🌷🌷🌷🌷🌷
# Pov Huma
Entah mengapa malam ini sulit sekali tidur, baru terlelap sebentar, sudah terbangun kembali, semua masalah seakan menari-nari di kepalaku, aku teringat akan mamah, semoga mamah cepat pulih kembali.
Akupun beranjak ke kamar mandi untuk mengambil wudhu kemudian melaksanakan sholat tahajud serta berdoa untuk kesembuhan mamah.
Masih belum mengantuk, iseng-iseng ku membuka handphone, beberapa pesan masuk di aplikasi hijau berlogo gagang telepon setelah ku aktifkan data.
[Teh, besok kalau kesini, bawain baju sekolah aku sama tasnya ya?] pesan dari Haikal jam 11:00
Huma: ["iya"] 01:05
Lanjut membaca pesan dari wahyu,
Wahyu: [Hum... ] jam 10:00
Huma: ["apa"] 01:06
Tiba-tiba handphone ku berbunyi, pesan m
🌹🌹🌹🌹🌹❤️#POV Wahyu❤️Aku tau, istriku belum lama meninggal, aku sangat kehilangan sosok istri yang aku cintai, tanpanya terasa hampa, semangat hidup yang dulu menggelora kini hilang entah kemana, seringkali aku di bujuk mamah untuk mencari pengganti, agar aku tak terlalu berlarut-larut dalam kesedihan.Mamah kerapkali menjodohkanku dengan beberapa anak teman-temannya, tak satupun hati ini tergugah, biarlah aku menyendiri berteman sepi, hanya anak-anak penyemangat hidupku kini.Namun hati ini tak bisa dibohongi, setelah aku bertemu dengan sahabat lamaku, Humaira Salsabila, ada getaran-getaran aneh yang kurasakan saat aku memandangnya, ada didekatnya seakan membuat semangatku bangkit kembali, padahal dulu perasaanku tak seperti ini padanya.Aku tak mau lagi membuang waktuku, aku bukan lagi ABG yang baru mengenal cinta, aku inginkan adanya kepastian darinya, aku ingin menjadikan ia perm
🌹🌹🌹🌹#Pov Humaira"Assalamualaikum, Mamah!" Ucap Haikal sambil membuka pintu kami pun masuk."Mamah paling masih sholat, yuk kita sholat juga, A Wahyu jadi imannya ya?" ucap Haikal."Boleh," jawab Wahyu.Setelah berwudhu kami pun melaksanakan ibadah sholat maghrib bersama di ruang tamu.Untuk pertama kalinya kami sholat bersama seperti ini, suasana begitu syahdu dan khusyuk, terbuai dengan suara lantunan pembacaan ayat suci terdengar sangat merdu yang dilantunkan sang imam dengan fasih, membuat hati ini menjadi tenang dan damai.Selepas melaksanakan kewajiban tiga rakaat dan berdzikir sebentar,aku membereskan peralatan sholat, dan menyiapkan hidangan berbuka puasa, sementara Wahyu dan Haikal bercengkrama diruang tamu."
🥀🥀🥀🥀🥀# Pov ImronSudah beberapa bulan aku menikahi Laras, manisnya madu hanya di awal, kini hambar sudah perasaanku padanya, makin kesini makin nampak tabiat buruknya.Rupa yang elok tak sebanding dengan sifatnya, tak ada bagus-bagusnya kutengok. Kerjaannya cuma ngabis-ngabiskan uangku aja bisanya.Urusan makan aja selalu delivery ataupun makan diluar, membuat kantongku makin jebol. Hamil dijadikan alasan untuk malas masak. Kalok kulihat waktu kakakku hamil dulu, tak ada pun dia bermalas-malasan, masih pula pigi ke ladang, mungkin si Laras harus aku kirimkan ke rumah orang mamak di kampung, biar diajari dia.
🥀🥀🥀🥀# pov Imron"Dek, minggu depan Abang dipindahkan kerja di Bandung, sebaiknya sementara Kau tinggal di rumah Mamak di kampung ya?"Apa?" Jawab Laras terkejut.Kenapa harus pindah sih Bang? Abang ada buat salah dikantor ya?Aku nggak mau ke kampung Abang, apalagi kalau ngga ada Abang, pokoknya Aku ngga mau titik." Tolaknya dengan nada tinggi."Abang nggak ada buat salah di kantor kok Dek, perusahaan lagi merintis usaha lain di Bandung, jadi ada beberapa karyawan yang ditunjuk untuk pindah kerja kesana, " je
🌸🌸🌸🌸# pov LauraSetelah selesai melaksanakan ibadah Sholat Subuh, akupun mencuci tumpukan baju yang menumpuk dalam ember besar dekat kamar mandi, dan selesai ketika diluar sudah terang pertanda pagi sedang menyapa.Lelah rasanya hari ini, setelah melakukan ritual pekerjaan rumah yang tiada habisnya itu, aku pun berselancar di dunia maya."O ya, malam ini Ayuk berangkat, aku sebaiknya minta izin tidak masuk kerja hari ini," batinku.Akupun segera menelpon Kak Maya, tetangga kos ku, sekaligus atasanku di tempat aku bekerja di sebuah cafe.
