Beranda / Romansa / Suami Kontrak CEO Cantik / Bab 3 : Keputusan yang Membuka Jalan Baru

Share

Bab 3 : Keputusan yang Membuka Jalan Baru

Penulis: Nanasshi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-06 21:26:15

Hasya Gaharu melangkah keluar dari ruang rumah sakit, matanya fokus pada jalan di depan. Sesekali, ia memeriksa ponselnya, mencari informasi terbaru tentang pengobatan mata kakaknya. Selama bertahun-tahun, ia berjuang untuk merawat kakaknya yang kehilangan penglihatan akibat penyakit degeneratif. Setiap harinya, ia mencoba sekuat tenaga untuk mencari cara agar kakaknya bisa melihat lagi. Namun, biaya pengobatan yang sangat mahal selalu menjadi penghalang utama. Ketika tawaran pernikahan kontrak dari Karana Wihardjo datang, ia merasa seolah-olah mendapat jalan keluar.

Kakaknya, Ayu, yang sudah terbiasa dengan kondisi tersebut, kini tampak lebih cerah sejak Hasya menyampaikan berita gembira.

“Ayu,” kata Hasya sambil tersenyum lebar, “aku akan membawa kamu ke Singapura untuk menjalani operasi mata. Aku sudah mencari cara, dan akhirnya, ada kesempatan untuk kamu bisa melihat lagi.”

Ayu menatap adiknya dengan air mata yang mulai menetes di pelupuk matanya. Sungguh, Ayu tak tahu harus berkata apa. Harapan yang hilang selama ini, kini seolah kembali dalam jangkauan.

“Benarkah, Hasya? Aku bisa melihat lagi?” tanya Ayu dengan suara gemetar. Hasya hanya mengangguk, meraih tangan kakaknya dengan lembut.

“Ya, aku akan memastikan itu. Kamu akan melihat lagi, Ayu.”

Ayu menundukkan kepalanya, mengusap air mata yang mengalir, merasa sangat terharu atas pengorbanan dan cinta yang tak kenal lelah dari adiknya.

^^^^

Sementara itu, di sisi lain kota, Kara Wihardjo sedang mempersiapkan pertemuan keluarga besar. Rencana pernikahan kontraknya dengan Hasya semakin mendekati realitas, dan ia merasa perlu memperkenalkan Hasya kepada keluarganya. Walaupun ia sadar betul bahwa keputusan ini tampaknya aneh, terutama bagi keluarganya yang sering mengharapkan pernikahan yang lebih ‘terhormat’, Kara merasa itu adalah langkah yang tak terhindarkan.

Pada malam itu, Kara mengenakan gaun simpel yang elegan, menyiapkan dirinya untuk makan malam bersama keluarga. Hasya, yang lebih suka berpakaian kasual, mengenakan kemeja polos dan celana hitam. Ia merasa canggung, karena meskipun sudah berjanji untuk menikah dengan Kara dalam kontrak satu tahun, bertemu dengan keluarga Kara adalah hal yang jauh dari kenyamanannya.

Di meja makan, suasana terasa sedikit canggung. Ayah Kara, yang dikenal sebagai sosok tegas namun perhatian, menyambut Hasya dengan ramah. “Kamu pasti Hasya, ya? Aku dengar banyak hal baik tentangmu. Selamat datang di rumah kami,” kata ayah Kara dengan senyum lebar. Hasya merasa sedikit lebih tenang, meski masih canggung. Namun, ibu tiri Kara yang duduk di ujung meja, jelas memperhatikan setiap gerak-gerik Hasya dengan tatapan tajam.

“Ibu tiri saya, ini Hasya,” Kara memperkenalkan, berusaha menjaga suasana tetap hangat. “Dia adalah calon suami saya.”

Tiba-tiba, ibu tiri Kara meletakkan sendoknya dengan keras, menatap Hasya dengan penuh sindiran. “Oh, jadi ini calon suami yang kamu pilih?” Suaranya terdengar dingin, dan ada nada meremehkan di dalamnya. “Tapi, dia kan tidak selevel dengan keluarga kita, Kara. Sepertinya kamu terlalu terburu-buru memilih seseorang yang tidak sesuai dengan status kita.”

Hasya merasakan panas menjalar ke wajahnya. Ia menunduk, berusaha untuk tidak menunjukkan rasa tersinggungnya. Tapi, Kara yang sudah cukup tahu tentang ibu tirinya, bisa merasakan ketegangan yang terjadi. Hatinya mendidih, dan ia merasa sangat tidak nyaman dengan sindiran ibu tirinya yang jelas-jelas tidak bisa menerima Hasya hanya karena latar belakangnya.

