🌷🌷🌷🌷
#POV Huma
"Huma!" seseorang berteriak memanggilku.
"Eh Maya, apa kabar May? kamu ngapain disini?" ucapku, Maya adalah sahabatku dari kampung.
"Kamu sendiri ngapain disini?" ucapnya lagi balik bertanya.
"Ceritanya panjang, lain kali aja ceritanya ok!" jawabku
"O iya kenalin ini Tante Rena, Om Burhan, Angga, dan ini Rani" lalu mereka pun bersalaman sambil menyebutkan nama masing-masing.
"Kamu ngapain sih kesini? Siapa yang sakit?" ucapku.
"Aku ga sakit kok, aku mau medical check up, buat lamaran kerja"
"Oooh... " ucapku.
"Huma, minta no hapemu" ucapnya lagi.
"Waduh aku gak punya hape" ucapku jujur, selama menikah boro-boro kebeli hape, makan aja susah.
"Sini simpan di hp aku aja," ucap Rani
Lalu mereka saling bertukar no hape, lalu kami pun berpisah.
Kami menaiki mobil Om Burhan, mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, menuju kediaman Om Burhan sekeluarga.
***
POV Maya
Setelah berpisah dengan Huma di parkiran, aku pun memasuki rumah sakit, aku menuju ke ruangan Dokter Sheila, seorang dokter muda yang cantik yang akan memeriksaku, beliau seorang dokter umum, sebenarnya aku sudah check up beberapa hari yang lalu, sekarang akan mengambil hasilnya. "Semoga semua baik-baik saja, aamiin..." ucapku berdialog dengan diriku sendiri.
"Maya Sofia" ucap perawat memanggil namaku
Aku pun bergegas masuk, sepintas aku melihat Laras masuk ke ruangan Dokter kandungan.
"Laras? Ngapain dia kesitu"batinku aku keheranan tapi aku tak mempedulikan nya dahulu karena aku sudah dipanggil.
Aku pun masuk ke ruangan yang dipanggil Suster tadi.
"Silahkan Mba," ucap Bu Dokter sambil tersenyum manis menampakkan lesung pipi nya.
"Jadi gimana hasil Check up saya Dok?" ucapku sambil duduk didepannya.
"Semuanya baik, tapi masih ada yang harus di check ulang, untuk memastikan lagi, disini ada kista, tapi masih sangat kecil, sementara saya kasih resep, nanti seminggu kemudian kita check lagi ya," tuturnya.
"Kista???" ucapku kaget
"Tidak apa-apa, jangan khawatir, masih bisa sembuh, diminum saja obatnya dan jauhi pantangannya." ucapnya memberi semangat
"Baik Dok, terimakasih" ucapku sambil menerima resep dan bergegas pergi menuju ke apotek rumah sakit.
***
"Laras mana ya?" Benakku berkata
"Ngapain dia ada tadi di dokter kandungan? Dia kan belum nikah?" Batinku lagi."Maya Sofia...." Namaku dipanggil, aku pun segera beranjak mengambil obat ku dan bergegas meninggalkan rumah sakit.
"Maya..." Seseorang memanggil ku ketika langkah ku menuju parkiran.
"Eh Laras, ngapain disini?" Ucapku
"Aku.... mmm.... Aku... Cek kesehatan," ucapnya gugup.
"Ooh" jawabku singkat, padahal aku kurang puas dengan Jawabannya, pasti ada yang disembunyikan.
"Laras, gimana masih ada lowongan kah di tempat kerjamu?" ucapku, aku rencana nya mau ikut tes kerja ke Jepang, tapi kondisi ku masih harus di pulihkan dahulu, mana tau gak lulus ke Jepang, bisa aku ikut kerja di tempat Laras kerja pikirku.
