#SdmsBab 58 KegaduhanAku dan Rahma pun memutuskan untuk keluar dari dapur. Ternyata sudah ada ibu dan Sarah yang juga sudah berada di ruang tamu hendak membuka pintu. Dan betapa terkejutnya kami ketika melihat kejadian di depan sana diwaktu yang mana matahari saja belum muncul sepenuhnya. Duh, geleng-geleng aku dibuatnya. Benar. Kegaduhan yang terjadi itu karena Siska yang terus berteriak memanggil nama Sarah. Bukan hanya memanggil, melainkan wanita itu juga terus memaki-maki Sarah yang padahal tidak ada di tempat. Sontak keributan yang dilakukan Siska itu membuat beberapa tetangga berdatangan dan berkerumun di depan rumah. Dan terjadi lagi, drama rumah tangga Bu Watik dimulai. Melihat hal itu Bulik Erni pun ancang-ancang untuk mendatangi rumah kakak iparnya itu. Namun, sebelumnya ibu mertuaku itu meminta Sarah untuk masuk ke dalam rumah. Sarah dilarang untuk menampakkan diri di hadapan Siska maupun Bu Watik. Ia hanya boleh melihat dari balik kaca jendela. "Kenapa lagi sih, Mba
#SdmsBab 59 Malam Ini"Aku akan tetap menceraikannya," kata Mas Aryo yang membuat orang-orang yang ada terkejut. "Mas? Kamu yakin?" tanya Mas Hilman pada Mas Aryo. "InsyaaAllah. Aku udah capek sama semua ini."Ku hela napasku pelan melihat nasib Mas Aryo. Pasti saat ini ia sangat kecewa dengan ibu yang telah melahirkannya itu. Tapi ... Semua ini memang salah dari Bu Watik sendiri. Ia terlalu jah*t dan egois terhadap anak-anaknya. Kalaupun Mas Aryo akan menceraikan Siska, entah mengapa aku setuju-setuju saja. Toh, selama ini Mas Aryo kerap mendapati sikap yang kasar dari istrinya itu. Tapi ... Apa yang akan terjadi dengan Bu Watik jika nantinya Mas Aryo dan Siska betul-betul bercerai? "Istighfar, Le." Bulik Erni mencoba menenangkan keponakannya itu. Bukan hanya Mas Aryo yang syok mendengar cara yang diberikan Siska untuk bisa melunasi utang-uang Bu Watik yang jumlahnya begitu luar biasa itu. Namun, aku dan lainnya pun ikut terkejut mendengar hal tersebut. "Aku gak bisa nyerahin
#SdmsBab 60 Pesan Beruntun Haduh, ada masalah apalagi ini? Mengapa tiba-tiba adik iparku itu bersikap demikian? Apa iya ia tengah patah hati sehingga membuatnya moodnya berantakan tak karuan? "Kalian udah denger belum dari Aryo?" Mendengar pertanyaan dari ibu mertuaku itu reflek membuatku menghentikan sarapanku. Kabar? Kabar apa yang beliau maksudkan? Sebab kemarin-kemarin aku melihat Mas Aryo baik-baik saja. Ia masih beraktivitas seperti biasanya walaupun dengar-dengar diabaikan oleh Siska juga ibunya sendiri. "Aduh Bu ... Kok, malah bahas Mas Aryo, sih," protes Rahma. "Kamu itu kenapa, sih?" Bulik Erni bertanya dengan nada lembut. "Aku tau Mas Hilman sama Mbak Halimah udah halal. Tapi kan aku di sini masih jomblo. Ya kali mereka pacaran di depanku. Kan, gak sopan!" sungut Rahma yang membuat Mas Hilman tertawa seketika. Berbeda dengan suami mudaku itu, aku yang mendengar ucapan Rahma barusan lantas membuatku tak enak hati sekaligus menyadari jika apa yang kami lakukan tadi