🥀🥀🥀🥀# Pov Laura"Masa sih Pak Alex suka sama aku, nggak mungkin banget Kak," jawabku."Liat aja besok, yuk ah kita tidur biar besok nggak kesiangan makan sahur, " ucap Kak Maya."Iya deh Kak." Akupun berlalu menuju ke kamarku dibelakang.Aku mencoba memejamkan mata, namun mata ini enggan untuk terpejam, bayangan Pak Alex menari- nari di benakku.Bukan karena aku mencintainya, tapi aku tak menyangka sama sekali, karena yang aku tau, Pak Alex itu orangnya cuek, angkuh, dingin, dan galak.
# pov Maya"Dek, ayok kita siap-siap pergi ke Bandung, " ucapku."Sekarang Kak, bukannya hari Minggu kita perginya ?" tanya Laura."Iya sekarang, kita beberapa hari menginap disana. Kita pergi sama Mas Angga, sebentar lagi Mas Angga jemput. " ucapku"Iya Kak, aku siap-siap dulu. Oh iya Kak, kerjaan kita di cafe bagaimana? Apa kita izin lagi Kak? Nanti aku dimarahi Pak Alex lagi," ujarnya.Aku terdiam mendengar penuturannya, rupanya Alex memarahi Laura, kemarin katanya tidak, kenapa dengan Laura, kenapa ia tak jujur.Akupun heran melihat
🌷🌷🌷🌷🌷#Pov Humaira"Assalamualaikum." Tiba-tiba Wahyu datang dengan motornya sembari membuka helm."Waalalaikumsalam," jawab kami."Gimana, lancar jualannya?" Tanyanya sambil tersenyum."Lumayan. Nggak kerja hari ini Yu?" tanyaku." Yu lagi Yu lagi, Panggil Aa atuh!" imbuhnya."Iya, Aa Wahyu,"ucapku sambil tersenyum."Ini Aa baru pulang kerja, mamah mana?" tanyanya.
"Kenapa, Kal? Bolak-balik aja," ucap Hadi,"Mendingan makan dulu, keburu dingin nanti!" imbuhnya lagi."Ini Teh Huma, belum nyampe juga jam segini, aku kan jadi khawatir, Kang" jawab Haikal."Telepon juga nggak aktif," imbuhnya lagi."Coba telepon Laura, handphone Huma paling lowbat." Kang Hadi menambah porsi makannya."Ayo makan dulu, biar bisa berfikir jernih," ucap Hadi."Iya deh." Haikal bergabung bersama Kang Hadi di meja makan.Keesokan harinya, Imron dan keluarga sudah bersiap-siap untuk
# Beberapa hari kemudianSuasana pagi hari di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta cukup ramai, Haikal, Hadi dan keluarga Bang Togar, berjalan beriringan menaiki kapal KM Kelud yang berkapasitas dua ribu orang penumpang, yang tidak lama lagi akan berangkat.Mereka hendak berlayar menuju ke pelabuhan Belawan Medan Sumatera Utara, namun harus transit di beberapa titik sebelum sampai di tujuan akhir, mereka akan berlayar selama tiga hari dua malam.Haikal dan Kang Hadi sangat menikmati perjalanan panjang mereka, ini merupakan pengalaman mereka yang pertama menaiki kapal laut, karena selama ini belum pernah bepergian jauh keluar dari pulau Jawa.Humaira dan beberapa orang yang lainnya akan terbang menaiki pesawat dari bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Bandara Kualanamu kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara tiga hari kemudian.Saat ini ia sedang bersiap-siap m
"Mungkin Laras sama Laura mau ikut." Humaira menoleh ke arah Laras dan Laura.Laras dan Laura saling berpandangan, kemudian mereka menjawab hampir bersamaan."Tengok saja nanti," jawab mereka."Nanti kalau mau pergi, sama-sama kita ya?" ucap Togar.Ketika sedang asyik berbincang, tiba-tiba gawai milik Togar berbunyi, ia pun segera mengangkat telepon."Kebetulan sekali, si Imron video call, kuangkat dulu ya,"ucapnya.["Assalamualaikum Imron apa kabar? "] Togar melambaikan tangannya ke arah layar handphonenya.["Horas bah! Macam mana kabar di sana, kawan?"] balas Imron.["Kamipun sehat-sehat semua di sini,"] jawab Togar.["Bagaimana Togar sudah kau bilang sama keluarga Humaira tentang acara pernikahanku itu?"] tanya Imron.["Sudah, tengok ini! Kami lagi ngumpul di rumah Haikal."] Togar mem
Laras berubah menjadi pendiam dan selalu mengurung diri di dalam kamar, kejadian beberapa hari yang lalu membuatnya menjadi sadar, ia menyesali perbuatannya selama ini."Ayuk! Dipanggil sama mamah Yati, disuruh makan." Laura masuk ke dalam kamar, ia kasihan melihat kakaknya selalu termenung dan menyendiri di dalam kamar."Ayuk nggak lapar," jawabnya singkat.Laura duduk di tepi ranjang, ia menatap Laras yang semakin kusut, rambut dibiarkannya tergerai berantakan, seolah tidak ada lagi semangat hidup."Ayuk pegang apa itu?" Laura melihat Laras menggenggam sesuatu.Laras membuka genggaman di tangannya. kemudian memperlihatkanny
