindy yang langsung mendapatkan bentakan dari kakek."Diam kamu," Sentak kakek. Semua orang terdiam dan tidak berani menatap wajah kakek yang terlihat sangat marah.Kakek melangkah dengan tatapan tajam. Cindy yang melihat kemarahan Kakek semakin m
"Apa yang kamu harapkan dari dia?" "Zhafir hanya seorang lelaki tidak berguna. Apa kamu ingin menikah bersama pria yang tidak memiliki masa depan?" "Dia bahkan 10 tahun lebih tua darimu. Kalian hanya akan terlihat seperti dua orang yang menyedihkan. Jangan pernah berpikir kamu untuk menikah dengannya Kanaya" "Apa hak mu melarang ku? Mau aku menikahi pria tidak berguna sekalipun, itu lebih baik dari pada menikah bersamamu," Tegas Kanaya, masih bersikeras dengan pendiriannya. "Tapi kamu hanya akan tersiksa dan menderita jika menikah bersamanya Kanaya" "Aku mohon Kanaya, urungkan niatmu untuk menikah bersama Zhafir. Aku peduli kepadamu. Itu sebabnya aku tidak ingin kamu salah langkah. Hanya aku lelaki yang bisa membuatmu bahagia. Jadi, aku mohon berikan aku kesempatan, dan katakan kepada kakek kalau kita saling mencintai. Menikahlah bersamaku Kanaya, aku mohon!" Kris masih tetap memohon. "Lepas, Kris!" Kanaya kembali menepis tangan Kris yang memegang tangannya. "Aku katakan sekal
Pandangan semua orang tertuju kepada satu tujuan, yaitu Zhafir Mahendra Arkan, seorang pria yang dikenal sebagai cucu terbuang. Zhafir dikenal sebagai cucu terbuang, karena sejak kematian kedua orangtuanya dia lebih memilih mengasingkan diri dan tidak ingin ikut andil dalam bisnis keluarga besarnya. Zhafir juga dirumorkan memiliki penampilan yang berantakan, pengangguran dan tidak menyukai wanita. Namun semua itu seolah terbantahkan dengan penampilan Zhafir saat ini yang terlihat sangat berbeda. "Jangan pernah berani menyentuh calon istri ku!" suara tegas dan lantang penuh tekanan itu, membuat nyali Cindy seolah menciut. "Satu jarimu menyentuh wajahnya, maka akan aku pastikan jarimu ini tidak akan berada di tempatnya lagi," ujarnya tegas. Merasa takut, Cindy menarik tangannya dengan cepat. Wajahnya langsung pucat mendengar ucapan Zhafir. "Jangan coba-coba mengancam ku ya. Kamu tidak tahu siapa aku?" Sentak Cindy terbata. "Aku itu adalah calon menantu keluarga Abimana. Calo
Suara Zhafir berhasil membuat Kanaya terperanjat. Ia pun segera membawa kopernya dan kembali melangkah mengikuti Zhafir. "Ini kamar kamu. Silahkan bereskan barang-barangmu, dan jika kamu ingin istirahat bisa di kamar ini!" "Kamu mau kemana?" Kanaya langsung bertanya ketika Zhafir hendak pergi setelah menunjukkan kamar untuknya. "Aku... Aku akan menyiapkan makanan untukmu. Kamu tunggulah sampai aku selesai memasak," jawab Zhafir dingin. Lalu pergi meninggalkan Kanaya yang masih diam di tempatnya. Usai mengemasi semua barang miliknya. Kanaya langsung menyusul suaminya itu menuju dapur. Kanaya melangkah pelan, menyusuri setiap sudut rumah suaminya itu. Barang-barang mewah dan barang-barang antik tersusun rapi disetiap sudut rumah suaminya. Kanaya sampai mengernyitkan dahi, berpikir apakah barang-barang ini palsu atau asli. Melihat dari segi kualitas, semua barang-barang antik ini seperti barang asli yang dapat Kanaya tafsir harganya mencapai ratusan juta per-satu barang. "
Kanaya berlari keluar dan hendak menyusul Zhafir, namun sesampainya di depan rumah, dia sudah tidak melihat lagi keberadaan suaminya itu. "Yahhhh,,, dia sudah pergi," Ucapnya lemah. Karena sudah tidak melihat keberadaan suaminya, Kanaya pun juga ikut pergi meninggalkan rumahnya. Sesampainya di kantor, Kanaya langsung menuju meja kerjanya. Namun, sesampainya disana, Kanaya langsung dibuat terkejut oleh kehadiran seseorang yang sudah menempati meja kerjanya tersebut. "Kamu?" Kanaya nampak geram. Wanita itu tersenyum licik melihat keberadaan Kanaya, menatapnya dengan tatapan remeh. "Itu adalah meja kerjaku, kenapa kamu yang duduk di meja kerjaku? Barangku? Kamu kemana-kan barang-barang ku?" Protes Kanaya dengan wajah yang kesal. "Sekarang, aku yang akan menggantikan posisimu," Jawab Cindy dengan senyuman kemenangan. "Masalah barang-barangmu, kamu cari saja di gudang," lanjutnya enteng. "Sejak kapan kamu bekerja? Bukankah selama ini kakak tidak pernah mau bekerja?" Tanya