#SdmsBab 61 Permintaan Bu Watik"Eh, kenapa, nih orang kirim pesan WA banyak begini. Ngelebihin cewek aja," ucapku sambil membaca isi pesan dari orang yang aku tidak begitu mengenalnya tetapi aku tahu orangnya. Dan aku dibuat tercengang tak percaya setelah membaca pesan beruntun dari HP Mas Hilman itu. Bagaimana tidak, dari obrolan pesan WA yang lumayan intensif itu aku mendapatkan sebuah fakta yang cukup membuatku geleng-geleng. "Ehem!"Aku tercekat ketika mendengar suara deham dari seseorang yang aku mengenalnya. Ketika kedua mataku mulai tertuju ke arah sumber suara, yang ternyata sudah ada Mas Hilman yang sedang berdiri di ambang pintu dengan tatapan serius ke arahku. Seolah menunjukkan sikap ketidaksukaannya karena aku telah lancang menyentuh barang pribadinya tanpa ijin. Melihat Mas Hilman yang seperti itu, reflek aku tersenyum nyengir ke arahnya. Dengan harap-harap cemas aku pun meletakkan kembali HP milik Mas Hilman di atas meja. Lalu berjalan cepat ke atas ranjang dan ber
#SdmsBab 62 Tetap Pada Keputusan Bulik Erni tampak bingung. Ingin mengiyakan tapi berlawanan dengan hatinya. Ingin menolak tapi tak tega jika kakak iparnya itu harus hidup di penjara. Karena bagaimana pun kondisinya sekarang, Bu Watik masih dan akan tetap menjadi saudara baginya. Lantas akan kah ibu mertuaku itu mengiyakan permintaan dari kakak iparnya itu? Akhirnya setelah beberapa saat terdiam, dengan berat hati Bulik Erni pun mengiyakan permintaan Bu Watik. Tetapi beliau juga mengatakan jika beliau tak bisa menjamin bisa merubah keputusan Mas Aryo. Karena bagaimana pun keputusan tetap ada pada Mas Aryo nantinya. Aku sendiri sih berharap tetap ada perceraian di antara mas Aryo dan Siska. Bukan karena aku benci dengan Siska, tetapi aku lebih kasihan jika hidup Mas Aryo harus bergantung di bawah tekanan ibu dan istri toxic-nya itu.Lagipula, mungkin saja perceraian di antara Mas Aryo dan Siska adalah jalan karma bagi Bu Watik agar ia menyadari kesalahannya. Supaya ia juga bisa be
#SdmsBab 63 Meminta BantuanDan Mbak Susi sendiri? Aku dibuat agak terkejut dengan perawan tua itu. Pasalnya, belum lama ini ia kerap menunjukkan sikap perubahannya yang lebih baik. Begitu juga dengan ibunya yang mengemis minta maaf setelah kejadian dimana dirinya selalu menjadi bahan gunjingan orang-orang. Atau jangan-jangan ... Mbak Susi dan Bu Watik hanya berpura-pura berubah agar bisa mendapatkan simpati dari keluarga Bulik Erni? ***Beberapa bulan telah berlalu. Dan akhirnya aku mendapatkan kabar jika Mas Aryo telah resmi bercerai dengan Siska. Sedangkan Bu Watik pun tidak jadi dipidanakan lantaran pengorbanan dari Mbak Susi yang memilih untuk menikahi Pak Tejo sebagai syarat pelunasan utang. Malang? Tentu tidak. Bagiku keputusan yang diambil Mbak Susi tidak menjadikan nasibnya malang. Sebab, meskipun menjadi istri ke empat dari laki-laki yang lebih pantas menjadi ayahnya, namun hal itu akan membuatnya menjadi orang yang bergelimang harta. Cocok dan sesuai dengan harapan Bu
#SdmsBab 64 Mas Hilman Ternyata Masih ...Dimana ketika Mas Hilman mulai memanjatkan doa dengan suara lirihnya, sehingga membuatku tak begitu mendengar suaranya dengan jelas. Namun, di bawah redupnya lampu yang memang sengaja ia tak nyalakan semuanya, samar-samar aku melihat suami mudaku itu mulai terisak dalam posisi yang masih sama. Sontak hal itu membuatku bertanya-tanya. Apa yang sedang diadukan suami mudaku itu kepada Sang Pencipta sehingga membuatnya menangis seperti itu? Adakah hubungannya dengan Sarah? Atau karena memang suami mudaku itu yang sedang meminta ampun akan dosa-dosanya? "Mbak Halimah!"Panggilan dari Mas Hilman mendadak menyadarkanku dari lamunanku. "Eh, kenapa?" gugupku. Takut jika Mas Hilman akan marah karena aku mengintipnya aktivitasnya. "Ngapain di sini? Kenapa gak tidur?" tanya Mas Hilman datar. Aku yang belum sadar sepenuhnya mencoba mencerna pertanyaan dari suami mudaku itu. "Mbak!" seru Mas Hilman lagi. "Gak pa-pa," balasku. Lalu berjalan ke arah k
