❤️❤️❤️❤️
#POV Imron
Akhirnya hari yang kutunggu-tunggu datang juga, beberapa saat lagi akan ku ikrar kan janji suci di depan Bapak penghulu.
Seharusnya dari minggu-minggu kemaren terlaksana, ditunda gara-gara surat ceraiku masih belum ketuk palu, biarlah terlambat yang penting resmi aku nikah sama si Laras.
Sidang perceraian pun cukup lancar, tanpa kehadiran kedua belah pihak, saat sidang ketiga barulah dihadiri kedua belah pihak, untunglah si Huma tak ada nuntut harta Gono gini, amanlah harta-hartaku.
Saat pengucapan ikrar talak pun tak ada kutengok dia sedih ataupun menyesal, malah kutengok ceria kali wajahnya, macam senang kali lepas dari awak yang ganteng ini.
"Hei, Bang.... Bang Imron, ayok kita pigi!" ucap Laras secara tiba-tiba.
"Amang tahe, terkejut aku, kamu pun datang-datang bukannya salam malah ngagetkan pula,"ucap Bang Imron yang masih duduk di tepi ranjang.
"Itulah Abang, sibuk kali melamun, entah apa yang dilamunkannya," ucap Laras sambil mencebikan mulutnya.
"Ayolah kita pigi, mana yang lainnya?" ucap Bang Imron sambil berjalan menuju ruang tamu.
"Itu mereka udah di mobil, ayo cepat Bang telat kita nanti" ucap Laras tak sabar.
"Masih dua jam lagi pun," ucap Bang Imron, lalu keduanya bergegas pergi menaiki mobil Kijang yang di rental Laras menuju kantor KUA.
***"Saya terima nikah dan kawinnya Larasati Anggraeni binti Arman Anggara dengan mas kawin kalung emas seberat 10 gram dibayar tunai" ucap Bang Imron dengan lancarnya.
"Bagaimana para saksi? sah?" Ucap pak penghulu.
"Sah..." Jawab mereka kompak.
Kedua mempelai pun diberi wejangan seputar nasehat-nasehat pernikahan oleh Bapak penghulu, keduanya menyimak dengan seksama nampak manggut-manggut.
Setelah acara nikahan tibalah saatnya yang paling di tunggu-tunggu yaitu acara makan-makan.
Maya dan Dewi membagikan nasi kotak yang kami bawa tadi, Laras yang memesannya dari catering. Kami pun menikmati hidangan nasi, ayam goreng, lalapan dan sambal dengan penuh khidmat.Tidak lama kemudian, kami segera menyudahi acara makan-makan kami, berhubung tempatnya akan segera dipakai acara nikahan oleh yang lainnya.
Dewi, Nilam, Ucok, dan Jafar membereskan sampah sisa-sisa makanan nasi kotak tadi, sementara Maya dan Hanum sibuk foto-foto sejak tadi.
"Nah yang ini bagus nih!" Ucap Maya.
"Keliatan mesra banget, yang ini aku share ya di F******k aku," imbuhnya lagi.
"Ini juga bagus Lo pengantin nya lagi suap-suapan" imbuh Hanum yang merupakan fotografer hp masing-masing.
"Ya udah upload buruan," ucap Maya.
"Oke" jawab Hanum singkat
"Ya udah yuk, keasikan lihat-lihat foto, ditinggal deh kita," ucap Maya bergegas pergi, otomatis Hanum pun ikut beranjak melangkah mensejajari langkah Maya menuju parkiran dan menaiki mobil Kijang yang tadi mereka naiki.
"Lama kali Klian dua, ayo cepat udah mau berangkat ini," ucapku, tak sabar pengen segera sampai di rumah, maklum lah manten baru, sudah tak sabar.
Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, membelah ibu kota Jakarta.
Kulihat istriku hanya melamun sepanjang perjalanan sambil menatap ke arah jendela, seperti sedang memikirkan sesuatu, ah mungkin dia kecapean barangkali.
Tak terasa sudah satu jam mobil pun berputar-putar, mengantarkan kawan-kawan tadi satu persatu, tiba di depan kost an, Maya dan Dewi pun segera turun.
"Sayang, kamu mau turun juga?" ucapku pada istri tercinta
"Iya Bang, aku mau ambil barang-barangku sudah di packing tinggal angkut," ucapnya.
