๐น๐น๐น๐น
# part 9
#POV Humaira
Mah, apa sebaiknya kita mencari karyawan baru, kewalahan ni Mah, pesanan rame terus," ucapku suatu sambil menyusun nasi kotak.
"Sok atuh, mamah mah satuju ajah," ucap mamah sambil memanggang bolen pisang.
Tiba-tiba hape ku berdering, pertanda ada pesan masuk melalui aplikasi dengan simbol gagang telepon berwarna hijau.
"Saha Hum? (siapa Hum?)" tanya mamah sambil mengangkat kue bolen pisang rasa coklat dan rasa keju yang sudah matang.
Dari aromanya tercium sangat menggugah selera, aromanya menusuk hidung, apalagi bolen pisang rasa coklat adalah salah satu makanan favoritku.
"Rania Mah, minggu depan mau pulang cenah, dia mau pesan catering buat syukuran anaknya yang di khitan" ucapku sambil berbalas pesan dengan temanku Rania yang kini berada di Lampung.
"Sabaraha porsi? (berapa porsi?)" ucap mamah lagi.
"Lima ratus porsi Mah, menunya rendang sapi, capcay, sambel goreng kentang, acar dan kerupuk udang," ucapku sambil membacakan pesanan temanku.
"Ditanyain, Berapaeun cenah?" tanyaku.
"Tinggal kali-kalikeun, harga biasa kasih diskon sedikit, spesial buat temanmu, " ucap mamah tanpa menoleh, karena masih sibuk dengan pekerjaannya.
Dengan cekatan, beliau mengangkat bolu kukus yang sudah matang, lalu mengukus kembali bolu kukus yang lainnya yang telah disiapkan,, lanjut mengeluarkan bolen yang sudah matang dan memasukan bolen lainnya setelah oven kosong.
Sementara Teh Hilma memindahkan kue-kue yang telah matang tadi ke atas meja untuk didinginkan terlebih dahulu sebelum ku packing.
Begitulah hari-hari kami yang super sibuk, lumayanlah bisa sedikit melupakan semua masalah yang menimpaku.
Kami berhenti jika waktu sholat tiba, sambil makan siang.
"Hari ini banyak sekali pesanan, Kang Hadi sampai bolak balik nganterin pesanannya" ucap ibu sambil duduk selonjoran melepas kan penat sambil mengecek pesanan yang akan di buat besok.
"Mendingan kita beli mobil pickup, Mah, kasian Kang Hadi bolak balik" ucap Haikal memberi saran.
" kamu atur aja Kal, cari yang sesuai dengan budget kita" ucap mamah.
***
Keesokan harinya
Tin...tin... sebuah mobil pickup berhenti tepat di depan halaman rumahku.
"Itu siapa Huma? Coba dilihat dulu" ucap ibu sambil mengeluarkan ayam panggang dari oven.
"Iya Bu," jawabku singkat.
Aku hentikan sejenak pekerjaanku memasukan nasi beserta lauk pauknya ke dalam kotak, seraya berjalan keluar rumah.
"Wahyu..." ucapku dengan mata tak berkedip dan mulut sedikit terbuka, sementara jari telunjuk ku mengarah padanya.
"Eh Huma, apa kabarnya?" tanya Wahyu.
"Mmm... ba... baik...," jawabku salah tingkah.
"Kak Huma, cowok ganteng jangan di pelototin gitu, nanti ganteng nya ilang" goda adikku Haikal.
"Ih kamu mah, awas ya! Teteh cubit nnti!" ucapku dengan wajah merah seperti kepiting rebus karena menahan malu.
"Ayo masuk Yu, tapi di dalam lagi berantakan," ucapku mempersilakan sahabat lamaku u untuk masuk, Wahyu pun duduk diruang tamu ditemani Haikal.
Aku segera kedapur menyiapkan teh manis dan beberapa cemilan.
"Siapa?" ucap mamah ketika aku berada di dapur.