#SdmsBab 65 Bertemu Teman LamaAku terduduk di tangga masjid sambil menyembunyikan wajahku dibalik kedua telapak tanganku. Hanya bisa pasrah dengan keadaan. Hingga beberapa saat kemudian ketika aku hendak mengangkat wajahku, aku dikejutkan dengan adanya sepasang kaki yang berdiri tepat di depanku. Awalnya ku pikir seorang di depanku itu adalah Mas Hilman yang akan menjemputku pulang. Sama hal nya ketika aku pergi beberapa waktu yang lalu. Namun ternyata perkiraanku salah. Seorang itu bukanlah suami mudaku. Melainkan adalah Namu. Ya, Namu adalah teman ku di desa. Kami tak begitu akrab. Lebih tepatnya kami hanya sekedar saling mengenal. Itu pun karena kami pernah satu sekolah semasa ditingkat dasar. Lagipula saat itu dia adalah anak kepala desa, jadi mustahil rasanya jika kami berteman sangat akrab. Aku bangkit berdiri dan menatap heran ke arah Namu. Meski sudah sekian lama tak bertemu, namun aku masih ingat betul bagaimana wajahnya. "Kamu Namu, kan? Kok, bisa ada di sini?" ku past
Bab 124 EndingTak lama setelah kabar gembira itu mencuat, tiba-tiba kami semua yang berada di teras rumah Bu Watik itu pun seketika dibuat terkejut lantaran terdengar teriakan dari arah dalam rumah. Dan sudah bisa ditebak teriakan yang cukup kencang itu pasti berasal dari Bu Watik.Di waktu yang bersamaan itu pula lah Mas Aryo lantas berlari dengan cepat menuju dalam rumah. Pastilah ia merasa khawatir jikalau terjadi sesuatu pada ibunya itu. Bulik Erni, Sarah, Rahma, serta aku yang menggendong Abrisam pun dengan panik menyusul Mas Aryo ke dalam. Dan disaat kami semua berada tepat di depan kamar Bu Watik, kedua mata kami dibuat tercengang dengan pemandangan di depan sana.Dimana Bu Watik ternyata ... Terjatuh dari tempat tidurnya.Entahlah apa yang sebelumnya wanita paruh baya itu perbuat hingga membuatnya terjatuh dari kasurnya. Namun yang jelas hal tersebut membuat Mas Aryo begitu terkejut. Begitu juga dengan diriku dan yang lainnya.Mendapati ibunya dalam kondisi demikian, tanpa b
Bab 123 Kondisi Mantan Mertua Setelah memberikan jawabanku tersebut, aku tidak lagi mendengar suara dari Mas Hilman. Dan entah mengapa di momen itu aku merasa kalau suami mudaku itu sedang memikirkan sesuatu yang ujung-ujungnya aku diminta untuk mengembalikan satu set perhiasan itu.Astagfirullah ... Aku terus berucap istighfar dalam hati sembari terus berharap kalau Mas Hilman tidak memintaku untuk mengembalikan satu set perhiasan itu. Karena bagaimanapun aku berusaha menghargai hadiah yang dikirim Siska itu. Walaupun perihal permintaan maaf dari Siska belum juga diketahui secara pasti. Namun yang jelas jika memang benar Siska ingin meminta maaf dan sudah menyesali perbuatannya, hal itu lah yang membuatku senang dan bukan semata-mata karena perhiasan saja.Namun ternyata dugaanku salah. Ketika aku meminta untuk menyudahi aktivitas memijat ini, Mas Hilman masih sama seperti sebelumnya. Tetap tak bersuara. Tentu saja hal ini sudah bisa dipastikan kalau suami mudaku itu pasti tertidur.