"Belum tau juga, mungkin kalau OB ada seperti nya, coba besok datang temui satpam di tempatku kerja" ucapnya lagi
"Baiklah, terimakasih informasinya ya" ucapku
"By the way kamu mau kemana sekarang?" ucapku lagi
"Aku nunggu jemputan ni, eh Maya Minggu ini kamu datang ya ke acara nikahan aku, cuma syukuran aja, ga banyak undangan, hanya keluarga dan teman-teman dekat aja" ucapnya antusias
"O ya! Selamat ya? Iya Insyaallah aku datang," ucapku lagi.
"Ya udah, aku pulang duluan ya!" ucapku sambil menaiki ojeg online, yang tadi telah kupesan.
"Ok, see you"
***POV AuthorSelepas kepergian Maya, beberapa saat kemudian datanglah Bang Imron menjemput Laras, Lalu mereka berdua pergi menuju rumah makan yang tak jauh dari rumah sakit.
"Bang, kok lama banget jemput nya, pegel tau! Mana lapar," ucap Laras sambil mencebikan mulut nya.
"Macet dek, ayolah kita makan udah lapar kali ini pun, ga ada makan apa-apa dari tadi pagi Abang," Bang Imron menjawab sambil melambaikan tangannya memanggil pramusaji restoran.
Setelah makanan tersedia di meja makan mereka pun makan dengan lahapnya terutama Bang Imron.
"Bang, jadi kan acara kita Minggu ini? Orang tua Abang datang kah?" Laras bertanya
"Terus siapa siapa aja yang diundang? Imbuhnya lagi
"Mungkin hanya saudara ku yang disini sini aja yang datang, beberapa teman dekat dan tetangga sekitar aja," ucap Bang Imron.
"Aku udah undang beberapa teman dekat, keluarga ku di Jambi hanya doa saja, ga bisa datang katanya," Laras berbicara dengan mulut yang belepotan.
"Jorok kali kau, lap dulu tuh mulut, belepotan makannya macam anak kecil" ucap Bang Imron yang telah selesai makan.
"Ish Abang, lap in Napa? Biar romantis macam di film-film " ucap Laras sambil melap mulutnya dan menyelesaikan makannya.
"Halah tak payahlah, tak suka aku," ucap Bang Imron.
"Habis ni kita ke butik ya Bang, kita pas kan dulu baju pengantin kita" ucap Laras.
"Ga usah Butik-butik deh, kita sewa aja dari tukang rias nya nanti, biar murah sikit" ucap Bang Imron sambil menyalakan motor nya.
"Pelit kali sih Bang," ucap Laras dengan mulut manyun.
Grung... Gruuung motor pun melaju membelah kota Jakarta menuju tempat kost Laras.
"Hei Laras, lama kali nyampe nya, jalan-jalan dulu lah ya," sapa Maya yang sedang duduk-duduk di depan kost an nya, mereka tetangga kost beda beberapa kamar.
"Iya nih, kami makan-makan dulu" ucapnya sambil bergelayut manja di lengan Bang Imron
Tiba-tiba hape Maya berdering
"Halo, eh Huma ya? Gimana udah baikan? Kapan balik?" Ucap Maya sambil masuk menuju kamarnya.
"Hah... Huma?" Dalam hati Bang Imron dan Laras
"Beda orang kali dek" bisik Bang Imron."Ah iya kali, Bang. Nama Huma kan bukan cuma dia aja" timpal Maya
"Okelah Abang pulang dulu lah ya" ucap Bang Imron
"Okelah, hati-hati di jalan Bang" ucap Laras yang hanya dibalas dengan senyuman Bang Imron sambil melajukan motornya.