“Ibu!” Kara berkata tegas, mencoba menahan rasa marahnya. “Tolong, jangan berbicara seperti itu.” Namun, ibu tiri Kara hanya menyeringai kecil, seolah tidak peduli dengan perasaan Kara.

Hasya mengangkat wajahnya, meskipun ia berusaha menahan diri untuk tidak menunjukkan ketidaknyamanannya. Ia merasa tidak enak hati, terutama karena ia tahu Kara sedang berada dalam posisi yang sangat sulit, terjebak di antara keluarganya dan keputusan yang ia buat sendiri.

^^^^

Setelah makan malam, Kara memutuskan untuk membawa Hasya pulang lebih awal. Ia tahu betul bagaimana rasanya dihadapkan pada sikap ibu tirinya yang tidak menghargai pilihan-pilihannya. Sebelum meninggalkan rumah, Kara mengajak Hasya untuk berjalan keluar lebih dulu, meninggalkan keluarga yang masih sibuk berbicara di ruang makan.

Kara berjalan cepat, menuntun Hasya keluar rumah, kemudian berbalik dan memandangnya dengan tatapan yang penuh penyesalan. “Maafkan ibu tiri saya. Dia memang seperti itu. Tapi kamu tidak perlu merasa tersinggung.”

Hasya yang semula masih tampak canggung, kini hanya tersenyum kecil. “Tidak apa-apa, Bu Karana. Saya baik-baik saja,” jawabnya dengan suara lembut. Ia menyentuh tangan Kara dengan lembut, seolah memberikan pengertian bahwa ia tidak marah. “Saya mengerti mengapa dia berbicara seperti itu. Mungkin dia hanya khawatir tentang pilihanmu.”

Kara terdiam, merasa sedikit terharu dengan sikap Hasya. Ia tahu bahwa Hasya, meskipun tampaknya tidak terlalu menunjukkan perasaan, sesungguhnya sangat memahami beban yang ia pikul. “Tapi tetap saja, aku tidak suka cara dia menghina kamu. Kamu tidak pantas diperlakukan seperti itu.”

Hasya tersenyum lagi, kali ini lebih lebar. “Kara, jangan khawatirkan aku. Aku tahu kamu hanya berusaha untuk melakukan yang terbaik, dan aku sudah cukup berterima kasih karena kamu memberiku kesempatan ini.” Tangannya masih memegang jemari Kara dengan lembut, seolah memberikan jaminan bahwa ia tidak tersinggung, bahwa semuanya baik-baik saja.

“Terima kasih,” Kara berkata pelan, merasa hati yang semula penuh kekhawatiran kini sedikit lebih ringan.

Saat mereka tiba di mobil, Hasya melirik Kara sekilas, menyadari bahwa meskipun pernikahan kontrak ini mungkin tidak mudah bagi mereka berdua, mereka mulai menemukan kenyamanan satu sama lain. Ada rasa saling menghormati yang tumbuh di antara mereka, meskipun hanya dimulai dengan sebuah perjanjian bisnis.

Perjalanan pulang terasa hening, namun bagi Kara dan Hasya, itu adalah perjalanan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang satu sama lain. Dalam keheningan itu, mereka menyadari bahwa hubungan mereka, meskipun dimulai dengan kontrak, mungkin akan berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar dari yang mereka bayangkan.

^^^^

Komen (1)
goodnovel comment avatar
king.safir11
Kara, awas suka duluan sama si Hasya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Kontrak CEO Cantik   Bab 4 : Pernikahan Yang Tidak Direncanakan

    Pernikahan Karana Wihardjo, putri tunggal dari keluarga Wihardjo, adalah topik yang tak pernah lepas dari pembicaraan di setiap sudut kota. Sebagai CEO sukses dan pewaris perusahaan besar milik ayahnya, Karana sudah lama menjadi sorotan publik. Kini, momen besar dalam hidupnya akan segera tiba—hari pernikahannya dengan Hasya Gaharu, seorang laki-laki muda yang sebelumnya hanya dikenal sebagai anak magang di perusahaannya. Hubungan mereka yang dimulai dengan perjanjian kontrak untuk setahun itu akhirnya berkembang menjadi kenyataan. Media, tentu saja, tidak melewatkan kesempatan untuk meliput setiap detil persiapan pernikahan ini. Tampilkan gaun yang dipilih Kara, riasan yang menakjubkan, hingga lokasi pesta yang mewah—semua menjadi sorotan. Di tengah sorotan publik yang begitu besar, Kara berusaha tetap tenang, meskipun dalam hati, ada perasaan cemas yang sulit untuk ditutupi. Sementara itu, Hasya, yang lebih suka hidup di luar sorotan, merasa canggung dengan perhatian yang datang b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Suami Kontrak CEO Cantik   Bab 5 : Si Rubah Alice

