🥀🥀🥀🥀
#Pov Humaira
"Bang, minta uang, ga ada stok lagi di dapur, gas habis, beras habis, bumbu menipis," ucapku pada suamiku yang baru bangun tidur.
"alah uang mulu yang ada di otakmu, baru Minggu lalu kukasih limpul udah mintak lagi, dasar boros," ucap Bang Imron suamiku seraya pergi ke kamar mandi, untuk mandi dan siap-siap pergi kekantor.
"Ya sudah hari ini, aku ga bisa masak apa apa, jangan salahkan aku" ucapku tak mau kalah.
Jengkel menghadapi suami pelit macam dia, apa apa perhitungan apalagi kalau masalah uang. Bang Imron siap duduk dimeja makan "mana sarapan? udah jam segini belum ada apa-apa dimeja, dasar pemalas," sambil memukul meja. " Kan tadi sudah kubilang ga ada apa-apa lagi makanya kasih uang," ucapku kesal. "Hari ini ga ada uang belanja, lebih baik aku sarapan di kantor saja," ucapnya sambil ngeloyor pergi tanpa pamit dan tanpa salam. Tinggal lah aku seorang diri, baiklah aku akan ngutang ke warung Mpok Leha saja, mudah-mudahan dikasih. "Mpok bisa ngutang kah? Beras 1 kg, gas, dan tempe 1 saja!" ucapku penuh harap. "Ngutang mulu kamu Hum, yang kemaren aja belum di bayar, ini dah mau nambah!" ucap Mpok Leha kesal. "Nanti kalau sudah ada rejeki dibayar Mpok," ucapku memelas "Oke ku beri waktu seminggu, harus sudah lunas semua" "Baik Mpok, akan saya usahakan" ucapku"Pokoknya aku ga mau tau, jangan cuma janji-janji aja ingat itu" balasnya emosi
"Baiklah Mpok Insya Allah" jawabku.
Akhirnya aku pun pulang dengan belanjaan yang tak seberapa itu, asal bisa mengganjal perut Bang Imran malam nanti, walau dia ga mau tau, tiap ngutang ga pernah mau bayar, karena aku yang ngutang bukan dia katanya. Terlalu! Segera kubereskan urusan rumah, menyapu, ngepel, nyuci baju nyuci piring dan memasak tempe sedikit, sisanya mau dimasak sore nanti menjelang Bang Imron pulang. Setelah makan, aku pun bergegas keluar, berkeliling kampung, manatau ada yang memerlukan jasaku, walaupun menahan malu, mengetuk tiap pintu untuk menawarkan jasa mencuci baju, menyetrika, atau apa saja yang bisa menghasilkan uang, berapa pun dibayar aku terima. Alhamdulillah setelah seharian berkeliling, sudah ada 100 ribu ditangan, ada sekitar 5 rumah yang memakai jasaku, dari sekian banyak yang kudatangi. Aku pun segera membayar utang ke warung Mpok Leha, "Ini Mpok utangku yang tadi, sekalian sama yang kemarin" kuserahkan selembar uang merah pada Mpok Leha. "Tumben lu, cepat banget bayarnya, nih kembaliannya" ucap Mpok Leha menyodorkan 20 ribuan, Setelah mengambil kembalian aku pun berlalu pergi *** Sampai di rumah aku pun segera mandi kemudian sholat Ashar, lalu beranjak ke dapur, kuolah tempe td menjadi tempe goreng tepung, dan tumis bunga pepaya yang kupetik tadi di depan rumah. Halaman rumah memang tidak seberapa luas tapi kumanfaatkan dengan bercocok tanam, kutanami pepaya berbagai jenis cabe, kacang panjang, ubi kayu, bayam, bumbu dapur seperti kunyit, jahe, kencur pun ada, walau tidak banyak tapi lumayan lengkap. ***Kutunggu tunggu Bang Imron tak jua datang, "kemana Bang Imron, sudah hampir Magrib belum juga pulang" ucapku dalam hati.
Tin...tin....
Suara klakson motor Bang Imron, mengagetkanku, aku pun bergegas menuju halaman membuka pintu pagar.
