Share

Klien Istimewa

Penulis: PutriNaysaa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-07 10:21:37

“Kak Em ada punya atasan putih panjang polos tapi jangan kemeja kaku? Aku mau pinjam sehari buat presentasi. Ini lihat ya ampun kecipratan jus.” Giana memasuki kamar Emily di pagi hari setelah mengetuk dan diizinkan masuk.

“Ada sebentar aku bawa ke sini enggak ya, aku jarang pakai putih terang. Harus putih bersih? tulang enggak mau?” Emily mulai menyisir deretan pakaiannya di lemari.

“Enggak harus sih, tapi aku ingin terlihat bersih saja. Nanti di tutup blazer, aku ada beberapa tapi jarang pakai jadi rada kuning,” keluh Giana menunggu di belakang punggung Emily.

“Ada ini, coba dulu. Sepertinya size aku satu nomor di atas kamu.” Emily mengepaskan di depan badan Giana.

“Enggak apa-apa, di masukan celana sama tertutup blazer.” Giana langsung melepas pakaiannya tanpa malu di depan Emily.

“Ini kenapa?” Emily kaget melihat bagian bahu kanan Giana ada luka memanjang sampai atas dadanya, menyentuhnya p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Hamil Tidak Diharapkan

    “Ya Tuhan,” lirih Emily dengan wajah pucat. Emily menunduk dengan kedua tangan bertumpu pada tepian meja pendek dengan cermin besar di hadapannya di dalam kamar mandi rumah Gallen. Memandang lima buah banda pipih panjang berjejer di hadapannya. “Em kamu sakit perut? Kenapa lama sekali?” Gallen mengetuk pintu kamar mandi karena menunggu sarapan bersama mereka sedangkan Emily sedari tadi belum juga keluar dari sana. “Iya duluan, aku akan keluar sebentar lagi.” Emily segera membasuh wajahnya yang bahkan sudah mengenakan make up, menghapus make up hingga tandas baru ia keluar dari kamar mandi. Gallen ternyata menunggunya di tepi ranjang karena cemas terjadi sesuatu pada Emily yang sangat lama di kamar mandi. “Benar sakit perut? Kok cuci muka lagi tadi sudah rapi, pucat juga. Sakit?” Gallen memeriksa kening dan leher Emily di mana bertengger kalung mawar pemberian darinya yang selalu di kenakan E

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Gallen Kecewa

    “Mari kita lihat sekali lagi ya Pak, Bu,” tutur Dokter lembut. Gallen berdiri di samping Emily yang sedang diperiksa oleh seorang Dokter. Setelah perdebatan Emily tidak ingin Gallen ikut sementara Gallen bersikeras mau tahu, Emily belum ingin mengatakan yang sesungguhnya. Gallen menoleh pada Emily yang beberapa kali mendesah kecil ketika mereka berdua tengah mendengarkan penjelasan Dokter mengenai keadaan calon janin setelah membaca hasil darah.“Kenapa kamu enggak bilang sama aku Emily, kamu bahkan sudah tahu sejak tiga hari lalu dan sudah periksa.” Gallen langsung bertanya pada Emily begitu mereka sampai di rumah.“Aku belum siap bilang sama kamu,” aku Emily.“Belum siap? kenapa?” Gallen mengerutkan kening semakin dalam.Emily tidak sanggup melihat sorot kecewa di mata Gallen, ia menunduk kecil sebelum mengatakan yang sesungguhnya.“Kita belum pernah membicarakan masalah anak, membahasnya, bagaimana mengasuhnya, membesarkannya dan untuk masa depannya. Kita belum

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Pertengkaran Kembali

    “Aku menghindar karena aku tidak ingin menyakiti kamu baik dengan ucapan ataupun mungkin lepas kendali dengan tangan aku. Aku hanya menenangkan pikiran dan mencari jalan keluar Emily.” Gallen menjelaskan dengan perlahan, tanpa melepas tatap mereka dan genggam tangannya pada tangan Emily yang juga tampak pucat. “Sampai tiga hari?” geram Emily. “Aku sangat bingung dan tidak habis pikir sama pemikiran kamu Emily. Dan sampai saat ini juga aku belum menemukan jalan yang tepat untuk keberatan kamu hamil.” Gallen menunduk mengingat ia tidak menemukan jalan keluar. Emily kembali melepas tangannya yang digenggam Gallen. Memandang wajah Gallen yang terlihat sangat frustasi. “Aku bukan akan membunuh anak kamu, tapi kamu bertingkah seolah aku akan melakukan hal itu. Aku hanya belum siap, bukan tidak mau dan berkeinginan melenyapkannya. Aku bukan pembunuh darah daging aku sendiri.” Emily memerah wajahnya saat mengatakanny