***
NEXT
Hai teman-teman, terimakasih sudah mampir di ceritaku ya,
Ditunggu like dan komentar serta kritik dan sarannya ya teman-teman,
Dukung terus karya-karya Othor ya? biar Othor semangat lagi up nya,
Jangan lupa juga untuk subscribe dan juga follow akun Othor ya,
Terimakasih
#POV Imron21 thn+Namaku Ali Imron Butarbutar, aku bekerja di sebuah perusahaan besar, jabatanku manager keuangan, aku telah menikah dengan gadis Sunda bernama Humaira Salsabila, dia cantik tapi lamban dalam pekerjaan, masakan nya pun tak ada enak-enak nya, terkadang tempe, tahu, sayur bayam, kangkung, ikan asin, tak ada selera sama sekali aku tengok, boros pulak, kerjaan mintak uang teros, ga ada cukup-cukupnya, heran aku.Aku berasal dari kisaran, orangtuaku petani, tak pernah aku tengok mamakku ku mintak uang sama bapakku, apapun dikasih bapak cukupnya itu, beda kali sama istriku si Huma, apa-apa minta, apa-apa kurang, ada nyah kebun kecil kami di halaman rumah, dasar dia nya aja yang boros.Gajiku lumayanlah, tapi tak kukasih kan sama si Huma semua, kadang kukasih dia tiga ratus ribu sebulan kadang juga lima ratus ribu, untuk peganganku pun sama lima ratus juga, tapi cepat kali habis uang dia, entah apa y
❤️❤️❤️❤️#POV ImronAkhirnya hari yang kutunggu-tunggu datang juga, beberapa saat lagi akan ku ikrar kan janji suci di depan Bapak penghulu.Seharusnya dari minggu-minggu kemaren terlaksana, ditunda gara-gara surat ceraiku masih belum ketuk palu, biarlah terlambat yang penting resmi aku nikah sama si Laras.Sidang perceraian pun cukup lancar, tanpa kehadiran kedua belah pihak, saat sidang ketiga barulah dihadiri kedua belah pihak, untunglah si Huma tak ada nuntut harta Gono gini, amanlah harta-hartaku.Saat pengucapan ikrar talak pun tak ada kutengok dia sedih ataupun menyesal, malah kutengok ceria kali wajahnya, macam senang kali lepas dari awak yang ganteng ini."Hei, Bang.... Bang Imron, ayok kita pigi!" ucap Laras secara tiba-tiba."Amang tahe, terkejut aku, kamu pun datang-datang bukannya salam malah ngagetkan pula,"ucap Bang Imron yang masih dud
🥀🥀🥀🥀#Pov LarasKupandangi wajah tampannya yang kelelahan, ia masih tertidur dengan pulasnya, disaat aku masih terjaga setelah kami menyelesaikan tugas kami sebagai suami istri.Masih teringat awal perjumpaan kami waktu itu, disaat aku sedang dirundung suatu masalah yang besar, ia datang menawarkan cinta, tentu aku menerimanya dengan senang hati.Namun dibalik itu semua, ada sesuatu hal yang aku sembunyikan , tiada sesiapa pun tau, aku menyimpan rahasia ini rapat rapat seorang diri.Aku Larasati Anggraeni, aku seorang pendatang di kota ini, aku bekerja di perusahaan yang sama dengan Bang Imron sebagai karyawan biasa bagian produksi.Asal ku dari Jambi, kedua orangtua telah lama meninggal, aku anak pertama dari dua bersaudara, adikku di kampung tinggal menumpang di rumah saudara, sementara rumah kami sudah lama dijual.
