Share

Bab 7

Masih di ruangan yang sama. Kanaya berdiri di depan kakek, "Maaf Kek. Kanaya tidak bisa menerima pekerjaan ini. Kanaya tidak pantas mendapatkannya dan Kanaya takut mengecewakan Kakek," ujar Kanaya ragu.

"Kakek percaya kepadamu, Nak."

"Sekali lagi maafkan Kanaya, Kek. Kanaya tau kakek ingin yang terbaik untuk Kanaya. Tapi, Kanaya tidak bisa menerima jabatan yang diberikan oleh Kakek untuk Kanaya. Kanaya merasa belum pantas menerima semua itu. Kanaya benar-benar tidak bise menerima pekerjaan itu. Kanaya hanya ingin, Kanaya mendapatkan jabatan yang benar-benar karena hasil kinerja Kanaya yang maksimal, bukan karena Kanaya adalah bagian dari keluarga di perusahaan ini," jelas Kanaya lagi.

"Kamu yakin, tidak mau menerima jabatan sebagai Direktur utama perusahaan ini?" Tanya kakek lagi memastikan. Dia sangat menyayangkan keputusan Kanaya saat ini.

"Iya, Kek. Aku harap, kakek mengerti dengan keputusan ku."

"Baiklah. Kakek menghormati keputusan mu, Kanaya. Jika nanti kamu berubah pikiran, segera hubungi kakek." Kanaya mengangguk sembari tersenyum manis.

"Kalau begitu Kakek pulang dulu. Kamu bekerjalah di tempat kamu sebelumnya, dan untuk posisi Direktur utama, akan kakek pikirkan nanti siapa yang akan menempatinya." Kakek pun berpamitan untuk pulang.

Kanaya mengangguk. Setelah itu, dia melangkah untuk mengantar kakek ke pintu keluar.

**

Sore hari pun menyapa. Setelah seharian penuh Kanaya bergelut dengan pekerjaan yang tiada kesudahan, kini wanita cantik itu melangkahkan kakinya untuk pergi dari tempat duduk yang sejak tadi membuat pinggangnya hampir patah karena bekerja seharian.

Sorot matanya menyipit setelah langkah kakinya sampai di lobi kantor.

Seseorang dengan tubuh tegap dan tampan nampak berdiri dengan bersandar di dinding mobilnya. Senyum tipis langsung melukis tatkala ia melihat kedatangan Kanaya.

Semua orang yang ada disana menatap Kanaya tak percaya. Bagaimana bisa seorang Kanaya sang gadis biasa bisa mendapatkan jemputan dari orang sekaya itu?

Banyak yang merasa iri dan ingin berada di posisi Kanaya saat ini, dijemput oleh pria tampan dengan sebuah mobil mewah.

Kanaya masih bingung, menatap seorang pria di depannya yang begitu beda.

"Kak Zhafir?" ujarnya sambil melirik penampilan suaminya yang sangat rapi dengan Jaz yang dia pakai saat ini, serta mobil mewah yang suaminya bawa.

"Kamu ngapain kesini?" tanya Kanaya.

"Aku menjemputmu bekerja," Sahut Zhafir.

"Tapi, ini mobil siapa? Minjem punya bos Kakak ya?" tanya Kanaya penasaran.

"Jangan bilang kamu nyolong punya orang."

"Berisik. Ayo masuk!" Zhafir pun menarik tangan Kanaya dan membawanya masuk ke dalam mobil.

"Jalan Pak!" titah Zhafir. Seorang supir yang membawa mobilnya pun melajukan mobilnya meninggalkan tempat.

"Kak, kita mau kemana? ini kan bukan jalan menuju rumah kita," Kanaya terus berbicara.

"Diam dan lihat saja!" titahnya dingin.

Kanaya sedikit mendengus sebal. Kemana suaminya ingin membawanya saat ini.

Tak begitu lama, mobil yang mereka tumpangi berhenti disebuah panti asuhan. Disana banyak sekali anak-anak yang bermain dan berlarian kesana kemari.

Kanaya mengerutkan keningnya bingung. Kenapa suaminya membawanya kesini?

Kanaya pun turun dari mobil yang ia tumpangi. Langkahnya sangat pelan, menatap beberapa anak yang langsung menghampiri Zhafir dan sangat akrab bersama suaminya itu.

Zhafir pun terlihat sangat bahagia menyambut beberapa anak kecil yang menghampirinya dan tak segan dia langsung menggendong anak kecil yang juga datang padanya.

Kanaya sampai terpana melihat sisi Zhafir yang berbeda. Entah kenapa, Bibirnya langsung melukiskan senyuman melihat kehangatan ini. Zhafir yang biasa bersikap dingin dan jarang tersenyum, kini nampak sangat bahagia kala bersama anak-anak panti yang mereka datangi tersebut.

"Kak Zhafir. Siapa kakak yang satu ini?" tanya seorang anak laki-laki kepada Zhafir. Karena penasaran dan Zhafir tak pernah membawa orang lain kesini, ia pun langsung bertanya.

Zhafir menatap Kanaya sekilas, lalu tersenyum ke arah anak. laki-laki yang bertanya kepadanya itu.

"Dia Kanaya. Istri Kak Zhafir"

Semua anak-anak disana langsung menganga dengan wajah bahagia. Mereka pun berhamburan untuk memeluk Kanaya.

"Jadi kakak adalah istri Kak Zhafir. Kak Zhafir tidak pernah membawa orang lain kesini. Kami sangat senang bisa bertemu Kakak."

"Kak Zhafir adalah orang yang baik. Dia sering datang kesini dan memberikan kami makanan. Tidak hanya itu, Kak Zhafir juga memberikan kami pendidikan sekolah dan baju-baju yang bagus"

Kanaya hanya bisa tersenyum hangat, "Kalian sangat beruntung memiliki Kak Zhafir," ujar Kanaya senang.

"Tidak, kakak lah yang paling beruntung. Karena kakak sudah mendapatkan orang yang sangat baik di sisi kakak" jawab salah satu anak disana.

Kanaya tak bisa berkata-kata, dia hanya melirik Zhafir yang juga sedang menatapnya.

"Apakah kamu sebaik yang anak-anak ini katakan?" Batin Kanaya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status