Alex mengambil sesuatu dari saku celananya, kemudian ia hendak menyumpal mulut Laura dengan saputangan yang sudah ia olesi dengan obat bius.Laura mundur beberapa langkah, sehingga Alex yang posisinya masih berada di dalam mobil, sedikit kesulitan untuk melakukan aksinya."Sudah aku duga, kau akan memakai cara-cara licik seperti ini, seperti waktu itu saat kau menjebakku."Laura menatap Alex dengan penuh kebencian."Gara-gara ulahmu itu terpaksa aku menerima lamaranmu," imbuhnya lagi."Bagaimanakah kau bisa mengenaliku, Sayang?" tanya Alex, dengan suaranya yang tidak lagi dibuat-buat."Walaupun kau merubah penampilanmu, tapi a
"Seandainya saja tadi Ayuk aku bisa kita ajak kerjasama untuk menemukan Alex dan komplotannya," ucap Laura."Aku mewakili kakakku, mohon maaf kepada keluarga di sini, atas kelakuannya itu," ucap Laura."Iya, sudah kami maafkan kok, jangan khawatir Laura." balas Humaira."Kamu benar Laura, kakak kamu itu bisa kita ajak kerjasama."Haikal menatap Laura."Laura, tolong ambilkan laptop-ku di kamar," imbuhnya lagi.Laura bangkit dari duduknya, lalu bergegas menuju kamar Haikal, tidak lama kemudian ia pun sudah kembali membawa laptop berwarna hitam dengan layar 14 inci.Haikal mulai membuka laptopnya, ia melihat rekaman CCTV, kini semua orang yang berada di ruang tamu fokus melihat ke arah benda segi empat tersebut."Sepertinya aku kenal dengan pria itu," ucap Laura, ketika melihat Laras turun dari mobil diikuti oleh Hen
Humaira menikmati pemandangan di jalanan kota Bandung yang ia lalui melalui jendela mobil taksi, sudah berbulan-bulan meninggalkan kota ini membuatnya rindu akan tanah kelahirannya itu, sementara Maulida nampak tertidur pulas di sampingnya."Masih lama lagi kah, Kak Ira?" tanya Maulida ketika ia membuka matanya."Nggak lama lagi kok," balas Humaira."Kalau masih ngantuk, tidur aja lagi, nanti kakak bangunin," imbuhnya lagi."Udah nggak ngantuk lagi, kok!" balas Maulida.Tak' lama kemudian, mobil pun berhenti di depan rumah Humaira, ia beranjak turun dari mobil, kemudian mengeluarkan semua barang bawaannya, dibantu oleh Maulida dan sopir taksi."Rumah kakak bagus ya?"Maulida mengedarkan pandangannya ke arah rumah Humaira dan rumah disekitarnya."Ayo masuk!" Humaira tersenyum."Assalamualaikum!" uca
Laras melemparkan gawainya ke atas tempat tidur, ia merasa kesal karena Laura begitu saja memutuskan sambungan telepon."Sial! Nanti sore pula, katanya! Mana sudah lapar kali' ini," umpatnya sambil memegangi perutnya.Ia berjalan mondar-mandir mengitari kamar, sesekali meremas rambutnya yang hitam sebahu.Laras tersenyum, ketika tiba-tiba mendapatkan sebuah ide cemerlang, kemudian membongkar tas koper besar berisi pakaian, ia mencari sebuah baju yang didalamnya terdapat uang yang ia curi dari keluarga Tuan Kenzi.Beberapa lembar uangkertas yang terdiri daripecahanmulai 1.000yen, 2.000yen, 5000yen, hingga 10.000yen, ia kumpulkan kemudian merapikannya."Sebaiknya aku tukarkan dulu uang Yen ini dengan rupiah, baru aku beli makanan dan langsung pergi ke Bandung," Laras tersenyum puas.Laras mengambil handphonen
"Aku pagi ini disuruh ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian peristiwa kebakaran kemarin," ucap Haikal.Laura menoleh sekilas ke arah Haikal kemudian kembali menikmati sarapannya."Laura, kamu ikut yuk! Temani aku, aku takut nih, berurusan dengan polisi." Haikal menatap Laura.Laura menoleh ke arah Ceu Yati untuk meminta persetujuan, kemudian Ceu Yati menganggukkan kepalanya."Kalau Neng Laura sudah baikan, boleh pergi kok," ucap Ceu Yati."Tapi catering gimana, Mah?" tanya Laura."Urusan catering biar mamah yang urus." Jawab Ceu Yati.Haikal bangkit dari duduknya, kemudian menoleh ke arah Laura."Aku siap-siap dulu, nanti nyusul ya?" ucapnya."Iya" jawab Laura singkat."Mamah juga mau ke tempat catering Hilma, mau ngawasin pegawai." Ceu Yati bangkit dari duduknya lalu ia beranjak p