"Wahyu Mah," ucapku sembari menyeduh teh.
"Oh... Wahyu yang temen SD kamu tea?" ucapnya sambil mengangkat nasi yang telah matang.
"Iya Mah," jawabku sambil berlalu mengantarkan minuman untuk Wahyu.
"Kamu lagi sibuk ya?" ucapnya
"Ya beginilah Yu, aku lagi ada pesanan catering" jawabku sambil meletakkan teh dan cemilan di meja tamu.
"Yuk ku bantuin, " ucapnya
"Gak usah, masa tamu malah disuruh kerja" ucapku
"Gak apa-apa juga kali, santai aja" ucapnya sambil beranjak ke ruang makan melihat begitu berserak nya nasi kotak yang tadi belum sempat ku selesaikan.
"Mana mamah kamu?" tanyanya
"Tuh didapur" ucapku sambil menunjuk ke arah dapur, lalu ia pun menemui mamah.
"Mah... " ucapnya dengan sopan sambil bersalaman dengan mamah dan kak Hilma.
"Wahyu ya? Pangling sekarang ya? makin ganteng aja, apa kabar Nak? ucap ibu sambil mengaduk sambel goreng kentang sambil wajahnya sesekali menatap ke arah Wahyu
"Iya Mah, Alhamdulilah kabar baik. Mamah gimana kabarnya?" tak Wahyu.
"Alhamdulillah Mamah juga sehat-sehat," jawab mamah.
Setelah menemui mamah di dapur kami pun kembali kedepan,"
" Aku disini aja ya, bantuin kalian biar cepat kelar," ucap Wahyu.
"Jadi ngerepotin Aa aja nih" ucap Haikal sambil memasukan nasi yang sudah dibungkus daun pisang ke dalam kotak lalu memasukkan juga ayam panggang, lalapan, sambel dan kerupuk.
" Ah engga, aku malah suka," jawab Wahyu.
Aku memasukkan nasi ke dalam daun pisang, dan memasukan kerupuk ke dalam plastik.
"Yu, istri kamu orang mana?namanya siapa? " ucapku
"Orang sunda juga, namanya Dewi, kamu pasti kenal," ucapnya
"Dewi? Dewi mana ya? yang namanya Dewi temenku kan banyak, yang mana? ucapku penasaran.
"Dewi SD lah...," jawab Wahyu.
"Tapi Dewi udah meninggal," imbuhnya lagi.
"Ya Allah... Dewi Eka ya? Innalillahi ga sangka ya Eka..." ucapku kaget seraya menghentikan pekerjaanku sejenak.
" iya. Kalo kamu suaminya kemana? Udah punya anak berapa? " ucap Wahyu sambil menatapku sejenak.
"Kami baru bercerai, belum punya anak aku Yu, " ucapku dengan mata yang mulai berembun.
"Maaf ya Huma," ucapnya merasa bersalah
"Ini dah hampir siap, nanti aku yang antarin ya?" Ucap Wahyu lagi mengalihkan pembicaraan.
"Ga usah repot-repot kali Yu" ucapku
"Gak repot kok, tenang aja!"
"Iya ngga repot atuh Teh, ini kan yang pesan A Wahyu sendiri," ucap Haikal.
"Hah... iya gituh Yu? Emang ada acara apa dirumah?" ucapku kaget.
"Acara berdoa seratus hari mendiang istriku, nanti kalian harus datang juga ya, habis magrib acaranya, " ucapnya.
"Duh ini harus ngebut kalau gitu, ini udah jam tiga sore, biar kita bisa siap-siap juga" ucapku.
"Yu, gimana ceritanya bisa pesen catering disini? " ucapku antusias.
"Dari f******k, lihat iklan yang diposting Haikal di salah satu grup kuliner cimahi, kulihat harganya murah, masakannya pun enak-enak kayaknya, makanya aku coba pesan, pas dilihat alamatnya, ternyata alamat rumah kamu," ucapnya menjelaskan.