"Bang, tunggu bentar ya?" ucapku pada pak sopir
Lalu kami pun menuju kamar kost Laras, dan segera mengangkut barang-barang.
"Kamu udah Izin kan sama ibu kost nya?" ucapku.
"Belum Bang, kan masih lama jatahku, nanti lah akhir bulan baru abisnya," ucap Laras.
"Lagian nanti adikku mau datang, biar nanti dia yang nempatin," imbuhnya lagi seraya memasukkan barang-barang ke dalam bagasi mobil, ada pula yang dimasukkan ke dalam mobil karena bagasi sudah tak muat.
Kembali mobil melaju menuju rumahku disebuah perumahan yang sederhana, tempat tinggal yang dulu pernah ku tempati bersama mantan istri ku Huma.
"Bang, ongkosnya nambah ya? Kan bawa barang-barang juga" ucap pak sopir ketika baru sampai di halaman rumah.
"Berapa?" ucapku, sebenarnya aku enggan untuk membayar, enak aja, tapi aku lagi malas berantam.
"Limpul aja, Bang," ucapnya lagi
Aku pun segera membayar dan menutup pintu gerbang.
"Dek kita ehm ehm yuk" ucapku memberi kode
"Mandi dulu lah Bang, biar Segaran dikit," ucapnya menolak, sambil masih asyik membereskan barang-barangnya ke dalam lemari yang baru beberapa bulan lalu masih ditempati baju-baju Huma, kini lemari itu telah kosong bersamaan dengan pemiliknya yang telah pergi.
Aku pun segera mandi dan setelah itu mendekatinya lagi.
"Dek ayok" ucapku
"Tunggu dulu Bang, belum kelar nih" ucapnya lagi beralasan
"Bang, hidangan yang buat acara nanti malam udah pesen kan Bang" imbuhnya lagi
"Iya udah, nanti diantar sebelum Magrib katanya" ucapku
"Duh, Abang jadi lapar ini, masak dulu lah Dek," ucapku yang tiba-tiba jadi keroncongan gara-gara ngebahas makanan.
"Ribet aja si Bang, masak mie instan aja ya" ucapnya.
"Boleh lah, tapi kau masak juga nasi nya ya?" ucapku.
***
"Bang, gimana enak kan mie instan buatanku? Ini spesial loh buat suamiku tercinta" ucap Laras dengan percaya diri, sambil mengunyah mie instan, masakan pertama yang dibuat oleh nya setelah berstatus sebagai istriku. Walau sama-sama mie instan tapi beda rasa dengan yang biasa dibuat Huma. Yang ini terlalu lembek kurasa cabe pun dikit kali di tarok nya, padahal kan aku sukak kali pedas, mana bawangnya dikit pulak, belum rasanya yang agak hambar karena kebanyakan air.
"Lumayan lah" ucapku berbohong, gawat juga kalo aku jujur, nanti tak dikasihnya jatah awak.
"Banyak ga undangan nya nanti malam, Bang?"
" Gak juga, cuma se RT kita aja, lebih cepat kan lebih baik, jangan berlama-lama lah, tauk sendiri kan mulut orang-orang ni, sibok mereka nanti dipikir kita kumpul kebo pulak."
Selesai makan, Laras membereskan bekas makan kami, menaruhnya dalam wastafel.
🥀🥀🥀
Beberapa jam kemudian
"Terimakasih, Bapak RT, dan bapak-bapak yang lainnya sudah datang ke acara syukuran kami," ucapku sambil menyalami bapak-bapak yang hendak pulang, tak lupa pulak mereka selipkan amplop.
"Maafkan, kalok hidangannya cuma sederhana dan alakadarnya" imbuhku lagi.
"Iya, sama-sama Pak Imron, tak apa-apa, yang penting sudah resmi sekarang," ucap Pak Budi, tetangga depan rumah menimpali.
"Selamat Pak Imron, semoga berkah," ucap yang lain kemudian berlalu pergi, rumah pun kembali sepi.
"Acara diadakan ba'da Maghrib, jadi sebelum Isya sudah selesai, tapi si Laras kemana dia ya? Tak nampak dari tadi," batinku
"Ah coba aku cek ke dapur." Batinku lagi
"Sayang... Kamu dimana! Laras..." Teriak ku menggema, tak ku dapati dia di dapur, aku pun berjalan ke arah kamar
"Lah... dia modom pulak" (ternyata dia sudah tidur").