    Karana duduk di ruangannya yang luas dan modern. Dinding kaca di belakang mejanya memperlihatkan pemandangan gedung-gedung pencakar langit di jantung kota. Namun, pikirannya sama sekali tidak bisa menikmati pemandangan itu. Ia memijat pelipisnya yang berdenyut sejak pagi. Pernikahannya dengan Hasya baru berusia beberapa minggu, tapi sudah terlalu banyak hal yang harus ia urus. Bukan hanya soal Hasya yang masih kikuk menyesuaikan diri, tetapi juga bagaimana mempertahankan penampilan mereka di depan keluarga dan publik.Namun, hari ini, masalah baru datang mengetuk pintu. Lebih tepatnya, menghantamnya tanpa ampun.Alice.Sepupunya yang selalu menjadi duri dalam daging sejak mereka kecil. Dari semua orang di dunia ini, Alice adalah orang yang paling Karana harapkan tidak akan menyadari sesuatu yang aneh dalam pernikahannya. Tapi, Karana seharusnya tahu bahwa Alice tidak akan tinggal diam.Alice berjalan memasuki ruangan dengan langkah percaya diri, mengenakan gaun merah yang memeluk tubu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Suami Kontrak CEO Cantik   Bab 6 : Masuk Ke Dunia Baru

    Hasya duduk di sudut sofa kulit hitam yang terasa terlalu empuk untuk tubuhnya yang kaku. Matanya menatap langit-langit apartemen Kara yang tinggi dengan lampu gantung kristal yang berkilauan di atasnya. Seluruh ruangan ini terasa seperti bagian dari majalah interior mewah—dengan dinding marmer putih, lukisan-lukisan mahal, dan perabotan yang tampak lebih mahal dari total biaya hidupnya selama setahun.Ia meneguk ludah, merasa kecil dan tidak pada tempatnya. Napasnya berat, seolah udara di ruangan ini terlalu tipis untuknya.“Kamu kenapa duduk di situ seperti tersesat?”Suara Kara mengagetkan Hasya. Wanita itu baru saja keluar dari kamar dengan pakaian kerja yang rapi dan elegan. Sepatunya berbunyi pelan di atas lantai marmer saat ia mendekat.Hasya berusaha tersenyum, tapi yang keluar lebih seperti seringai canggung. “Aku nggak tahu harus ngapain,” jawabnya jujur.Kara memiringkan kepalanya, menatap Hasya seolah sedang menilai sesuatu yang penting. “Kamu kelihatan seperti anak kucing

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Suami Kontrak CEO Cantik   Bab 1 : Pertemuan yang Mengejutkan

    Karana Wihardjo duduk di bar dengan pandangan kosong. Gelas gin tonic di tangannya sudah hampir kosong, tetapi ia tidak memperhatikan betapa cepatnya ia meneguk minumannya. Ia merasa dunia berputar di sekelilingnya, tetapi semua itu seperti kabut yang tak bisa ia jernihkan. Keheningan hatinya berbanding terbalik dengan suara riuh yang memenuhi ruang klub malam tempat ia berada. Musik bass yang kuat, lampu neon yang berkedip-kedip, dan orang-orang yang menari dengan penuh semangat seakan hanya membuatnya merasa lebih terasing."Karana, kamu baik-baik saja?" suara sahabatnya, Clara, memecah kebisuan itu.Karana hanya mengangguk lemah tanpa menatapnya. Wajahnya menunjukkan kelelahan, dan matanya terasa berat. Ia tidak tahu bagaimana harus menjawabnya. Ayahnya baru saja menelponnya siang tadi, kembali memaksanya untuk menikah cepat, memenuhi ekspektasi keluarga yang sudah terlalu lama ia hindari. Segala tuntutan itu membuatnya terjebak dalam kebingungannya."Ayo, Karana. Cobalah bersenang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Suami Kontrak CEO Cantik   Bab 2 : Kepala Berat dan Keterpaksaan