"Ooh...," ucapku
"Makanya aku kesini, kangen juga udah lama ga ketemu kamu," ucapnya lagi, membuatku tersipu.
***
Hai teman-teman, terimakasih sudah mampir di ceritaku ya,
Ditunggu like dan komentar serta kritik dan sarannya ya teman-teman,
Dukung terus karya-karya Othor ya? biar Othor semangat lagi up nya,
Jangan lupa juga untuk subscribe dan juga follow akun Othor ya,
Terimakasih
<span;>๐ท๐ท๐ทPov Wahyu Seratus hari sudah istriku telah meninggalkan kami semua, semua tentangnya membuat hatiku sedih, banyak kenangan-kenangan indah yang kami lalui bersama, dialah cinta pertamaku, cinta monyet yang berubah menjadi cinta sejati.Dialah Dewi Eka Handayani, gadis cantik berambut panjang yang selalu juara kelas, aku dan dia memang seumuran karena dia teman sekelasku sewaktu SD, begitu lulus sekolah aku menyatakan perasaanku padanya, namun ditolaknya mentah-mentah, alasannya karena masih terlalu kecil katanya, dia mau fokus belajar dulu, dia memang selalu membuat kukagum.Mulai dari Sd sampai SMA kami satu sekolahan walaupun berbeda kelas, aku selalu menjaganya, terutama menjaga jangan sampai dia jadian sama cowok lain.Kuliah kami mulai berbeda, aku kuliah di bidang Tekhnologi dia di bidang ekonomi namun masih satu kota, me
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ#Pov AnggaTempo hari saat aku pulang dari cafe ku, tak sengaja aku menabrak seorang wanita, akhirnya kubawa ia ke rumahsakit dengan bantuan warga sekitar.Untungnya ga terlalu parah, hanya luka ringan dan lecet, namun entah kalau bagian dalam.Aku menunggui nya di rumah sakit, urusan cafe sementara aku serahkan pada Alex selama beberapa hari.Setelah menjalani perawatan dan pemeriksaan secara menyeluruh berharj-hari akhirnya ia pun siuman.Aku segera menghubungi keluargaku untuk menjemput kami di rumahsakit, ternyata ia temannya adikku Rani.Akhirnya Humaira tinggal dirumahku selama seminggu, ia orangnya rajin, baru saja pulih dari sakitnya sudah mengerjakan pekerjaan rumah.Suatu hari, Maya temannya Huma berkunjung ke rumah
๐ท๐ท๐ท๐ท๐ท# Pov HumaEntah mengapa malam ini sulit sekali tidur, baru terlelap sebentar, sudah terbangun kembali, semua masalah seakan menari-nari di kepalaku, aku teringat akan mamah, semoga mamah cepat pulih kembali.Akupun beranjak ke kamar mandi untuk mengambil wudhu kemudian melaksanakan sholat tahajud serta berdoa untuk kesembuhan mamah.Masih belum mengantuk, iseng-iseng ku membuka handphone, beberapa pesan masuk di aplikasi hijau berlogo gagang telepon setelah ku aktifkan data.[Teh, besok kalau kesini, bawain baju sekolah aku sama tasnya ya?] pesan dari Haikal jam 11:00Huma: ["iya"] 01:05Lanjut membaca pesan dari wahyu,Wahyu: [Hum... ] jam 10:00Huma: ["apa"] 01:06Tiba-tiba handphone ku berbunyi, pesan m