Lelah hari ini aku pun segera mengecek seluruh pintu dan jendela, mana tau belum terkunci, lalu aku pigi mandi, dan ikut merebahkan diri di samping istriku tercinta.
Walau keadaan telah lelah namun aku tak kuasa menahan gejolak yang sedari tadi kian membuncah, aku pun segera memulainya perlahan ku belai rambutnya dan ku ke*cup keningnya, dia pun menggeliat lalu terbuka matanya, netra kami saling bertemu dan seakan tau inilah saatnya, tak membutuhkan waktu yang lama kami pun sudah bersiap berdayung sampan menuju dermaga cinta, lalu kami mendaki menuju puncak kenikmatan, menggapai cinta dengan ridho Nya.
***
NEXT
Hai teman-teman, terimakasih sudah mampir di ceritaku ya,
Ditunggu like dan komentar serta kritik dan sarannya ya teman-teman,
Dukung terus karya-karya Othor ya? biar Othor semangat lagi up nya,
Jangan lupa juga untuk subscribe dan juga follow akun Othor ya,
Terimakasih
🥀🥀🥀🥀#Pov LarasKupandangi wajah tampannya yang kelelahan, ia masih tertidur dengan pulasnya, disaat aku masih terjaga setelah kami menyelesaikan tugas kami sebagai suami istri.Masih teringat awal perjumpaan kami waktu itu, disaat aku sedang dirundung suatu masalah yang besar, ia datang menawarkan cinta, tentu aku menerimanya dengan senang hati.Namun dibalik itu semua, ada sesuatu hal yang aku sembunyikan , tiada sesiapa pun tau, aku menyimpan rahasia ini rapat rapat seorang diri.Aku Larasati Anggraeni, aku seorang pendatang di kota ini, aku bekerja di perusahaan yang sama dengan Bang Imron sebagai karyawan biasa bagian produksi.Asal ku dari Jambi, kedua orangtua telah lama meninggal, aku anak pertama dari dua bersaudara, adikku di kampung tinggal menumpang di rumah saudara, sementara rumah kami sudah lama dijual.
🥀🥀🥀🥀#Pov LarasAku terbangun di kala sang surya mulai menyapa, cahayanya mengintip melalui sela-sela gorden yang tersingkap oleh hembusan kipas angin yang menyala sepanjang malam.Lantunan lagu Jambi 'Tapisah Dek Urang Tuo' terdengar berkali-kali dari handphoneku pertanda ada panggilan masuk.Dengan mata yang masih lengket seolah belum mau terbuka dan kepala yang agak pusing, aku mencoba bangun sekuat tenaga untuk mengambil hp di atas nakas."Halo""mmm ya, kapan? ""Oke, iya nanti Ayuk jemput""Siapa Dek?" tiba-tiba Bang Imron terbangun."Laura besok mau kesini Bang, " jawabku"Kok ga ijin dulu sama abang si Dek?" ucapnya"Tempo hari kan udah kubilang ma abang, biar dia bisa nempati kost an ku yang d
🌷🌷🌷🌷🌷#Pov HumairaSetelah seminggu berada di rumah Om Burhan aku pun pulang ke kampung halamanku di Bandung, diantar oleh Angga dan Rani, sesampainya di rumah, Mamah sangat kaget mengetahui putrinya tiba-tiba pulang bersama orang lain pula.Aku pun menceritakan perihal kehidupan rumah tanggaku kepada Mamah, tanpa ada yang ku tutup-tutupi, Mamah sangat sedih dan terpukul mengetahui anaknya menderita, beliau lalu memelukku, menguatkanku, dari keterpurukan.Berhari-hari aku dirumah, selama itu juga aku tak pernah keluar rumah, apalagi sejak menerima surat panggilan gugatan cerai dari pengadilan agama, aku nencoba menata hati, menguatkan diri dengan semakin mendekatkan diri ini pada-Nya.-Aku sengaja tak menghadiri sidang perceraianku, biar prosesnya lancar, barulah pada sidang yang ket
