Share

Suami Miskinku Ternyata Konglomerat
Suami Miskinku Ternyata Konglomerat
Author: Nocil Bawel

Bab 1

"Pokoknya, aku nggak mau, Bu!”

Aku menolak permintaan Ibuku. Wajah Ibu menjadi merah padam. Dia kesal sekali saat mendengar penolakanku dengan nada tinggi.

Ibuku bernama Ana Rahma dan ayahku bernama Delano Wicaksono. Aku sedang berada di ruang tamu bersama mereka membahas masalah perjodohan yang tidak aku inginkan.

“Kamu mau buat keluarga Wicaksono malu? Status Arga Dwiguna memang duda, tapi dia kaya raya. Bahkan kalo kamu mau nikah sama dia, kamu bisa lepas dari cap perawan tua!”

Suara Ibu semakin meninggi sehingga membuatku kesal, bahkan kali ini aku seperti ingin kabur saja.

Namaku Inggit Garnasih Wicaksono, 23 tahun. Aku berasal dari keluarga bangsawan kasta tertinggi nomor empat di negara Dogestan. Aku adalah putri ke-3 dari empat bersaudara. Karena kebiasaan di kotaku yang mengutamakan kasta, hal itulah yang memicu keributan di pagi hari ini.

“Dengar baik-baik, Inggit! Hari ini Arga melamar kamu. Jadi, jangan buat malu!" pinta Ibu lagi tanpa memedulikan perasaanku.

“Terserah! Tapi, jangan salahin siapa-siapa kalo Inggit pergi dari rumah!” jawabku ketus, membuat tangannya melayang di pipi.

Plak!

Suara tamparan itu terngiang-ngiang di benakku. Pipiku terasa panas dan air mata ini langsung menetes.

Terkadang aku bingung, kenapa Ibu sekeras ini padaku? Apa salahnya kalau aku belum menikah? Tapi meksipun begitu, bukan berarti aku harus menikah dengan duda yang memiliki kepribadian buruk seperti Arga.

“Apa-apaan ini?! Suara kalian terdengar sampai luar. Buat malu keluarga aja!” Suara serak pria tua itu membuat suasana menjadi hening seketika.

Dia kakekku, Wicaksono. Dia adalah pemimpin kasta Wicaksono. Melihatnya datang sontak membuatku tersenyum, seperti ada secercah harapan.

“Ayah, Inggit nolak aku jodohin sama Arga Dwiguna. Padahal kalo dia setuju, kekayaan kita akan meningkat." Ibuku menjelaskan dengan menggebu-gebu. "Bahkan, keluarga kita bisa naik kasta satu tingkat lagi. Ayah setuju kan sama perjodohan ini?"

Senyum penuh arti mulai tersirat dari wajah kakek Wicaksono. Senyuman itu membuat Ibu sedikit takut.

“Hemm, Ana Rahma, menantuku ...." Kakek Wicaksono tersenyum. Dia memandangi Ibu dengan remeh.

“Kamu yakin, mau pilihkan jodoh untuk Inggit? Kalo cuma ingin melepas predikat perawan tua, biar Inggit menikah sama pilihanku.”

Tawaran kakek Wicaksono membuatku selamat kali ini, walaupun ujung-ujungnya tetap harus menikah dengan pria yang tidak kukenal.

‘Daripada menikah sama Arga yang terkenal kejam, dan suka menyakiti wanita, akan lebih baik aku nikah sama orang Asing pilihan Kakek,’ batinku.

Ibu terlihat gusar. Dia menyeringai. Aku yakin, Ibu ingin menolak tawaran kakek.

Kesempatan ini tidak boleh aku lewatkan begitu saja.

“Bagaimana?” tanya kakek Wicaksono memastikan tawarannya, aku segera membuka suara.

“Aku mau nikah sama jodoh pilihan Kakek." Aku menjawab dengan lantang. Saat itu juga, kedua mata Ibu menatapku tajam tanpa senyum.

“Ibu mau aku melepas predikat perawan tua, kan? Jadi menurutku, nggak ada masalah kalo aku terima pilihan kakek ,” ujarku dengan suara pelan, tanpa berani menatap wajah mereka berdua.

Desahan penuh kesal terdengar di telingaku. Tapi, tidak mungkin Ibu berani menentang Kakek.

Aku tersenyum puas dan meninggalkan mereka saat itu juga. Alis mata dan bahuku naik saat menatap Ibu. Aku ingin Ibu tahu bahwa keputusan ini tidak dapat diubah olehnya.

Samar-samar, aku menguping dari jauh kelanjutan percakapan mereka, sekedar memastikan Ibu tidak akan mengacaukan pilihanku kali ini. Suara kakek Wicaksono yang berat terdengar samar-samar.

“Ana, siapkan semua berkas, dan kebutuhan Inggit. Kita nikahkan mereka besok jam 09.00 pagi di mansion Wicaksono. Aku, pengantin pria dan keluarga besar akan menunggu kalian di sana. Semua persiapan di mansion aku yang urus. Kamu cukup bawa Inggit aja.”

Ibu dan ayah hanya menunduk. Ayah terlihat tenang tanpa beban menyetujuinya. Seperti biasa, aku melihat rasa tidak puas di wajah Ibu.

Hari ini terasa panjang. Aku di tempat tidur seharian. Rasanya tidak sabar menantikan hari esok. Aku bahkan belum tahu nama pria pilihan kakek. Apakah dia tampan? Apakah dia lebih kaya dari Arga Dwiguna?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status