"Lama kali pun, ngapain aja kau?" Ucap Bang Imron
"Maaf, Bang..." ucapku
"Sudah sana siapkan air mandi ku, habis tu mau makan aku dah lapar kali"
"Iya, Bang tunggu sebentar"
Setelah selesai mandi dan berganti baju, Bang Imron duduk di meja makan, dan membuka tudung saji
"Makanan apa pula ini, tak mau aku makan, ga selera aku, suami capek pulang kerja, ini yang kau suguhkan samaku, dasar istri gak guna"
Berderai lagi air mataku, tak sanggup lagi rasanya berkata-kata
"Tu lah yang kau bisa, bisanya cuman nangis dan nangis, kalau begini caranya, lebih baik kita masing-masing, kutalak engkau wahai Humaira Salsabila," ucapnya
"Kenapa semudah itu kau ucapkan kata itu Bang, tolong jangan katakan itu Bang kumohon aku akan perbaiki semuanya," ucapku masih tersedu.
"Alah merengek pula kau, sudah tak mempan aku, sekarang juga kau angkat kaki dari rumahku dan jangan bawa apa-apa selain baju-baju butut kamu," ucapnya kian meradang.
"Baiklah, aku akan segera bersiap."
Aku pun segera berkemas, sebelum pergi ku sempatkan sholat Maghrib terlebih dahulu.
"Alah pake sholat dulu, kelamaan,"
Aku yang sedang sembahyang jadi kurang khusyuk, dan mempercepat gerakanku.
Setelah selesai aku pun pamit, "Maafkan aku selama menjadi istri mu Bang," seraya bibirku bergetar dengan dada yang sesak mencoba mengatur nafas agar tak mengeluarkan air mata dihadapannya.
Kurasa tiada guna aku bertahan, apalagi harus memohon, sudah seringkali dia menyakiti hatiku seperti ini, namun aku tetap bertahan dan bersabar, mungkin perpisahan ini lebih baik daripada saling menyakiti perasaan, atau tidak adanya kenyamanan kedua belah pihak.
"Sudah sana pergi, ga usah drama..." usir suamiku
"Nanti surat cerai nyusul, akan ku kirimkan ke rumah orang tuamu" ucapnya lagi
Aku pun segera beranjak pergi, tak mau lagi berlama-lama, karena percuma saja memohon, untunglah aku belum memiliki anak dengan nya.
Kubuka pintu, tiba-tiba ada seseorang yang hampir mengetuk pintu.
"Laras..." Pekik Bang Imron kaget.
<span;>NEXT
Hai teman-teman, terimakasih sudah mampir di ceritaku ya,
Ditunggu like dan komentar serta kritik dan sarannya ya teman-teman,
Dukung terus karya-karya Othor ya? biar Othor semangat lagi up nya,
Jangan lupa juga untuk subscribe dan juga follow akun Othor ya,
Terimakasih
🥀🥀🥀🥀#POV: Humaira"Laras ...." pekik Bang Imron kaget."Laras? siapa dia Bang?" Ucapku."Pegawai baru di perusahaan" imbuhnya"Ngapain kamu kesini? Kan bisa urusan kantor diselesaikan besok saja," imbuhnya lagi."Aku kesini mau menanyakan kejelasan hubungan kita," ucap Laras sambil menatap Bang Imron, dan sedikit pun seperti tak menganggap keberadaan ku."Aduh, apa pulak kamu ini," ucap Bang Imron yang mulai gusar."Ini, coba lihat!"ucap Laras sambil menyerahk
🌷🌷🌷🌷 #POV Huma "Huma!" seseorang berteriak memanggilku. "Eh Maya, apa kabar May? kamu ngapain disini?" ucapku, Maya adalah sahabatku dari kampung. "Kamu sendiri ngapain disini?" ucapnya lagi balik bertanya. "Ceritanya panjang, lain kali aja ceritanya ok!" jawabku "O iya kenalin ini Tante Rena, Om Burhan, Angga, dan ini Rani" lalu mereka pun bersalaman sambil menyebutkan nama masing-masing. "Kamu ngapain sih kesini? Siapa yang sakit?" ucapku. "Aku ga sakit kok, aku mau medical check up, buat lamaran kerja" "Oooh... " ucapku. "Huma, minta no hapemu" ucapnya lagi. "Waduh aku gak punya hape" ucapku jujur, selama menikah boro-boro kebeli hape, makan aja susah. "Sini simpan di hp aku aja," ucap Rani Lalu mereka saling bertukar no hape, lal