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Mari Belajar Bersama

    “Kuncinya jangan stres ya Bu Emily. Nikmati tiap prosesnya dengan bahagia, agar bayinya tumbuh dengan bahagia juga.” Dokter memesankan sebelum Emily meninggalkan kamar rawatnya. “Terima kasih banyak Dok.” Emily mengangguk menyalami Dokter dan berjalan dengan tangannya yang di genggam Gallen, Emily menolak memakai kursi roda karena merasa ia bukan pesakitan. “Mama, kak Gracia sana Giana tadi mau ikut jemput tapi aku larang. Mama sudah di rumah tapi, mau buat makanan sehat katanya buat kamu,” papar Gallen. Emily mengangguk, sejak pertengkaran mereka yang membuat Emily pecah menangis tersedu-sedu. Emily lebih banyak diam karena mama, Gracia dan Giana ada di sekitar mereka selama Emily di rawat. Mereka belum kembali membahasnya, Emily sendiri tidak mau lagi bertengkar dengan Gallen karena kepergian tiga hari suaminya. Mereka akan kembali bicara tentu saja, belum ada kalimat saling memaafkan. “Tolong berhenti di

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Jadi Bayi Dari Kegiatan Yang Mana

    “Aku tidur sama Mama ya,” Emily menyandarkan kepala pada bahu mama, mereka sedang duduk di ruang tengah rumah Gallen. “Hus, nanti Gallen sendirian dong. Sudah dimaafkan kan? Mama juga sudah marahi kalian berdua. Mau jadi Ibu, belajar dewasa lagi ya.” Mama membelai pipi Emily lembut dengan senyuman lebar. “Mama mau tidur sama aku ya, Ma.” Giana datang dengan membawa tiga cangkir teh. “Iya Mama mau tidur sama anak Mama yang lain,” kekeh mama membuat Emily ikut tertawa, tidak keberatan sama sekali. “Jangan langsung tidur ya Ma, Giana suka teleponan sama cowok malam-malam pakai sayang-sayangan,” ledek Emily. “Apaan! enggak Ma, bohong itu Kak Em. Aku kalau teleponan masih sore,” kekeh Giana membuat mama dan Emily melotot padanya. “Abang tumbenan meeting malam-malam, Kak?” tanya Giana pada Emily yang masih menyandari mamanya. “Enggak tahu, meeting sama siapa juga ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Pria Misterius

    Emily mengerutkan kening sebelum terlepas tawa saat membaca sebuah amplop yang di kirim secara Resmi dari perusahaan bernama Renova. “Lunas ya Em,” kekeh wanita di depan Emily yang mengenakan dres selutut mengembang di bagian bawah berwarna putih polos. “Kalau diingat kita memang gila ya Le.” Emily menimpali dengan tawa pula. “Jangan bicara sembarangan lagi ah Em, nanti calon keponakan aku dengar emaknya suka mengumpat. Cukup sudah masa kamu mengumpat, sudah mau punya anak. Astaga aku masih enggak menyangka Emily si gil ... pekerja keras maksud aku.” Kalea tertawa membenarkan perkataannya yang akan mengatakan gila.Kalea terkekeh kecil. “Aku masih belum percaya kamu akan punya bayi, Emily.” Emily mengangguk kuat, tiba-tiba matanya merebak. Kalea langsung beringsut pindah duduk ke samping Emily untuk merangkul bahunya serta membelai lembut seraya mengusap sudut mata sang sahabat yang basah. “A