🌹🌹🌹🌹# part 9#POV HumairaMah, apa sebaiknya kita mencari karyawan baru, kewalahan ni Mah, pesanan rame terus," ucapku suatu sambil menyusun nasi kotak."Sok atuh, mamah mah satuju ajah," ucap mamah sambil memanggang bolen pisang.Tiba-tiba hape ku berdering, pertanda ada pesan masuk melalui aplikasi dengan simbol gagang telepon berwarna hijau."Saha Hum? (siapa Hum?)" tanya mamah sambil mengangkat kue bolen pisang rasa coklat dan rasa keju yang sudah matang.Dari aromanya tercium sangat menggugah selera, aromanya menusuk hidung, apalagi bolen pisang rasa coklat adalah salah satu makanan favoritku."Rania Mah, minggu depan mau pulang cenah, dia mau pesan catering buat syukuran anaknya yang di khitan" ucapku sambil b
<span;>🌷🌷🌷Pov Wahyu Seratus hari sudah istriku telah meninggalkan kami semua, semua tentangnya membuat hatiku sedih, banyak kenangan-kenangan indah yang kami lalui bersama, dialah cinta pertamaku, cinta monyet yang berubah menjadi cinta sejati.Dialah Dewi Eka Handayani, gadis cantik berambut panjang yang selalu juara kelas, aku dan dia memang seumuran karena dia teman sekelasku sewaktu SD, begitu lulus sekolah aku menyatakan perasaanku padanya, namun ditolaknya mentah-mentah, alasannya karena masih terlalu kecil katanya, dia mau fokus belajar dulu, dia memang selalu membuat kukagum.Mulai dari Sd sampai SMA kami satu sekolahan walaupun berbeda kelas, aku selalu menjaganya, terutama menjaga jangan sampai dia jadian sama cowok lain.Kuliah kami mulai berbeda, aku kuliah di bidang Tekhnologi dia di bidang ekonomi namun masih satu kota, me
🌸🌸🌸🌸#Pov AnggaTempo hari saat aku pulang dari cafe ku, tak sengaja aku menabrak seorang wanita, akhirnya kubawa ia ke rumahsakit dengan bantuan warga sekitar.Untungnya ga terlalu parah, hanya luka ringan dan lecet, namun entah kalau bagian dalam.Aku menunggui nya di rumah sakit, urusan cafe sementara aku serahkan pada Alex selama beberapa hari.Setelah menjalani perawatan dan pemeriksaan secara menyeluruh berharj-hari akhirnya ia pun siuman.Aku segera menghubungi keluargaku untuk menjemput kami di rumahsakit, ternyata ia temannya adikku Rani.Akhirnya Humaira tinggal dirumahku selama seminggu, ia orangnya rajin, baru saja pulih dari sakitnya sudah mengerjakan pekerjaan rumah.Suatu hari, Maya temannya Huma berkunjung ke rumah
🌷🌷🌷🌷🌷# Pov HumaEntah mengapa malam ini sulit sekali tidur, baru terlelap sebentar, sudah terbangun kembali, semua masalah seakan menari-nari di kepalaku, aku teringat akan mamah, semoga mamah cepat pulih kembali.Akupun beranjak ke kamar mandi untuk mengambil wudhu kemudian melaksanakan sholat tahajud serta berdoa untuk kesembuhan mamah.Masih belum mengantuk, iseng-iseng ku membuka handphone, beberapa pesan masuk di aplikasi hijau berlogo gagang telepon setelah ku aktifkan data.[Teh, besok kalau kesini, bawain baju sekolah aku sama tasnya ya?] pesan dari Haikal jam 11:00Huma: ["iya"] 01:05Lanjut membaca pesan dari wahyu,Wahyu: [Hum... ] jam 10:00Huma: ["apa"] 01:06Tiba-tiba handphone ku berbunyi, pesan m
🌹🌹🌹🌹🌹❤️#POV Wahyu❤️Aku tau, istriku belum lama meninggal, aku sangat kehilangan sosok istri yang aku cintai, tanpanya terasa hampa, semangat hidup yang dulu menggelora kini hilang entah kemana, seringkali aku di bujuk mamah untuk mencari pengganti, agar aku tak terlalu berlarut-larut dalam kesedihan.Mamah kerapkali menjodohkanku dengan beberapa anak teman-temannya, tak satupun hati ini tergugah, biarlah aku menyendiri berteman sepi, hanya anak-anak penyemangat hidupku kini.Namun hati ini tak bisa dibohongi, setelah aku bertemu dengan sahabat lamaku, Humaira Salsabila, ada getaran-getaran aneh yang kurasakan saat aku memandangnya, ada didekatnya seakan membuat semangatku bangkit kembali, padahal dulu perasaanku tak seperti ini padanya.Aku tak mau lagi membuang waktuku, aku bukan lagi ABG yang baru mengenal cinta, aku inginkan adanya kepastian darinya, aku ingin menjadikan ia perm