🥀🥀🥀🥀#Pov LarasAku terbangun di kala sang surya mulai menyapa, cahayanya mengintip melalui sela-sela gorden yang tersingkap oleh hembusan kipas angin yang menyala sepanjang malam.Lantunan lagu Jambi 'Tapisah Dek Urang Tuo' terdengar berkali-kali dari handphoneku pertanda ada panggilan masuk.Dengan mata yang masih lengket seolah belum mau terbuka dan kepala yang agak pusing, aku mencoba bangun sekuat tenaga untuk mengambil hp di atas nakas."Halo""mmm ya, kapan? ""Oke, iya nanti Ayuk jemput""Siapa Dek?" tiba-tiba Bang Imron terbangun."Laura besok mau kesini Bang, " jawabku"Kok ga ijin dulu sama abang si Dek?" ucapnya"Tempo hari kan udah kubilang ma abang, biar dia bisa nempati kost an ku yang d
🌷🌷🌷🌷🌷#Pov HumairaSetelah seminggu berada di rumah Om Burhan aku pun pulang ke kampung halamanku di Bandung, diantar oleh Angga dan Rani, sesampainya di rumah, Mamah sangat kaget mengetahui putrinya tiba-tiba pulang bersama orang lain pula.Aku pun menceritakan perihal kehidupan rumah tanggaku kepada Mamah, tanpa ada yang ku tutup-tutupi, Mamah sangat sedih dan terpukul mengetahui anaknya menderita, beliau lalu memelukku, menguatkanku, dari keterpurukan.Berhari-hari aku dirumah, selama itu juga aku tak pernah keluar rumah, apalagi sejak menerima surat panggilan gugatan cerai dari pengadilan agama, aku nencoba menata hati, menguatkan diri dengan semakin mendekatkan diri ini pada-Nya.-Aku sengaja tak menghadiri sidang perceraianku, biar prosesnya lancar, barulah pada sidang yang ket
🌹🌹🌹🌹# part 9#POV HumairaMah, apa sebaiknya kita mencari karyawan baru, kewalahan ni Mah, pesanan rame terus," ucapku suatu sambil menyusun nasi kotak."Sok atuh, mamah mah satuju ajah," ucap mamah sambil memanggang bolen pisang.Tiba-tiba hape ku berdering, pertanda ada pesan masuk melalui aplikasi dengan simbol gagang telepon berwarna hijau."Saha Hum? (siapa Hum?)" tanya mamah sambil mengangkat kue bolen pisang rasa coklat dan rasa keju yang sudah matang.Dari aromanya tercium sangat menggugah selera, aromanya menusuk hidung, apalagi bolen pisang rasa coklat adalah salah satu makanan favoritku."Rania Mah, minggu depan mau pulang cenah, dia mau pesan catering buat syukuran anaknya yang di khitan" ucapku sambil b
<span;>🌷🌷🌷Pov Wahyu Seratus hari sudah istriku telah meninggalkan kami semua, semua tentangnya membuat hatiku sedih, banyak kenangan-kenangan indah yang kami lalui bersama, dialah cinta pertamaku, cinta monyet yang berubah menjadi cinta sejati.Dialah Dewi Eka Handayani, gadis cantik berambut panjang yang selalu juara kelas, aku dan dia memang seumuran karena dia teman sekelasku sewaktu SD, begitu lulus sekolah aku menyatakan perasaanku padanya, namun ditolaknya mentah-mentah, alasannya karena masih terlalu kecil katanya, dia mau fokus belajar dulu, dia memang selalu membuat kukagum.Mulai dari Sd sampai SMA kami satu sekolahan walaupun berbeda kelas, aku selalu menjaganya, terutama menjaga jangan sampai dia jadian sama cowok lain.Kuliah kami mulai berbeda, aku kuliah di bidang Tekhnologi dia di bidang ekonomi namun masih satu kota, me
🌸🌸🌸🌸#Pov AnggaTempo hari saat aku pulang dari cafe ku, tak sengaja aku menabrak seorang wanita, akhirnya kubawa ia ke rumahsakit dengan bantuan warga sekitar.Untungnya ga terlalu parah, hanya luka ringan dan lecet, namun entah kalau bagian dalam.Aku menunggui nya di rumah sakit, urusan cafe sementara aku serahkan pada Alex selama beberapa hari.Setelah menjalani perawatan dan pemeriksaan secara menyeluruh berharj-hari akhirnya ia pun siuman.Aku segera menghubungi keluargaku untuk menjemput kami di rumahsakit, ternyata ia temannya adikku Rani.Akhirnya Humaira tinggal dirumahku selama seminggu, ia orangnya rajin, baru saja pulih dari sakitnya sudah mengerjakan pekerjaan rumah.Suatu hari, Maya temannya Huma berkunjung ke rumah