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Gallen Mengamuk

    “Tidak bisa Mas, walau kami suami istri ... urusan Gayana itu tanggung jawab suami saya. Atau begini saja, saya teleponkan sekarang saja. Suami saya tidak pernah tidak mengangkat panggilan dari saya. Saya akan bilang kalau Mas Reynal menagih pembayaran bunga.” Emily hendak membuka tas untuk mengambil ponsel namun ia mendengar dengusan kuat dari laki-laki di depannya. “Ternyata kere. Biar saya urus sendiri.” Dengan paksa Reynal mengambil map di tangan Emily dan berlalu dari hadapan Emily dengan cepat menyeberangi jalanan ramai.Emily menggelengkan kepala. “Orang sekarang kalau mau menipu ada saja. Ya kali Gallen menghutang untuk WO miliknya. Dikiranya aku bodoh apa.” Emily segera menghubungi bagian control cctv gedung kantornya untuk meminta salinan gambar di mana ia berbincang dengan laki-laki asing selama hampir sepuluh menit sebelum ia melanjutkan perjalanan pulang. “250 juta? ya Tuhan mana pernah aku punya hutang sebesar

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Tendangan Dan Pukulan

    “Di ruangan admin Pak, ada di sebelah ruangan saya pribadi dan tidak sembarang orang bisa masuk ke sana. Karena selalu di kunci, dan ada beberapa klien yang baru merintis membayar secara tunai. Ada brangkas juga di dalamnya,” jelas Andrean. Gallen semakin mengerutkan kening dalam, sampai akhirnya ia menghela nafas pendek. “Saya lihat sekuriti depan bertambah, sejak kapan ada tambahan sekuriti baru Pak Andreas?” Gallen memicingkan mata dalam. Mata Andreas, laki-laki paruh baya dengan sebagian rambut yang sudah memutih langsung membelalak sempurna. Ia lupa jika memiliki dua sekuriti baru untuk berjaga di gerbang paling depan kantor Bogana. “Saya tidak menuduh Pak Andreas sengaja, karena jelas Bapak tidak sengaja. Tapi mari realisis, yang Reynal temui untung istri saya. Yang mana maaf bukan sombong adalah pemilik perusahaan besar yang kantornya saya sebutkan semalam. Dia tidak bisa dibohongi perkara penipuan se

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07

Bab terbaru

  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Bola Mata Abu-abu  (The End)

    “Belum Sayang?” Suami Gracia baru datang setelah Emily masuk ruang operasi tiga puluh menit lalu. “Belum, baru setengah jam masuk.” Gracia menjawab dengan masih merangkul lengan mamanya yang sedari tadi terdiam dan Gracia tahu sang mama tiada memutuskan doanya untuk keselamatan Emily dan si kembar. Mereka berempat menunggu di luar pintu ruang operasi dengan jantung berdebar-debar. Sementara Gallen yang ikut ke dalam menemani proses kelahiran kedua putri mereka jauh lebih jantungan. Seluruh badannya dingin dan ada rasa ingin muntah namun ia tahan sekuat tenaga, bahkan serangan pusing akan dinginnya ruang operasi mampu membuat Gallen menggigil. Gallen berada di samping kepala istrinya memberikan pandangan menenangkan pada Emily walau isi hari dan kepalanya berkutat pada suara para tenaga medis yang meminta berbagai jenis alat bedah yang tidak Gallen pahami. “Sudah sampai mana?” tanya Emily pelan.Gallen terse

  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Menunggu Dua Bidadari

    “Ada lagi enggak barang lainnya? Takutnya tertinggal.” Mama Emily bertanya kala Gallen memasukkan satu persatu perlengkapan untuk menemani Emily di rumah sakit. “Sepertinya sudah semua, Ma. Kalau memang ada yang kurang nanti aku akan ambil kembali. Mama naik duluan saja, aku akan bawa Emily.” Gallen membukakan pintu untuk sang mama agar naik ke mobil terlebih dahulu. Gallen kembali masuk ke dalam rumah di mana Emily duduk berdampingan dengan Giana dan Gracia. “Kita mau ke rumah sakit tapi kaya mau demo rame begini,” kelakar Emily. “Bagus dong Em, kita kan juga mau dampingi kamu biar deg-degannya dibagi-bagi,” jawab Gracia. “Deg-degan tapi juga excited, Kak.” Emily menerima uluran tangan Gallen yang berniat membantunya berdiri dari posisi duduk. “Ayo kita Bismillah sama-sama ya, Sayang.” Gracia mengecup kepala samping Emily dengan memegangi pinggang sang adik yang tampak kepa