"Kenapa, Kal? Bolak-balik aja," ucap Hadi,"Mendingan makan dulu, keburu dingin nanti!" imbuhnya lagi."Ini Teh Huma, belum nyampe juga jam segini, aku kan jadi khawatir, Kang" jawab Haikal."Telepon juga nggak aktif," imbuhnya lagi."Coba telepon Laura, handphone Huma paling lowbat." Kang Hadi menambah porsi makannya."Ayo makan dulu, biar bisa berfikir jernih," ucap Hadi."Iya deh." Haikal bergabung bersama Kang Hadi di meja makan.Keesokan harinya, Imron dan keluarga sudah bersiap-siap untuk
# Beberapa hari kemudianSuasana pagi hari di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta cukup ramai, Haikal, Hadi dan keluarga Bang Togar, berjalan beriringan menaiki kapal KM Kelud yang berkapasitas dua ribu orang penumpang, yang tidak lama lagi akan berangkat.Mereka hendak berlayar menuju ke pelabuhan Belawan Medan Sumatera Utara, namun harus transit di beberapa titik sebelum sampai di tujuan akhir, mereka akan berlayar selama tiga hari dua malam.Haikal dan Kang Hadi sangat menikmati perjalanan panjang mereka, ini merupakan pengalaman mereka yang pertama menaiki kapal laut, karena selama ini belum pernah bepergian jauh keluar dari pulau Jawa.Humaira dan beberapa orang yang lainnya akan terbang menaiki pesawat dari bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Bandara Kualanamu kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara tiga hari kemudian.Saat ini ia sedang bersiap-siap m
"Mungkin Laras sama Laura mau ikut." Humaira menoleh ke arah Laras dan Laura.Laras dan Laura saling berpandangan, kemudian mereka menjawab hampir bersamaan."Tengok saja nanti," jawab mereka."Nanti kalau mau pergi, sama-sama kita ya?" ucap Togar.Ketika sedang asyik berbincang, tiba-tiba gawai milik Togar berbunyi, ia pun segera mengangkat telepon."Kebetulan sekali, si Imron video call, kuangkat dulu ya,"ucapnya.["Assalamualaikum Imron apa kabar? "] Togar melambaikan tangannya ke arah layar handphonenya.["Horas bah! Macam mana kabar di sana, kawan?"] balas Imron.["Kamipun sehat-sehat semua di sini,"] jawab Togar.["Bagaimana Togar sudah kau bilang sama keluarga Humaira tentang acara pernikahanku itu?"] tanya Imron.["Sudah, tengok ini! Kami lagi ngumpul di rumah Haikal."] Togar mem
Laras berubah menjadi pendiam dan selalu mengurung diri di dalam kamar, kejadian beberapa hari yang lalu membuatnya menjadi sadar, ia menyesali perbuatannya selama ini."Ayuk! Dipanggil sama mamah Yati, disuruh makan." Laura masuk ke dalam kamar, ia kasihan melihat kakaknya selalu termenung dan menyendiri di dalam kamar."Ayuk nggak lapar," jawabnya singkat.Laura duduk di tepi ranjang, ia menatap Laras yang semakin kusut, rambut dibiarkannya tergerai berantakan, seolah tidak ada lagi semangat hidup."Ayuk pegang apa itu?" Laura melihat Laras menggenggam sesuatu.Laras membuka genggaman di tangannya. kemudian memperlihatkanny
Alex mengambil sesuatu dari saku celananya, kemudian ia hendak menyumpal mulut Laura dengan saputangan yang sudah ia olesi dengan obat bius.Laura mundur beberapa langkah, sehingga Alex yang posisinya masih berada di dalam mobil, sedikit kesulitan untuk melakukan aksinya."Sudah aku duga, kau akan memakai cara-cara licik seperti ini, seperti waktu itu saat kau menjebakku."Laura menatap Alex dengan penuh kebencian."Gara-gara ulahmu itu terpaksa aku menerima lamaranmu," imbuhnya lagi."Bagaimanakah kau bisa mengenaliku, Sayang?" tanya Alex, dengan suaranya yang tidak lagi dibuat-buat."Walaupun kau merubah penampilanmu, tapi a