#POV Imron21 thn+Namaku Ali Imron Butarbutar, aku bekerja di sebuah perusahaan besar, jabatanku manager keuangan, aku telah menikah dengan gadis Sunda bernama Humaira Salsabila, dia cantik tapi lamban dalam pekerjaan, masakan nya pun tak ada enak-enak nya, terkadang tempe, tahu, sayur bayam, kangkung, ikan asin, tak ada selera sama sekali aku tengok, boros pulak, kerjaan mintak uang teros, ga ada cukup-cukupnya, heran aku.Aku berasal dari kisaran, orangtuaku petani, tak pernah aku tengok mamakku ku mintak uang sama bapakku, apapun dikasih bapak cukupnya itu, beda kali sama istriku si Huma, apa-apa minta, apa-apa kurang, ada nyah kebun kecil kami di halaman rumah, dasar dia nya aja yang boros.Gajiku lumayanlah, tapi tak kukasih kan sama si Huma semua, kadang kukasih dia tiga ratus ribu sebulan kadang juga lima ratus ribu, untuk peganganku pun sama lima ratus juga, tapi cepat kali habis uang dia, entah apa y
❤️❤️❤️❤️#POV ImronAkhirnya hari yang kutunggu-tunggu datang juga, beberapa saat lagi akan ku ikrar kan janji suci di depan Bapak penghulu.Seharusnya dari minggu-minggu kemaren terlaksana, ditunda gara-gara surat ceraiku masih belum ketuk palu, biarlah terlambat yang penting resmi aku nikah sama si Laras.Sidang perceraian pun cukup lancar, tanpa kehadiran kedua belah pihak, saat sidang ketiga barulah dihadiri kedua belah pihak, untunglah si Huma tak ada nuntut harta Gono gini, amanlah harta-hartaku.Saat pengucapan ikrar talak pun tak ada kutengok dia sedih ataupun menyesal, malah kutengok ceria kali wajahnya, macam senang kali lepas dari awak yang ganteng ini."Hei, Bang.... Bang Imron, ayok kita pigi!" ucap Laras secara tiba-tiba."Amang tahe, terkejut aku, kamu pun datang-datang bukannya salam malah ngagetkan pula,"ucap Bang Imron yang masih dud
🥀🥀🥀🥀#Pov LarasKupandangi wajah tampannya yang kelelahan, ia masih tertidur dengan pulasnya, disaat aku masih terjaga setelah kami menyelesaikan tugas kami sebagai suami istri.Masih teringat awal perjumpaan kami waktu itu, disaat aku sedang dirundung suatu masalah yang besar, ia datang menawarkan cinta, tentu aku menerimanya dengan senang hati.Namun dibalik itu semua, ada sesuatu hal yang aku sembunyikan , tiada sesiapa pun tau, aku menyimpan rahasia ini rapat rapat seorang diri.Aku Larasati Anggraeni, aku seorang pendatang di kota ini, aku bekerja di perusahaan yang sama dengan Bang Imron sebagai karyawan biasa bagian produksi.Asal ku dari Jambi, kedua orangtua telah lama meninggal, aku anak pertama dari dua bersaudara, adikku di kampung tinggal menumpang di rumah saudara, sementara rumah kami sudah lama dijual.
🥀🥀🥀🥀#Pov LarasAku terbangun di kala sang surya mulai menyapa, cahayanya mengintip melalui sela-sela gorden yang tersingkap oleh hembusan kipas angin yang menyala sepanjang malam.Lantunan lagu Jambi 'Tapisah Dek Urang Tuo' terdengar berkali-kali dari handphoneku pertanda ada panggilan masuk.Dengan mata yang masih lengket seolah belum mau terbuka dan kepala yang agak pusing, aku mencoba bangun sekuat tenaga untuk mengambil hp di atas nakas."Halo""mmm ya, kapan? ""Oke, iya nanti Ayuk jemput""Siapa Dek?" tiba-tiba Bang Imron terbangun."Laura besok mau kesini Bang, " jawabku"Kok ga ijin dulu sama abang si Dek?" ucapnya"Tempo hari kan udah kubilang ma abang, biar dia bisa nempati kost an ku yang d
🌷🌷🌷🌷🌷#Pov HumairaSetelah seminggu berada di rumah Om Burhan aku pun pulang ke kampung halamanku di Bandung, diantar oleh Angga dan Rani, sesampainya di rumah, Mamah sangat kaget mengetahui putrinya tiba-tiba pulang bersama orang lain pula.Aku pun menceritakan perihal kehidupan rumah tanggaku kepada Mamah, tanpa ada yang ku tutup-tutupi, Mamah sangat sedih dan terpukul mengetahui anaknya menderita, beliau lalu memelukku, menguatkanku, dari keterpurukan.Berhari-hari aku dirumah, selama itu juga aku tak pernah keluar rumah, apalagi sejak menerima surat panggilan gugatan cerai dari pengadilan agama, aku nencoba menata hati, menguatkan diri dengan semakin mendekatkan diri ini pada-Nya.-Aku sengaja tak menghadiri sidang perceraianku, biar prosesnya lancar, barulah pada sidang yang ket
