Acara sarapan pagi di kediaman keluarga Miller menjadi sepi setelah Sandra tiba-tiba pergi karena mendapat panggilan dari James Miller. Bella dan Clair yang sudah menggebu-gebu ingin mempermalukan Richard menjadi tak selera untuk merundung. Bagaimanapun, ekspresi Sandra berubah sedikit muram setelah kembali dari menerima panggilan itu.Tak ada yang berani bertanya kepada Sandra sebab ia telah memberi isyarat bahwa ia sedang tak ingin membicarakan apa-apa. Suasana menjadi hening untuk beberapa waktu hingga pada akhirnya, Sandra membuka suara.“James masuk rumah sakit dan itu bukan yang terburuk.” Sandra menelan ludah sementara pandangannya jatuh ke bawah. “Pagi ini juga, aku akan terbang untuk melihat keadaannya.”Anak dan cucu-cucunya ingin menanggapi dengan pertanyaan tapi nyatanya, Sandra tidak ingin diberi pertanyaan. Ia masih terkejut karena perkara yang menimpa James Miller tergolong masalah berat dan bisa membahayakan masa depan keluarga Miller.“Aku akan memberitahu semuanya te
Proses pembersihan kotoran anjing di mobil Bellatrix baru selesai setelah hari menjelang sore. Bagaimana tidak, Richard harus membersihkan bagian yang sama selama beberapa kali untuk menghilangkan noda dan bau busuk dari kotoran anjing. Usai menyelesaikan tugas berat itu, Richard lantas melaporkan hasil pekerjaannya kepada Bellatrix untuk mencairkan seratus dollar yang dijanjikan Bellatrix.Ting!Ponsel Richard berbunyi. Sambil dudu-duduk di depan garasi mobil, Richard membuka ponselnya. Sebuah pesan dari Bellatrix masuk dan berbunyi,[Aku sudah mengirimkan upah ke nomor rekening yang kau berikan padaku. Berterima kasihlah karena aku masih bersedia memberimu pekerjaan]Tetapi dahi Richard berkerut seketika saat notifikasi dana yang terkredit di rekeningnya adalah sepuluh dolar saja. Karena menganggap Bellatrix salah memasukkan nominal, Richard membalas pesan Bellatrix dan mengatakan bahwa Bellatrix sepertinya salah ketik nominal.Tak lama berselang, notifikasi pesan masuk muncul lagi.
Melihat mata Richard merah padam dengan urat-urat yang menonjol, security dengan penuh ketakutan segera undur diri. Security itu tahu, pasti sedang terjadi hal buruk pada Daisy, dan jelas hal tersebut akan mempengaruhi suasana hati Richard. Security tak ingin ia menjadi sasaran kemarahan Richard hingga ia buru-buru pergi.Sementara itu, tangan Richard yang bergetar menahan amarah, tanpa sadar telah meremukkan handle buket bunga yang ia genggam. Tak peduli tentang apa pun, Richard membuka pintu ruangan Daisy. Napasnya memburu, degup jantungnya melaju cepat sementara aliran darah seolah sedang naik ke ubun-ubunnya.“Richard…”Daisy merintih memanggil nama suaminya. Perempuan itu sedang meringkuk di lantai tepatnya di bawah meja sembari memegangi pipinya yang memerah. Tak jauh dari Daisy, terdapan seorang laki-laki dan seorang lagi perempuan yang sama-sama menampakkan ekspresi sinis dan merendahkan.“Apa yang kalian lakukan pada Daisy-ku?!” Richard berjalan menghampiri lelaki yang berada
Angeline berhenti menampar pipinya sendiri saat Rudolf memintanya untuk berkata yang sebenarnya, dalam artian: membuat pengakuan. Karena sudah cukup lama mengenal Rudolf, Angeline memahami maksud kekasihnya itu. Rudolf berada dalam posisi yang tak bisa melawan Richard secara fisik. Angeline berpikir mungkin saja Rudolf sedang mengkhawatirkan keselamatan dia atau juga keselamatan Rudolf sendiri sehingga Rudolf memutuskan meminta Angeline untuk membuat pengakuan.“Rudolf… Kau yakin aku harus mengatakannya sekarang?!” Angeline melirik ke arah kekasihnya yang sudah babak belur. Rudolf mengangguk.Daisy mengamati Angeline dan Rudolf secara bergantian. Rasa penasaran menguasai isi kepala Daisy. Bibirnya pun melontarkan pertanyaan pada sepasang kekasih di depannya itu.“Mengatakan apa? Apa yang kalian sembunyikan?!”Angeline memasang wajah memelas, setidaknya, setelah ia menyaksikan Richard sama sekali tak memberinya kekerasan fisik, Angeline berpikir memberi wajah memelas akan sedikit merin