    Kara Wihardjo terbangun pagi itu dengan kepala yang berat. Matanya terpejam, mencoba untuk mengabaikan rasa pening yang menggelayuti. Ia merasakan dampak buruk dari malam sebelumnya. Meski tidak ingat sepenuhnya apa yang terjadi, ada banyak gambar samar yang berputar di benaknya, seperti potongan-potongan puzzle yang saling bertabrakan. Satu hal yang ia tahu, ia merasa sangat terperangkap—terperangkap dalam tanggung jawab yang luar biasa, terperangkap dalam tekanan dari keluarganya, dan terperangkap dalam perasaan yang tidak ia mengerti. Ponselnya berdering, menyentakkan dirinya keluar dari lamunannya. Itu adalah pesan dari ayahnya. Pesan yang mengingatkan untuk segera bertindak, untuk memenuhi harapan keluarga yang semakin membebani. Ia menarik napas dalam-dalam, menyesap secangkir kopi pahit, lalu berdiri untuk bersiap-siap ke kantor. Seharian, pikirannya hanya berputar tentang hal itu. Tekanan pernikahan yang tak kunjung selesai, desakan untuk segera menikah, dan ayah yang tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06

Bab terbaru

  • Suami Kontrak CEO Cantik   Bab 6 : Masuk Ke Dunia Baru

    Hasya duduk di sudut sofa kulit hitam yang terasa terlalu empuk untuk tubuhnya yang kaku. Matanya menatap langit-langit apartemen Kara yang tinggi dengan lampu gantung kristal yang berkilauan di atasnya. Seluruh ruangan ini terasa seperti bagian dari majalah interior mewah—dengan dinding marmer putih, lukisan-lukisan mahal, dan perabotan yang tampak lebih mahal dari total biaya hidupnya selama setahun.Ia meneguk ludah, merasa kecil dan tidak pada tempatnya. Napasnya berat, seolah udara di ruangan ini terlalu tipis untuknya.“Kamu kenapa duduk di situ seperti tersesat?”Suara Kara mengagetkan Hasya. Wanita itu baru saja keluar dari kamar dengan pakaian kerja yang rapi dan elegan. Sepatunya berbunyi pelan di atas lantai marmer saat ia mendekat.Hasya berusaha tersenyum, tapi yang keluar lebih seperti seringai canggung. “Aku nggak tahu harus ngapain,” jawabnya jujur.Kara memiringkan kepalanya, menatap Hasya seolah sedang menilai sesuatu yang penting. “Kamu kelihatan seperti anak kucing

  • Suami Kontrak CEO Cantik   Bab 5 : Si Rubah Alice

    Karana duduk di ruangannya yang luas dan modern. Dinding kaca di belakang mejanya memperlihatkan pemandangan gedung-gedung pencakar langit di jantung kota. Namun, pikirannya sama sekali tidak bisa menikmati pemandangan itu. Ia memijat pelipisnya yang berdenyut sejak pagi. Pernikahannya dengan Hasya baru berusia beberapa minggu, tapi sudah terlalu banyak hal yang harus ia urus. Bukan hanya soal Hasya yang masih kikuk menyesuaikan diri, tetapi juga bagaimana mempertahankan penampilan mereka di depan keluarga dan publik.Namun, hari ini, masalah baru datang mengetuk pintu. Lebih tepatnya, menghantamnya tanpa ampun.Alice.Sepupunya yang selalu menjadi duri dalam daging sejak mereka kecil. Dari semua orang di dunia ini, Alice adalah orang yang paling Karana harapkan tidak akan menyadari sesuatu yang aneh dalam pernikahannya. Tapi, Karana seharusnya tahu bahwa Alice tidak akan tinggal diam.Alice berjalan memasuki ruangan dengan langkah percaya diri, mengenakan gaun merah yang memeluk tubu

  • Suami Kontrak CEO Cantik   Bab 4 : Pernikahan Yang Tidak Direncanakan

    Pernikahan Karana Wihardjo, putri tunggal dari keluarga Wihardjo, adalah topik yang tak pernah lepas dari pembicaraan di setiap sudut kota. Sebagai CEO sukses dan pewaris perusahaan besar milik ayahnya, Karana sudah lama menjadi sorotan publik. Kini, momen besar dalam hidupnya akan segera tiba—hari pernikahannya dengan Hasya Gaharu, seorang laki-laki muda yang sebelumnya hanya dikenal sebagai anak magang di perusahaannya. Hubungan mereka yang dimulai dengan perjanjian kontrak untuk setahun itu akhirnya berkembang menjadi kenyataan. Media, tentu saja, tidak melewatkan kesempatan untuk meliput setiap detil persiapan pernikahan ini. Tampilkan gaun yang dipilih Kara, riasan yang menakjubkan, hingga lokasi pesta yang mewah—semua menjadi sorotan. Di tengah sorotan publik yang begitu besar, Kara berusaha tetap tenang, meskipun dalam hati, ada perasaan cemas yang sulit untuk ditutupi. Sementara itu, Hasya, yang lebih suka hidup di luar sorotan, merasa canggung dengan perhatian yang datang b