Bab 122 Satu Set Perhiasan "O ya, udah hubungi nomor di paket mu itu belum?" tanya Mas Hilman yang membuatku teringat sesuatu."Astaghfirullah, belum, Mas," balasku.Benar, setelah menerima paket beberapa hari yang lalu, dimana paket yang berisikan satu set perhiasan emas itu membuatku dan Mas Hilman terkejut saat mengetahuinya. Alhasil karena tidak ada nama pengirim dan hanya ada nomor telepon yang sepertinya dari toko perhiasan itu dibeli, aku berencana untuk menghubungi toko tersebut. Dengan tujuan untuk mengkonfirmasi apakah satu set perhiasan yang aku terima benar-benar ditujukan untukku.***"Mas, Mas, Mas!!" dengan terburu-buru aku mendekati Mas Hilman yang baru saja pulang dari sekolah."Kenapa?" tanyanya heran."Lihat, deh," ucapku seraya meminta Mas Hilman melihat ke arah layar hp yang berada di tanganku.Setelah membaca isi pesan yang aku tunjukkan lantas saat itu juga Mas Hilman menatapku dengan raut wajah kebingungan. Sontak hal itu membuatku yang tadinya ceria seketika
Bab 121 Kepergian Mbak SusiSayangnya, ketika Mbak Susi belum sempat memulai ceritanya disaat yang bersamaan tiba-tiba muncul Rahma, adik iparku. Ia datang dengan nafas terengah-engah sambil membawa Abrisam."Maaf semuanya," kata Rahma sembari menurunkan keponakannya.Abrisam pun berjalan dengan wajah riangnya ke arahku. Sedangkan Rahma diminta untuk duduk terlebih dahulu dan menenangkan diri sebelum bercerita. Sampai akhirnya Rahma diminta untuk menceritakan apa yang menjadi sebab ia menyusul ke rumah ini dengan kondisi seperti itu tadi. Dimana ternyata ... Ada seseorang yang mencariku.Mendengar hal itu Mas Hilman lantas bergegas keluar rumah dan berjalan pulang ke rumahnya. Sedangkan aku menitipkan Abrisam ke ibu mertuaku dan segera menyusul suami mudaku itu. Begitu juga dengan Rahma yang mengikutiku dari belakangku. Sementara yang lainnya lebih memilih untuk tetap berada di tempatnya sembari memantau dari kejauhan.***Bersamaan dengan kehadiranku, saat itu pula lah Mas Hilman me
Bab 120 Pesan Untukku"Gak pa-pa, kok, Bulik," jawab Mbak Susi dengan suara pelan seraya tersenyum ke arah Bulik Erni.Melihat kondisi Mbak Susi yang berjalan seperti itu, ditambah adanya luka lebam dibeberapa titik wajahnya membuatku merasa kasihan padanya. Aku betul-betul tak menyangka jika pernikahan yang awalnya dulu penuh drama kini harus berakhir seperti ini. Sungguh menyedihkan dan sungguh malang nasib mantan kakak iparku itu.Di momen ini pula lah yang membuatku semakin bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi? Dan adakah kesalahan yang diperbuat Mbak Susi hingga Pak Tejo dan ketiga istrinya yang lain sampai tega meninggalkan bekas luka-luka di tubuh Mbak Susi seperti itu.Sampai akhirnya setelah melihat Mbak Susi lebih tenang dan lebih rileks, Bu Watik yang memang sejak tadi malam mengkhawatirkan anaknya sampai-sampai dia pingsan pun mulai mengajukan pertanyaan terkait apa yang sebenarnya terjadi. Selain itu aku sendiri juga teramat penasaran dengan apa yang membuat Mbak S