๐น๐น๐น๐น๐นโค๏ธ#POV Wahyuโค๏ธAku tau, istriku belum lama meninggal, aku sangat kehilangan sosok istri yang aku cintai, tanpanya terasa hampa, semangat hidup yang dulu menggelora kini hilang entah kemana, seringkali aku di bujuk mamah untuk mencari pengganti, agar aku tak terlalu berlarut-larut dalam kesedihan.Mamah kerapkali menjodohkanku dengan beberapa anak teman-temannya, tak satupun hati ini tergugah, biarlah aku menyendiri berteman sepi, hanya anak-anak penyemangat hidupku kini.Namun hati ini tak bisa dibohongi, setelah aku bertemu dengan sahabat lamaku, Humaira Salsabila, ada getaran-getaran aneh yang kurasakan saat aku memandangnya, ada didekatnya seakan membuat semangatku bangkit kembali, padahal dulu perasaanku tak seperti ini padanya.Aku tak mau lagi membuang waktuku, aku bukan lagi ABG yang baru mengenal cinta, aku inginkan adanya kepastian darinya, aku ingin menjadikan ia perm
๐น๐น๐น๐น#Pov Humaira"Assalamualaikum, Mamah!" Ucap Haikal sambil membuka pintu kami pun masuk."Mamah paling masih sholat, yuk kita sholat juga, A Wahyu jadi imannya ya?" ucap Haikal."Boleh," jawab Wahyu.Setelah berwudhu kami pun melaksanakan ibadah sholat maghrib bersama di ruang tamu.Untuk pertama kalinya kami sholat bersama seperti ini, suasana begitu syahdu dan khusyuk, terbuai dengan suara lantunan pembacaan ayat suci terdengar sangat merdu yang dilantunkan sang imam dengan fasih, membuat hati ini menjadi tenang dan damai.Selepas melaksanakan kewajiban tiga rakaat dan berdzikir sebentar,aku membereskan peralatan sholat, dan menyiapkan hidangan berbuka puasa, sementara Wahyu dan Haikal bercengkrama diruang tamu."
๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ# Pov ImronSudah beberapa bulan aku menikahi Laras, manisnya madu hanya di awal, kini hambar sudah perasaanku padanya, makin kesini makin nampak tabiat buruknya.Rupa yang elok tak sebanding dengan sifatnya, tak ada bagus-bagusnya kutengok. Kerjaannya cuma ngabis-ngabiskan uangku aja bisanya.Urusan makan aja selalu delivery ataupun makan diluar, membuat kantongku makin jebol. Hamil dijadikan alasan untuk malas masak. Kalok kulihat waktu kakakku hamil dulu, tak ada pun dia bermalas-malasan, masih pula pigi ke ladang, mungkin si Laras harus aku kirimkan ke rumah orang mamak di kampung, biar diajari dia.
๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ# pov Imron"Dek, minggu depan Abang dipindahkan kerja di Bandung, sebaiknya sementara Kau tinggal di rumah Mamak di kampung ya?"Apa?" Jawab Laras terkejut.Kenapa harus pindah sih Bang? Abang ada buat salah dikantor ya?Aku nggak mau ke kampung Abang, apalagi kalau ngga ada Abang, pokoknya Aku ngga mau titik." Tolaknya dengan nada tinggi."Abang nggak ada buat salah di kantor kok Dek, perusahaan lagi merintis usaha lain di Bandung, jadi ada beberapa karyawan yang ditunjuk untuk pindah kerja kesana, " je
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ# pov LauraSetelah selesai melaksanakan ibadah Sholat Subuh, akupun mencuci tumpukan baju yang menumpuk dalam ember besar dekat kamar mandi, dan selesai ketika diluar sudah terang pertanda pagi sedang menyapa.Lelah rasanya hari ini, setelah melakukan ritual pekerjaan rumah yang tiada habisnya itu, aku pun berselancar di dunia maya."O ya, malam ini Ayuk berangkat, aku sebaiknya minta izin tidak masuk kerja hari ini," batinku.Akupun segera menelpon Kak Maya, tetangga kos ku, sekaligus atasanku di tempat aku bekerja di sebuah cafe.