🌹🌹🌹🌹# part 9#POV HumairaMah, apa sebaiknya kita mencari karyawan baru, kewalahan ni Mah, pesanan rame terus," ucapku suatu sambil menyusun nasi kotak."Sok atuh, mamah mah satuju ajah," ucap mamah sambil memanggang bolen pisang.Tiba-tiba hape ku berdering, pertanda ada pesan masuk melalui aplikasi dengan simbol gagang telepon berwarna hijau."Saha Hum? (siapa Hum?)" tanya mamah sambil mengangkat kue bolen pisang rasa coklat dan rasa keju yang sudah matang.Dari aromanya tercium sangat menggugah selera, aromanya menusuk hidung, apalagi bolen pisang rasa coklat adalah salah satu makanan favoritku."Rania Mah, minggu depan mau pulang cenah, dia mau pesan catering buat syukuran anaknya yang di khitan" ucapku sambil b
"Kenapa, Kal? Bolak-balik aja," ucap Hadi,"Mendingan makan dulu, keburu dingin nanti!" imbuhnya lagi."Ini Teh Huma, belum nyampe juga jam segini, aku kan jadi khawatir, Kang" jawab Haikal."Telepon juga nggak aktif," imbuhnya lagi."Coba telepon Laura, handphone Huma paling lowbat." Kang Hadi menambah porsi makannya."Ayo makan dulu, biar bisa berfikir jernih," ucap Hadi."Iya deh." Haikal bergabung bersama Kang Hadi di meja makan.Keesokan harinya, Imron dan keluarga sudah bersiap-siap untuk
# Beberapa hari kemudianSuasana pagi hari di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta cukup ramai, Haikal, Hadi dan keluarga Bang Togar, berjalan beriringan menaiki kapal KM Kelud yang berkapasitas dua ribu orang penumpang, yang tidak lama lagi akan berangkat.Mereka hendak berlayar menuju ke pelabuhan Belawan Medan Sumatera Utara, namun harus transit di beberapa titik sebelum sampai di tujuan akhir, mereka akan berlayar selama tiga hari dua malam.Haikal dan Kang Hadi sangat menikmati perjalanan panjang mereka, ini merupakan pengalaman mereka yang pertama menaiki kapal laut, karena selama ini belum pernah bepergian jauh keluar dari pulau Jawa.Humaira dan beberapa orang yang lainnya akan terbang menaiki pesawat dari bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Bandara Kualanamu kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara tiga hari kemudian.Saat ini ia sedang bersiap-siap m
"Mungkin Laras sama Laura mau ikut." Humaira menoleh ke arah Laras dan Laura.Laras dan Laura saling berpandangan, kemudian mereka menjawab hampir bersamaan."Tengok saja nanti," jawab mereka."Nanti kalau mau pergi, sama-sama kita ya?" ucap Togar.Ketika sedang asyik berbincang, tiba-tiba gawai milik Togar berbunyi, ia pun segera mengangkat telepon."Kebetulan sekali, si Imron video call, kuangkat dulu ya,"ucapnya.["Assalamualaikum Imron apa kabar? "] Togar melambaikan tangannya ke arah layar handphonenya.["Horas bah! Macam mana kabar di sana, kawan?"] balas Imron.["Kamipun sehat-sehat semua di sini,"] jawab Togar.["Bagaimana Togar sudah kau bilang sama keluarga Humaira tentang acara pernikahanku itu?"] tanya Imron.["Sudah, tengok ini! Kami lagi ngumpul di rumah Haikal."] Togar mem
Laras berubah menjadi pendiam dan selalu mengurung diri di dalam kamar, kejadian beberapa hari yang lalu membuatnya menjadi sadar, ia menyesali perbuatannya selama ini."Ayuk! Dipanggil sama mamah Yati, disuruh makan." Laura masuk ke dalam kamar, ia kasihan melihat kakaknya selalu termenung dan menyendiri di dalam kamar."Ayuk nggak lapar," jawabnya singkat.Laura duduk di tepi ranjang, ia menatap Laras yang semakin kusut, rambut dibiarkannya tergerai berantakan, seolah tidak ada lagi semangat hidup."Ayuk pegang apa itu?" Laura melihat Laras menggenggam sesuatu.Laras membuka genggaman di tangannya. kemudian memperlihatkanny