Daisy menghampiri Richard yang wajahnya masih menegang. Untuk pertama kalinya, Daisy memandang Richard dengan cara yang berbeda. Jika sebelumnya Daisy menganggap Richard adalah suami yang sewaktu-waktu bisa menambah beban kehidupannya, untuk kali itu, Daisy berpikir Richard adalah suami yang tak seburuk penilaiannya sebelumnya. “Richard…” Daisy memanggil nama suaminya seraya berjalan pelan-pelan menghampiri Richard. “Bagaimana bisa kau datang di waktu yang tepat? Apakah kau memang tahu aku sedang dalam bahaya?” tanya Daisy penasaran. Richard memandang wajah manis Daisy. “Ya. Aku suamimu, jadi firasatku kuat jika itu menyangkut keselamatanmu, Daisy,” tutur Richard sedikit berbohong. Tentu saja ia tak menduga jika kedatangannya akan sangat tepat waktu. Tetapi, dengan dia sedikit memodifikasi jawaban, Richard merasa itu akan menguntungkan posisinya. “Richard… Kau sungguh luar biasa!” Mata Daisy berbinar memuji suaminya. Richard berdeham tak menjawab, mencitrakan dirinya memang benar-b
Black Triad adalah nama sindikat pembunuh yang disewa Rudolf untuk menangkap Richard Forger. Jika biasanya Black Triad mendapat pesanan untuk menghabisi nyawa seseorang, kali itu mereka hanya diminta Rudolf untuk menghajar Richard lalu menyerahkan Richard kepada Rudolf dalam keadaan hidup.Bagi Rudolf, kematian adalah hal yang terlalu menyenangkan untuk diberikan kepada Richard yang telah menginjak harga dirinya. Rudolf ingin Richard mendapat hukuman yang lebih kejam dari kematian itu sendiri.Maka, pertama-tama Rudolf memberi informasi tentang keberadaan terakhir Richard yaitu di kantor Daisy Miller. Setelahnya, Black Triad meminta Rudolf menyerahkan data diri Richard Forger untuk ditelusuri tim pengintai.Hanya saja, tim pengintai dari Black Triad, kesemuanya menemukan kejanggalan ketika database di sistem mereka tak bisa memunculkan rekam jejak Richard Forger di kota Roxburgh. Setelah melakukan penelusuran lebih mendalam, salah seorang tim khusus dari Black Triad menemukan Richard
Daisy merasa sangat beruntung karena saat keuangannya sedang buruk, ia bisa mengajak Richard Forger makan malam di restoran mewah sekaligus menikmati menu langka. Beberapa waktu sebelumnya, ketika Daisy dan Richard masih sedang berpikir tentang restoran mana yang akan mereka kunjungi, sebuah email masuk di ponsel Daisy Miller.Itu adalah email penawaran Voucher yang dikeluarkan oleh Restoran Mewah Plaza Athenie yang menyatakan bahwa mereka baru saja membuka cabang dan memberi diskon 70% khusus untuk mereka yang bersedia datang di acara Pre Launching. Tak mau membuang kesempatan berharga itu, Daisy Miller segera mengeklik konfirmasi kedatangan dan mendapatkan nomor voucher yang akan ditukar.“Richard! Kita bisa menikmati menu Langoustine seharga 600 dollar dan hanya perlu membayar 180 dollar saja. Ini sungguh kesempatan langka!” Daisy memekik gembira membayangkan menu Lobster Norwegia yang terkenal itu bisa didapatkan dengan harga yang terlampau murah. Daisy pun mengajak Richard untuk
“Aku tak bisa memastikan apakah ini ulah Rudolf, Luis, Alex, atau sepupumu. Tapi maaf, sepertinya ini semua jebakan.” Richard menginjak pedal gas lebih dalam lagi, membuat kepala Daisy nyaris terbentur kaca mobil. “Daisy, kencangkan sabuk pengamanmu! Jika kau takut, kau cukup tutup mata dan percayakan semua padaku. Mengerti?”Daisy menelan ludah. Tangannya gemetaran mengencangkan sabuk pengaman, sementara bibirnya dengan cukup pelan menyuarakan sebuah pertanyaan. “Richard, apakah aku baru saja masuk ke dalam jebakan musuh?”Richard menganggukkan kepala singkat sementara dua matanya mulai menajam dan mengamati kaca depan sekaligus dua kaca spion di kanan dan kiri. Sebelumnya, ia sudah sempat berpikir jika pasti ada kemungkinan Rudolf membalas dendam, hanya saja, Richard tak menduga akan secepat ini.“Aneh…” Richard bergumam pelan saat menyadari instingnya tak merasakan kehadiran pihak-pihak musuh yang mengejar atau mendekat. Bahkan ketika ia melipatgandakan kewaspadaan, ia tetap merasa