"Kenapa, Kal? Bolak-balik aja," ucap Hadi,"Mendingan makan dulu, keburu dingin nanti!" imbuhnya lagi."Ini Teh Huma, belum nyampe juga jam segini, aku kan jadi khawatir, Kang" jawab Haikal."Telepon juga nggak aktif," imbuhnya lagi."Coba telepon Laura, handphone Huma paling lowbat." Kang Hadi menambah porsi makannya."Ayo makan dulu, biar bisa berfikir jernih," ucap Hadi."Iya deh." Haikal bergabung bersama Kang Hadi di meja makan.Keesokan harinya, Imron dan keluarga sudah bersiap-siap untuk
# Beberapa hari kemudianSuasana pagi hari di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta cukup ramai, Haikal, Hadi dan keluarga Bang Togar, berjalan beriringan menaiki kapal KM Kelud yang berkapasitas dua ribu orang penumpang, yang tidak lama lagi akan berangkat.Mereka hendak berlayar menuju ke pelabuhan Belawan Medan Sumatera Utara, namun harus transit di beberapa titik sebelum sampai di tujuan akhir, mereka akan berlayar selama tiga hari dua malam.Haikal dan Kang Hadi sangat menikmati perjalanan panjang mereka, ini merupakan pengalaman mereka yang pertama menaiki kapal laut, karena selama ini belum pernah bepergian jauh keluar dari pulau Jawa.Humaira dan beberapa orang yang lainnya akan terbang menaiki pesawat dari bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Bandara Kualanamu kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara tiga hari kemudian.Saat ini ia sedang bersiap-siap m
"Mungkin Laras sama Laura mau ikut." Humaira menoleh ke arah Laras dan Laura.Laras dan Laura saling berpandangan, kemudian mereka menjawab hampir bersamaan."Tengok saja nanti," jawab mereka."Nanti kalau mau pergi, sama-sama kita ya?" ucap Togar.Ketika sedang asyik berbincang, tiba-tiba gawai milik Togar berbunyi, ia pun segera mengangkat telepon."Kebetulan sekali, si Imron video call, kuangkat dulu ya,"ucapnya.["Assalamualaikum Imron apa kabar? "] Togar melambaikan tangannya ke arah layar handphonenya.["Horas bah! Macam mana kabar di sana, kawan?"] balas Imron.["Kamipun sehat-sehat semua di sini,"] jawab Togar.["Bagaimana Togar sudah kau bilang sama keluarga Humaira tentang acara pernikahanku itu?"] tanya Imron.["Sudah, tengok ini! Kami lagi ngumpul di rumah Haikal."] Togar mem
Laras berubah menjadi pendiam dan selalu mengurung diri di dalam kamar, kejadian beberapa hari yang lalu membuatnya menjadi sadar, ia menyesali perbuatannya selama ini."Ayuk! Dipanggil sama mamah Yati, disuruh makan." Laura masuk ke dalam kamar, ia kasihan melihat kakaknya selalu termenung dan menyendiri di dalam kamar."Ayuk nggak lapar," jawabnya singkat.Laura duduk di tepi ranjang, ia menatap Laras yang semakin kusut, rambut dibiarkannya tergerai berantakan, seolah tidak ada lagi semangat hidup."Ayuk pegang apa itu?" Laura melihat Laras menggenggam sesuatu.Laras membuka genggaman di tangannya. kemudian memperlihatkanny
Alex mengambil sesuatu dari saku celananya, kemudian ia hendak menyumpal mulut Laura dengan saputangan yang sudah ia olesi dengan obat bius.Laura mundur beberapa langkah, sehingga Alex yang posisinya masih berada di dalam mobil, sedikit kesulitan untuk melakukan aksinya."Sudah aku duga, kau akan memakai cara-cara licik seperti ini, seperti waktu itu saat kau menjebakku."Laura menatap Alex dengan penuh kebencian."Gara-gara ulahmu itu terpaksa aku menerima lamaranmu," imbuhnya lagi."Bagaimanakah kau bisa mengenaliku, Sayang?" tanya Alex, dengan suaranya yang tidak lagi dibuat-buat."Walaupun kau merubah penampilanmu, tapi a