  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Kontraksi Berikutnya

    “Ah ... selamat, aduh ya ampun ... aku mau punya keponakan?” Emily kembali berseru, menggeser badan mengimpit Gracia untuk memeluknya dari samping dengan bersemangat. “Kamu tahu sekali aku sangat bahagia, Em. Aku sudah bisa membayangkan anak-anak kita berlarian merebutkan neneknya.” Gracia kembali mengusap sudut matanya yang basah. Emily mengangguk, menyetujui perkataan kakaknya yang ia yakin benar. Si kembar dan sepupu mereka akan memperebutkan sang nenek kelak seperti mama mereka. “Berapa minggu tadi usianya? aku hanya baca bagian positif.” Emily merangkul bahu Gracia erat. “Enam minggu,” jawab suami Gracia. “Titip kakak aku yang cerewet ini ya Bang, awas kalau kenapa- kenapa.” Emili pura-pura mengancam dengan menyipitkan matanya ke arah suami Gracia. “Pasti dong Dek, mereka adalah hidup aku sekarang ini,” tukas suami Gracia. Emily memeluk sang kakak dengan

  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Kehamilan Kedua

    “Abang tanyanya seolah meremehkan begitu, aku enggak pernah pacaran sama sekali. Dari mana pernah ciuman. Dan kalaupun sudah pacaran belum tentu aku akan mau melakukan itu,” papar Giana. “Iya paham, kamu wanita baik-baik buka seperti aku yang banyak ceweknya di sana sini,” desah Prasetio. “Aku enggak mengungkit masalah itu, kenapa Abang malah seolah merendahkan diri sendiri seperti itu?” tuntut Giana. “Kita mau berantem masalah ciuman ini? bukankah kamu bilang kangen sama aku kemarin? Sekarang malah menanduk terus,” papar Prasetio. Giana menunduk kecil, diam. “Aku tidak meremehkan kamu yang belum pernah ciuman, bagus malah. Pergaulan kamu sangat baik dan sehat, dan aku enggak merendahkan diri karena bilang banyak cewek. Itu hanya sebagai pengingat untuk aku terus memperbaiki diri agar benar-benar layak disandingkan perempuan seterjaga kamu, Giana. Sumpah mati aku malu sama masa lalu aku pad

  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Kencan Calon Adik Ipar

    “Wuih ngeri sekali perut kamu Em, seperti mau meletus,” kelakar laki-laki berjaket kulit hitam. “Asem,” kekeh Emily. “You look so beautyfull, how are you?” Prasetio memberikan pelukan hangat pada Emily dengan pakaian rumahnya, daster. “Peres amat bilang cantik, sudah tahu sebesar ini badan aku. Kabar sehat Alhamdulillah, ada perlu di rumah atau bagaimana kok tiba-tiba balik Indonesia?” tanya Emily. “Ada yang minta aku pulang, kangen katanya,” kekeh Prasetio. Emily tersenyum paham kemudian terkekeh kecil sebelum mempersilakan tamunya masuk ke dalam rumah barunya yang belum sepenuhnya rapi karena baru tiga hari lalu mereka pindahan. “Lagi dijemput sama abangnya, duduk Tio. Sudah pulang ke rumah kan tapi?” tanya Emily. “Sudah, semalam menginap juga di rumah. Iya Giana sudah bilang, bagaimana perkembangan si kembar?” Prasetio menunjuk perut Emily dengan dagunya.