Bab 119 Menjemputnya pulang ke rumahMelihat nama dari orang yang meneleponku malam-malam itu seketika aku dibuat mendelik. Mendadak pula jantungku berdebar-debar karena aku merasa yakin kalau ada hal yang penting untuk disampaikan malam itu juga. Ku angkat lah panggilan telepon tersebut dan mendapati kabar yang sangat-sangat membuatku terkejut seketika. Bahkan saking terkejutnya aku sampai tidak bisa menggerakkan badanku untuk beberapa detik. Sampai akhirnya tiba-tiba Mas Hilman terbangun dan melanjutkan obrolan dari orang yang cukup kami kenal itu lewat telepon.Setelah beberapa saat kemudian panggilan telepon berakhir. Dan saat itu juga Mas Hilman memintaku untuk bersiap karena kami akan segera pergi ke tempat sesuai yang disampaikan orang yang belum lama menelepon kami tadi. Dengan perasaan yang masih syok, aku tetap berusaha tenang. Karena bagaimanapun nanti setelah sampai di tempat tujuan, aku lah yang akan berperan penting di sana.***"Ada apa, Sar?" tanyaku panik ketika aku
Bab 118 Dalang"Maksudnya udah biasa?" tanyaku.Sembari menarik selimut suami mudaku itu lantas menjawab, "udah biasa kamu curigain!" dengan cepat Mas Hilman menutupi seluruh tubuhnya dengan selimutnya yang seolah ingin berlindung dariku.Dan memang tepat apa yang dilakukan Mas Hilman tersebut. Pasalnya usai mendengar jawabannya itu reflek aku mengambil bantalku dan menggunakannya untuk memukul-mukul tubuhnya. Enak saja memberi jawaban seperti itu. Apa dia pikir aku adalah tipe wanita yang selalu curigaan padanya?! Haduh! ***Pagi harinya ketika aku ingin melihat nomor tanpa nama di hp ku, yang kemarin ku kira milik Dewi, aku dibuat terkejut karena aku tidak menemukan nomor tersebut. Baik di daftar pesan maupun di riwayat panggilan. Tidak ku temukan nomor itu sama sekali.Mendapati hal demikian seketika itu juga aku teringat akan Mas Hilman yang membuka-buka hp ku tadi malam, yang katanya hanya sekedar ingin melihat-lihat saja. "Pasti kamu, Mas!" rutukku lalu berjalan mencari kebera
Bab 117 Sebuah NasihatKarena pesan yang membuatku begitu syok ketika aku membacanya itu, aku sampai tidak sabar ingin menyampaikannya kepada Mas Hilman yang mana suami mudaku itu belum pulang dari masjid. Ingin sekali ku telepon Mas Hilman tetapi sayangnya hp nya di rumah. Dan memang kebiasaan suami mudaku itu lah yang selalu tidak membwa hp jika pergi ke masjid seperti ini.Sampai setelah beberapa saat menunggu akhirnya Mas Hilman pulang. Dan dengan semangat serta rasa ingin tahu akan ekspresi juga tanggapan dari Mas Hilman, aku pun langsung menyodorkan pesan dari nomor tanpa nama tersebut. Dan tebakanku akan tanggapan Mas Hilman pun terjawab ketika suami mudaku itu telah tuntas membaca pesan tersebut. Dimana Mas Hilman berkata jika ia juga tidak menyangka dengan isi pesan tersebut. Dan sama dengan diriku, Mas Hilman juga menyakini jika pesan tersebut berasal dari Dewi.Akhirnya di pagi itu tanpa banyak berpikir aku dan Mas Hilman langsung keluar kamar dan berjalan dengan terburu-b
Bab 116 Sebuah VideoDimana ia bilang jika sebetulnya selama di rumah Bu Mira, ia dan Mas Aryo tidak banyak mendapatkan informasi mengenai apa yang menjadi tujuan mereka. Malah yang ada Bu Mira terus mengajak dua bersaudara itu bercerita ke hal-hal yang terbilang tidaklah penting. Saking banyak omong nya, sampai-sampai setiap kali Mas Hilman dan Mas Aryo ingin pamit untuk pulang selalu saja merasa sungkan karena cerita yang belum kelar tersebut.Sampai di titik ini aku merasa semakin yakin kalau sebenarnya ada yang tidak beres dengan kejiwaan Bu Mira. Tapi, bagaimana aku bisa menemukan jawaban dari dugaanku itu jika Bu Mira saja bersikap buruk ketika berhadapanku. Dan ... Apa mungkin kejadian yang menimpaku ini ada hubungannya dengan Dewi yang katanya adalah anak kandung dari Bu Mira?"Bu Mira bilang gak kalau Dewi tau soal ini?" tanya Bulik Erni yang membuat kami semua menoleh ke arahnya.Mas Hilman menggeleng lalu menjawab pertanyaan ibunya barusan. "Enggak, Bu. Tapi menurut Hilman