"Seandainya saja tadi Ayuk aku bisa kita ajak kerjasama untuk menemukan Alex dan komplotannya," ucap Laura."Aku mewakili kakakku, mohon maaf kepada keluarga di sini, atas kelakuannya itu," ucap Laura."Iya, sudah kami maafkan kok, jangan khawatir Laura." balas Humaira."Kamu benar Laura, kakak kamu itu bisa kita ajak kerjasama."Haikal menatap Laura."Laura, tolong ambilkan laptop-ku di kamar," imbuhnya lagi.Laura bangkit dari duduknya, lalu bergegas menuju kamar Haikal, tidak lama kemudian ia pun sudah kembali membawa laptop berwarna hitam dengan layar 14 inci.Haikal mulai membuka laptopnya, ia melihat rekaman CCTV, kini semua orang yang berada di ruang tamu fokus melihat ke arah benda segi empat tersebut."Sepertinya aku kenal dengan pria itu," ucap Laura, ketika melihat Laras turun dari mobil diikuti oleh Hen
Humaira menikmati pemandangan di jalanan kota Bandung yang ia lalui melalui jendela mobil taksi, sudah berbulan-bulan meninggalkan kota ini membuatnya rindu akan tanah kelahirannya itu, sementara Maulida nampak tertidur pulas di sampingnya."Masih lama lagi kah, Kak Ira?" tanya Maulida ketika ia membuka matanya."Nggak lama lagi kok," balas Humaira."Kalau masih ngantuk, tidur aja lagi, nanti kakak bangunin," imbuhnya lagi."Udah nggak ngantuk lagi, kok!" balas Maulida.Tak' lama kemudian, mobil pun berhenti di depan rumah Humaira, ia beranjak turun dari mobil, kemudian mengeluarkan semua barang bawaannya, dibantu oleh Maulida dan sopir taksi."Rumah kakak bagus ya?"Maulida mengedarkan pandangannya ke arah rumah Humaira dan rumah disekitarnya."Ayo masuk!" Humaira tersenyum."Assalamualaikum!" uca
Laras melemparkan gawainya ke atas tempat tidur, ia merasa kesal karena Laura begitu saja memutuskan sambungan telepon."Sial! Nanti sore pula, katanya! Mana sudah lapar kali' ini," umpatnya sambil memegangi perutnya.Ia berjalan mondar-mandir mengitari kamar, sesekali meremas rambutnya yang hitam sebahu.Laras tersenyum, ketika tiba-tiba mendapatkan sebuah ide cemerlang, kemudian membongkar tas koper besar berisi pakaian, ia mencari sebuah baju yang didalamnya terdapat uang yang ia curi dari keluarga Tuan Kenzi.Beberapa lembar uangkertas yang terdiri daripecahanmulai 1.000yen, 2.000yen, 5000yen, hingga 10.000yen, ia kumpulkan kemudian merapikannya."Sebaiknya aku tukarkan dulu uang Yen ini dengan rupiah, baru aku beli makanan dan langsung pergi ke Bandung," Laras tersenyum puas.Laras mengambil handphonen
"Aku pagi ini disuruh ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian peristiwa kebakaran kemarin," ucap Haikal.Laura menoleh sekilas ke arah Haikal kemudian kembali menikmati sarapannya."Laura, kamu ikut yuk! Temani aku, aku takut nih, berurusan dengan polisi." Haikal menatap Laura.Laura menoleh ke arah Ceu Yati untuk meminta persetujuan, kemudian Ceu Yati menganggukkan kepalanya."Kalau Neng Laura sudah baikan, boleh pergi kok," ucap Ceu Yati."Tapi catering gimana, Mah?" tanya Laura."Urusan catering biar mamah yang urus." Jawab Ceu Yati.Haikal bangkit dari duduknya, kemudian menoleh ke arah Laura."Aku siap-siap dulu, nanti nyusul ya?" ucapnya."Iya" jawab Laura singkat."Mamah juga mau ke tempat catering Hilma, mau ngawasin pegawai." Ceu Yati bangkit dari duduknya lalu ia beranjak p