Alex mengambil sesuatu dari saku celananya, kemudian ia hendak menyumpal mulut Laura dengan saputangan yang sudah ia olesi dengan obat bius.Laura mundur beberapa langkah, sehingga Alex yang posisinya masih berada di dalam mobil, sedikit kesulitan untuk melakukan aksinya."Sudah aku duga, kau akan memakai cara-cara licik seperti ini, seperti waktu itu saat kau menjebakku."Laura menatap Alex dengan penuh kebencian."Gara-gara ulahmu itu terpaksa aku menerima lamaranmu," imbuhnya lagi."Bagaimanakah kau bisa mengenaliku, Sayang?" tanya Alex, dengan suaranya yang tidak lagi dibuat-buat."Walaupun kau merubah penampilanmu, tapi a
"Seandainya saja tadi Ayuk aku bisa kita ajak kerjasama untuk menemukan Alex dan komplotannya," ucap Laura."Aku mewakili kakakku, mohon maaf kepada keluarga di sini, atas kelakuannya itu," ucap Laura."Iya, sudah kami maafkan kok, jangan khawatir Laura." balas Humaira."Kamu benar Laura, kakak kamu itu bisa kita ajak kerjasama."Haikal menatap Laura."Laura, tolong ambilkan laptop-ku di kamar," imbuhnya lagi.Laura bangkit dari duduknya, lalu bergegas menuju kamar Haikal, tidak lama kemudian ia pun sudah kembali membawa laptop berwarna hitam dengan layar 14 inci.Haikal mulai membuka laptopnya, ia melihat rekaman CCTV, kini semua orang yang berada di ruang tamu fokus melihat ke arah benda segi empat tersebut."Sepertinya aku kenal dengan pria itu," ucap Laura, ketika melihat Laras turun dari mobil diikuti oleh Hen
Humaira menikmati pemandangan di jalanan kota Bandung yang ia lalui melalui jendela mobil taksi, sudah berbulan-bulan meninggalkan kota ini membuatnya rindu akan tanah kelahirannya itu, sementara Maulida nampak tertidur pulas di sampingnya."Masih lama lagi kah, Kak Ira?" tanya Maulida ketika ia membuka matanya."Nggak lama lagi kok," balas Humaira."Kalau masih ngantuk, tidur aja lagi, nanti kakak bangunin," imbuhnya lagi."Udah nggak ngantuk lagi, kok!" balas Maulida.Tak' lama kemudian, mobil pun berhenti di depan rumah Humaira, ia beranjak turun dari mobil, kemudian mengeluarkan semua barang bawaannya, dibantu oleh Maulida dan sopir taksi."Rumah kakak bagus ya?"Maulida mengedarkan pandangannya ke arah rumah Humaira dan rumah disekitarnya."Ayo masuk!" Humaira tersenyum."Assalamualaikum!" uca
Laras melemparkan gawainya ke atas tempat tidur, ia merasa kesal karena Laura begitu saja memutuskan sambungan telepon."Sial! Nanti sore pula, katanya! Mana sudah lapar kali' ini," umpatnya sambil memegangi perutnya.Ia berjalan mondar-mandir mengitari kamar, sesekali meremas rambutnya yang hitam sebahu.Laras tersenyum, ketika tiba-tiba mendapatkan sebuah ide cemerlang, kemudian membongkar tas koper besar berisi pakaian, ia mencari sebuah baju yang didalamnya terdapat uang yang ia curi dari keluarga Tuan Kenzi.Beberapa lembar uangkertas yang terdiri daripecahanmulai 1.000yen, 2.000yen, 5000yen, hingga 10.000yen, ia kumpulkan kemudian merapikannya."Sebaiknya aku tukarkan dulu uang Yen ini dengan rupiah, baru aku beli makanan dan langsung pergi ke Bandung," Laras tersenyum puas.Laras mengambil handphonen
"Aku pagi ini disuruh ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian peristiwa kebakaran kemarin," ucap Haikal.Laura menoleh sekilas ke arah Haikal kemudian kembali menikmati sarapannya."Laura, kamu ikut yuk! Temani aku, aku takut nih, berurusan dengan polisi." Haikal menatap Laura.Laura menoleh ke arah Ceu Yati untuk meminta persetujuan, kemudian Ceu Yati menganggukkan kepalanya."Kalau Neng Laura sudah baikan, boleh pergi kok," ucap Ceu Yati."Tapi catering gimana, Mah?" tanya Laura."Urusan catering biar mamah yang urus." Jawab Ceu Yati.Haikal bangkit dari duduknya, kemudian menoleh ke arah Laura."Aku siap-siap dulu, nanti nyusul ya?" ucapnya."Iya" jawab Laura singkat."Mamah juga mau ke tempat catering Hilma, mau ngawasin pegawai." Ceu Yati bangkit dari duduknya lalu ia beranjak p