"Seandainya saja tadi Ayuk aku bisa kita ajak kerjasama untuk menemukan Alex dan komplotannya," ucap Laura."Aku mewakili kakakku, mohon maaf kepada keluarga di sini, atas kelakuannya itu," ucap Laura."Iya, sudah kami maafkan kok, jangan khawatir Laura." balas Humaira."Kamu benar Laura, kakak kamu itu bisa kita ajak kerjasama."Haikal menatap Laura."Laura, tolong ambilkan laptop-ku di kamar," imbuhnya lagi.Laura bangkit dari duduknya, lalu bergegas menuju kamar Haikal, tidak lama kemudian ia pun sudah kembali membawa laptop berwarna hitam dengan layar 14 inci.Haikal mulai membuka laptopnya, ia melihat rekaman CCTV, kini semua orang yang berada di ruang tamu fokus melihat ke arah benda segi empat tersebut."Sepertinya aku kenal dengan pria itu," ucap Laura, ketika melihat Laras turun dari mobil diikuti oleh Hen
Humaira menikmati pemandangan di jalanan kota Bandung yang ia lalui melalui jendela mobil taksi, sudah berbulan-bulan meninggalkan kota ini membuatnya rindu akan tanah kelahirannya itu, sementara Maulida nampak tertidur pulas di sampingnya."Masih lama lagi kah, Kak Ira?" tanya Maulida ketika ia membuka matanya."Nggak lama lagi kok," balas Humaira."Kalau masih ngantuk, tidur aja lagi, nanti kakak bangunin," imbuhnya lagi."Udah nggak ngantuk lagi, kok!" balas Maulida.Tak' lama kemudian, mobil pun berhenti di depan rumah Humaira, ia beranjak turun dari mobil, kemudian mengeluarkan semua barang bawaannya, dibantu oleh Maulida dan sopir taksi."Rumah kakak bagus ya?"Maulida mengedarkan pandangannya ke arah rumah Humaira dan rumah disekitarnya."Ayo masuk!" Humaira tersenyum."Assalamualaikum!" uca
Laras melemparkan gawainya ke atas tempat tidur, ia merasa kesal karena Laura begitu saja memutuskan sambungan telepon."Sial! Nanti sore pula, katanya! Mana sudah lapar kali' ini," umpatnya sambil memegangi perutnya.Ia berjalan mondar-mandir mengitari kamar, sesekali meremas rambutnya yang hitam sebahu.Laras tersenyum, ketika tiba-tiba mendapatkan sebuah ide cemerlang, kemudian membongkar tas koper besar berisi pakaian, ia mencari sebuah baju yang didalamnya terdapat uang yang ia curi dari keluarga Tuan Kenzi.Beberapa lembar uangkertas yang terdiri daripecahanmulai 1.000yen, 2.000yen, 5000yen, hingga 10.000yen, ia kumpulkan kemudian merapikannya."Sebaiknya aku tukarkan dulu uang Yen ini dengan rupiah, baru aku beli makanan dan langsung pergi ke Bandung," Laras tersenyum puas.Laras mengambil handphonen
"Aku pagi ini disuruh ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian peristiwa kebakaran kemarin," ucap Haikal.Laura menoleh sekilas ke arah Haikal kemudian kembali menikmati sarapannya."Laura, kamu ikut yuk! Temani aku, aku takut nih, berurusan dengan polisi." Haikal menatap Laura.Laura menoleh ke arah Ceu Yati untuk meminta persetujuan, kemudian Ceu Yati menganggukkan kepalanya."Kalau Neng Laura sudah baikan, boleh pergi kok," ucap Ceu Yati."Tapi catering gimana, Mah?" tanya Laura."Urusan catering biar mamah yang urus." Jawab Ceu Yati.Haikal bangkit dari duduknya, kemudian menoleh ke arah Laura."Aku siap-siap dulu, nanti nyusul ya?" ucapnya."Iya" jawab Laura singkat."Mamah juga mau ke tempat catering Hilma, mau ngawasin pegawai." Ceu Yati bangkit dari duduknya lalu ia beranjak p