"Kenapa, Kal? Bolak-balik aja," ucap Hadi,"Mendingan makan dulu, keburu dingin nanti!" imbuhnya lagi."Ini Teh Huma, belum nyampe juga jam segini, aku kan jadi khawatir, Kang" jawab Haikal."Telepon juga nggak aktif," imbuhnya lagi."Coba telepon Laura, handphone Huma paling lowbat." Kang Hadi menambah porsi makannya."Ayo makan dulu, biar bisa berfikir jernih," ucap Hadi."Iya deh." Haikal bergabung bersama Kang Hadi di meja makan.Keesokan harinya, Imron dan keluarga sudah bersiap-siap untuk
# Beberapa hari kemudianSuasana pagi hari di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta cukup ramai, Haikal, Hadi dan keluarga Bang Togar, berjalan beriringan menaiki kapal KM Kelud yang berkapasitas dua ribu orang penumpang, yang tidak lama lagi akan berangkat.Mereka hendak berlayar menuju ke pelabuhan Belawan Medan Sumatera Utara, namun harus transit di beberapa titik sebelum sampai di tujuan akhir, mereka akan berlayar selama tiga hari dua malam.Haikal dan Kang Hadi sangat menikmati perjalanan panjang mereka, ini merupakan pengalaman mereka yang pertama menaiki kapal laut, karena selama ini belum pernah bepergian jauh keluar dari pulau Jawa.Humaira dan beberapa orang yang lainnya akan terbang menaiki pesawat dari bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Bandara Kualanamu kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara tiga hari kemudian.Saat ini ia sedang bersiap-siap m
"Mungkin Laras sama Laura mau ikut." Humaira menoleh ke arah Laras dan Laura.Laras dan Laura saling berpandangan, kemudian mereka menjawab hampir bersamaan."Tengok saja nanti," jawab mereka."Nanti kalau mau pergi, sama-sama kita ya?" ucap Togar.Ketika sedang asyik berbincang, tiba-tiba gawai milik Togar berbunyi, ia pun segera mengangkat telepon."Kebetulan sekali, si Imron video call, kuangkat dulu ya,"ucapnya.["Assalamualaikum Imron apa kabar? "] Togar melambaikan tangannya ke arah layar handphonenya.["Horas bah! Macam mana kabar di sana, kawan?"] balas Imron.["Kamipun sehat-sehat semua di sini,"] jawab Togar.["Bagaimana Togar sudah kau bilang sama keluarga Humaira tentang acara pernikahanku itu?"] tanya Imron.["Sudah, tengok ini! Kami lagi ngumpul di rumah Haikal."] Togar mem
Laras berubah menjadi pendiam dan selalu mengurung diri di dalam kamar, kejadian beberapa hari yang lalu membuatnya menjadi sadar, ia menyesali perbuatannya selama ini."Ayuk! Dipanggil sama mamah Yati, disuruh makan." Laura masuk ke dalam kamar, ia kasihan melihat kakaknya selalu termenung dan menyendiri di dalam kamar."Ayuk nggak lapar," jawabnya singkat.Laura duduk di tepi ranjang, ia menatap Laras yang semakin kusut, rambut dibiarkannya tergerai berantakan, seolah tidak ada lagi semangat hidup."Ayuk pegang apa itu?" Laura melihat Laras menggenggam sesuatu.Laras membuka genggaman di tangannya. kemudian memperlihatkanny
Alex mengambil sesuatu dari saku celananya, kemudian ia hendak menyumpal mulut Laura dengan saputangan yang sudah ia olesi dengan obat bius.Laura mundur beberapa langkah, sehingga Alex yang posisinya masih berada di dalam mobil, sedikit kesulitan untuk melakukan aksinya."Sudah aku duga, kau akan memakai cara-cara licik seperti ini, seperti waktu itu saat kau menjebakku."Laura menatap Alex dengan penuh kebencian."Gara-gara ulahmu itu terpaksa aku menerima lamaranmu," imbuhnya lagi."Bagaimanakah kau bisa mengenaliku, Sayang?" tanya Alex, dengan suaranya yang tidak lagi dibuat-buat."Walaupun kau merubah penampilanmu, tapi a