  • Suami Kontrak CEO Cantik   Bab 3 : Keputusan yang Membuka Jalan Baru

    Hasya Gaharu melangkah keluar dari ruang rumah sakit, matanya fokus pada jalan di depan. Sesekali, ia memeriksa ponselnya, mencari informasi terbaru tentang pengobatan mata kakaknya. Selama bertahun-tahun, ia berjuang untuk merawat kakaknya yang kehilangan penglihatan akibat penyakit degeneratif. Setiap harinya, ia mencoba sekuat tenaga untuk mencari cara agar kakaknya bisa melihat lagi. Namun, biaya pengobatan yang sangat mahal selalu menjadi penghalang utama. Ketika tawaran pernikahan kontrak dari Karana Wihardjo datang, ia merasa seolah-olah mendapat jalan keluar. Kakaknya, Ayu, yang sudah terbiasa dengan kondisi tersebut, kini tampak lebih cerah sejak Hasya menyampaikan berita gembira. “Ayu,” kata Hasya sambil tersenyum lebar, “aku akan membawa kamu ke Singapura untuk menjalani operasi mata. Aku sudah mencari cara, dan akhirnya, ada kesempatan untuk kamu bisa melihat lagi.” Ayu menatap adiknya dengan air mata yang mulai menetes di pelupuk matanya. Sungguh, Ayu tak tahu harus be

  • Suami Kontrak CEO Cantik   Bab 2 : Kepala Berat dan Keterpaksaan

    Kara Wihardjo terbangun pagi itu dengan kepala yang berat. Matanya terpejam, mencoba untuk mengabaikan rasa pening yang menggelayuti. Ia merasakan dampak buruk dari malam sebelumnya. Meski tidak ingat sepenuhnya apa yang terjadi, ada banyak gambar samar yang berputar di benaknya, seperti potongan-potongan puzzle yang saling bertabrakan. Satu hal yang ia tahu, ia merasa sangat terperangkap—terperangkap dalam tanggung jawab yang luar biasa, terperangkap dalam tekanan dari keluarganya, dan terperangkap dalam perasaan yang tidak ia mengerti. Ponselnya berdering, menyentakkan dirinya keluar dari lamunannya. Itu adalah pesan dari ayahnya. Pesan yang mengingatkan untuk segera bertindak, untuk memenuhi harapan keluarga yang semakin membebani. Ia menarik napas dalam-dalam, menyesap secangkir kopi pahit, lalu berdiri untuk bersiap-siap ke kantor. Seharian, pikirannya hanya berputar tentang hal itu. Tekanan pernikahan yang tak kunjung selesai, desakan untuk segera menikah, dan ayah yang tidak

  • Suami Kontrak CEO Cantik   Bab 1 : Pertemuan yang Mengejutkan

    Karana Wihardjo duduk di bar dengan pandangan kosong. Gelas gin tonic di tangannya sudah hampir kosong, tetapi ia tidak memperhatikan betapa cepatnya ia meneguk minumannya. Ia merasa dunia berputar di sekelilingnya, tetapi semua itu seperti kabut yang tak bisa ia jernihkan. Keheningan hatinya berbanding terbalik dengan suara riuh yang memenuhi ruang klub malam tempat ia berada. Musik bass yang kuat, lampu neon yang berkedip-kedip, dan orang-orang yang menari dengan penuh semangat seakan hanya membuatnya merasa lebih terasing."Karana, kamu baik-baik saja?" suara sahabatnya, Clara, memecah kebisuan itu.Karana hanya mengangguk lemah tanpa menatapnya. Wajahnya menunjukkan kelelahan, dan matanya terasa berat. Ia tidak tahu bagaimana harus menjawabnya. Ayahnya baru saja menelponnya siang tadi, kembali memaksanya untuk menikah cepat, memenuhi ekspektasi keluarga yang sudah terlalu lama ia hindari. Segala tuntutan itu membuatnya terjebak dalam kebingungannya."Ayo, Karana. Cobalah bersenang

DMCA.com Protection Status