  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Pelajaran

    “Jangan terlalu stres ya Ibu, jangan sampai tekanan darahnya naik lagi kalau bisa. Pokoknya harus terus bahagia kalau ibu hamil itu dan selalu hati-hati.” Dokter berpesan pada Emily dan Gallen sebelum esok harinya diperbolehkan pulang. “Baik Dok, akan kami ingat.” Gallen dan Emily menjawab serentak. Gallen siap mendorong Emily yang duduk di kursi roda, sedangkan mama Emily dan Giana berdiri di samping keduanya denga tarikan nafas lega. “Kok kamu tiba-tiba punya darah tinggi si, Sayang?” tanya Mama Emily membelai kepala putrinya. “Ini Ma pelakunya yang buat aku tekanan darah tinggi terus, marahin Ma.” Emily menunjuk Gallen dengan wajah sengaja ia lipat-lipat secara dramatis. “Kamu yang buat anak Mama darah tinggi? Hah? dasar nakal kamu ya.” Mama dengan tertawa memukul lengan Gallen berkali-kali. “Pukul Ma pukul yang kencang, jewer kalau perlu.” Emily mengompori dengan bertepu

  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Kontraksi Palsu

    Gallen menghela nafas entah untuk ke berapa kali, menyaksikan istrinya yang masih bergeming tidur di sofa tanpa bantal semenjak satu jam lalu. “Ya susah maaf sudah merakit tanpa kamu lihat. Kamu mau aku bongkar lagi itu lemari sama tempat mandi?” Gallen membelai lengan istrinya lembut, duduk berdempetan dengan Emily dalam satu sofa.Emily menarik nafas panjang, ia sejak tadi sedang memikirkan mengapa ia berlebihan sekali marahnya. Tapi masih kesal juga karena Gallen membohonginya dengan mengatakan akan segera pulang menyusul ia dan Giana. Berniat membalikkan badan namun kesusahan karena terlalu sempit.Gallen cepat bangun dari sana dan membantu istrinya bangun pula dengan meringis kecil. Emily sering kesusahan saat bangun dari posisi tiduran, dan hal tersebut sering membuat Gallen takut jika tidak ada yang melihat dan membantu saat Emily hendak bangun.“Kamu tahu aku sangat menunggu momen ini,” lirih Emily.“Iya aku lupa, aku hanya berniat biar yang bes

  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Pertengkaran di Kamar Anak

    Gallen tertawa kecil ketika menurunkan semua barang calon kedua putri mereka. Bukan hanya satu taksi seperti dugaan Emily, melainkan dua taksi dan semuanya penuh sesak. Ia yang paling banyak andil memilih barang. “Biar enggak repot pindahkan lagi ya, Bang?” tanya Giana. Gallen menurunkan semua belanjaan mereka di rumah baru yang baru akan ditempati bulan depan karena masih melengkapi barang-barangnya. Rumah yang ia dan Emily bangun dengan penuh kebahagiaan menyambut kedua putri mereka. Rumah yang dihadiahkan Gallen untuk Emily dan menolak dibantu dengan dalih ia memang sudah menabung untuk hal tersebut dari jauh hari. “Iya kita akan cicil untuk pindahan nanti, kalian pulang saja sana. Biar ini Abang rapikan dulu. Istirahat kamu, Emily.” Gallen mengangkat kardus besar berisi dua stroller dengan mudah. Rumah baru Gallen dan Emily tidak terlalu jauh dari rumah peninggalan orang tua Gallen. Hanya lima menit pa

  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Stroller Terbang

    “Bahagia sekali, Kak. Ada apa gerangan?” tanya Giana. “Tentu saja bahagia, hari ini abang kamu akhirnya bisa temani aku belanja kebutuhan si kembar. Abang kamu masih percaya ucapan orang tua dahulu, belum boleh beli-beli kalau belum tujuh bulan. Aku sampai menyimpan semua catatan setiap lihat yang lucu untuk dibeli. Kamu ikut yuk, bolos sehari. Aku kok merasa akan kesal belanja sama abang kamu saja.” Emily melepas tawa. “Hei bicarakan aku terus kamu ya.” Gallen datang dari dalam kamar mencubit pipi Emily pelan. “Memang iya kok, biarkan Giana ikut ya,” pinta Emily. “Iya boleh, Giana yang akan dorong kursi roda kamu dan aku dorong belanjaan karena aku yakin kita bukan mau belanja tapi mau merampok peralatan bayi,” desah Gallen. “Aku enggak mau pakai kursi roda aku bilang, aku sehat dan jalan itu menyehatkan,” tolak Emily. “Menyehatkan itu 20-30 menit, kamu yakin tidak kurang d

DMCA.com Protection Status