"Seandainya saja tadi Ayuk aku bisa kita ajak kerjasama untuk menemukan Alex dan komplotannya," ucap Laura."Aku mewakili kakakku, mohon maaf kepada keluarga di sini, atas kelakuannya itu," ucap Laura."Iya, sudah kami maafkan kok, jangan khawatir Laura." balas Humaira."Kamu benar Laura, kakak kamu itu bisa kita ajak kerjasama."Haikal menatap Laura."Laura, tolong ambilkan laptop-ku di kamar," imbuhnya lagi.Laura bangkit dari duduknya, lalu bergegas menuju kamar Haikal, tidak lama kemudian ia pun sudah kembali membawa laptop berwarna hitam dengan layar 14 inci.Haikal mulai membuka laptopnya, ia melihat rekaman CCTV, kini semua orang yang berada di ruang tamu fokus melihat ke arah benda segi empat tersebut."Sepertinya aku kenal dengan pria itu," ucap Laura, ketika melihat Laras turun dari mobil diikuti oleh Hen
Humaira menikmati pemandangan di jalanan kota Bandung yang ia lalui melalui jendela mobil taksi, sudah berbulan-bulan meninggalkan kota ini membuatnya rindu akan tanah kelahirannya itu, sementara Maulida nampak tertidur pulas di sampingnya."Masih lama lagi kah, Kak Ira?" tanya Maulida ketika ia membuka matanya."Nggak lama lagi kok," balas Humaira."Kalau masih ngantuk, tidur aja lagi, nanti kakak bangunin," imbuhnya lagi."Udah nggak ngantuk lagi, kok!" balas Maulida.Tak' lama kemudian, mobil pun berhenti di depan rumah Humaira, ia beranjak turun dari mobil, kemudian mengeluarkan semua barang bawaannya, dibantu oleh Maulida dan sopir taksi."Rumah kakak bagus ya?"Maulida mengedarkan pandangannya ke arah rumah Humaira dan rumah disekitarnya."Ayo masuk!" Humaira tersenyum."Assalamualaikum!" uca
Laras melemparkan gawainya ke atas tempat tidur, ia merasa kesal karena Laura begitu saja memutuskan sambungan telepon."Sial! Nanti sore pula, katanya! Mana sudah lapar kali' ini," umpatnya sambil memegangi perutnya.Ia berjalan mondar-mandir mengitari kamar, sesekali meremas rambutnya yang hitam sebahu.Laras tersenyum, ketika tiba-tiba mendapatkan sebuah ide cemerlang, kemudian membongkar tas koper besar berisi pakaian, ia mencari sebuah baju yang didalamnya terdapat uang yang ia curi dari keluarga Tuan Kenzi.Beberapa lembar uangkertas yang terdiri daripecahanmulai 1.000yen, 2.000yen, 5000yen, hingga 10.000yen, ia kumpulkan kemudian merapikannya."Sebaiknya aku tukarkan dulu uang Yen ini dengan rupiah, baru aku beli makanan dan langsung pergi ke Bandung," Laras tersenyum puas.Laras mengambil handphonen
"Aku pagi ini disuruh ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian peristiwa kebakaran kemarin," ucap Haikal.Laura menoleh sekilas ke arah Haikal kemudian kembali menikmati sarapannya."Laura, kamu ikut yuk! Temani aku, aku takut nih, berurusan dengan polisi." Haikal menatap Laura.Laura menoleh ke arah Ceu Yati untuk meminta persetujuan, kemudian Ceu Yati menganggukkan kepalanya."Kalau Neng Laura sudah baikan, boleh pergi kok," ucap Ceu Yati."Tapi catering gimana, Mah?" tanya Laura."Urusan catering biar mamah yang urus." Jawab Ceu Yati.Haikal bangkit dari duduknya, kemudian menoleh ke arah Laura."Aku siap-siap dulu, nanti nyusul ya?" ucapnya."Iya" jawab Laura singkat."Mamah juga mau ke tempat catering Hilma, mau ngawasin pegawai." Ceu Yati bangkit dari duduknya lalu ia beranjak p