Ketika Richard dan Daisy tiba di kota Roxburgh, semua sosok-sosok penting di kota besar itu datang ke bandara demi menyambut kedatangan mereka. Para tokoh penting di kota Roxburgh menunduk memberi hormat, membuat orang-orang awam keheranan dan menerka-nerka sehebat apa latar belakang sosok yang baru saja turun dari pesawat. Daisy merangkul siku Richard, menyatakan betapa bahagianya dia berada di sisi suaminya. Ketika mereka tiba di mansion mewah mereka, Daisy dan Richard menemukan ada tumpukan hadiah yang membanjiri halaman depan rumah mereka. Richard segera menghubungi Wendy Adams, meminta gadis itu untuk membagi-bagikan tumpukan hadiah kepada orang-orang yang membutuhkan. Saat semuanya telah beres, Daisy berujar kepada sang suami sembari membanting tubuhnya ke atas ranjang, “Akhirnya semua selesai juga… Ah… Aku ingin beristiraat.” Richard melirik Daisy lalu tersenyum nakal, “Siapa bilang kau boleh beristirahat?” “Eh?” Daisy menelan ludah saat Richard tiba-tiba telah mendekat ke
Richard dan Daisy telah tiba di ruang pesta beberapa puluh menit sebelum acara dimulai. Karena belum banyak tamu yang datang, Daisy tak begitu menduga jika pesta malam itu akan dihadiri oleh puluhan kepala negara dan ratusan konglomerat dunia.Ketika sedang menikmati anggur dan kudapan-kudapan kecil, mata Richard menangkap pemandangan yang mengejutkan. Ia melihat ada dua sosok perempuan yang sedang bertingkah norak. Richard nyaris tersedak, tetapi bibirnya menyunggingkan senyum jahat, untuk pertama kalinya, Richard merasa tindakan ayahnya cukup berguna.Melihat kedua perempuan itu kini sedang berjalan menuju ke arahnya, Richard segera berbisik kepada Daisy. “Aku ingin ke toilet, nikmatilah semua yang ingin kau nikmati.”Richard pergi begitu saja sementara Daisy tak begitu memedulikan kepergian suaminya sebab pandangannya tertuju pada sekelompok orang yang tengah duduk di meja bundar yang sama.‘Bukankah wajah-wajah mereka tak asing?’ Daisy membatin. Keningnya berkerut saat mencoba mem
Hari masih pagi ketika Richard turun dari mobil dan berjalan menuju ke halaman kastil mendiang ibunya. Saat tiba di halaman kastil, bibir Richard refleks membentuk sebuah senyuman saat ia melihat Daisy sedang mengajari Alexander King menanam bunga.Ketika Daisy melihat kedangan sang suami, wajahnya berbinar-binar gembira. Tangan Daisy melambai-lambai lalu mengajak Richard untuk turut menanam bunga.“Tidak, terima kasih. Itu bukan gayaku,” sahut Richard merespon ajakan Daisy. “Aku akan masuk ke dalam, selesaikan saja kegiatanmu,” imbuh Richard seraya berjalan ke arah kastil. Sudah lama sekali ia tak berkunjung ke kediaman mendiang ibunya.“Menantuku, ayah akan pulang. Temuilah suamimu. Dan, jangan lupa sampaikan padanya tentang acara makan malam kecil-kecilan yang akan kuadakan nanti malam.” Alexander King melepas sarung tangan yang ia kenakan lalu berpamitan untuk kembali pulang ke kastil utama.Daisy mengerutkan dahi karena ada satu poin penting yang membuatnya terkejut. “Ayah belum
Kastil Manoko… Terlepas dari insiden penyerangan Richard kepada Alexander King, proses pemakaman Hazelle King tetap berlangsung dengan khidmat. Daun-daun pohon maple yang berjatuhan menjadi pelengkap prosesi pemakaman Hazelle pada senja hari itu. Satu demi satu para pengiring telah pergi hingga menyisakan dua orang saja yang masih berada di area pemakaman keluarga Naga Langit. Mereka adalah Richard Forger dan Alexander King. Mulanya, Alexander King terlihat ingin meninggalkan makam terlebih dahulu, namun, ucapan Richard menahan langkahnya. “Apa tujuanmu memilihku menjadi pewaris tahta Naga Langit?” tanya Richard tanpa menoleh ke belakang ke arah sang ayah. Alexander King diam mematung, keduanya kini saling memunggungi satu sama lain. Karena Alexander King tak memberi jawaban, Richard bergumam lagi. “Kau meremehkan putra sulungmu, Pak Tua. Hazelle jauh lebih pantas menjadi penerus Naga Langit. Harus kuakui, keputusanmu benar-benar bodoh!” Alexander King tersenyum tipis. “Kau benar
Suara ledakan keras yang baru saja terdengar di telinga Daisy memang bersumber dari kastil utama Naga Langit. Lebih tepatnya, di halaman depan kastil.Tak hanya mendengar satu kali, Daisy dan Rock mendengar ada ledakan yang bertubi-tubi. Meski demikian, Rock sama sekali tak melakukan apa-apa selain membiarkan hal itu terjadi, sebab ia sudah bisa menebak apa yang sedang terjadi di halaman kastil Naga Langit.!!Tubuh Alexander King terhempas menabrak dinding kastil Naga Langit, menciptakan kerusakan parah pada dinding yang terhantam tubuhnya. Karena kekuatan yang menghempaskan tubuhnya begitu kuat, timbul ledakan keras setiap kali tubuh Alexander King menghantam dinding kastil.Bebatuan dan debu-debu menghambur ke udara. Kehancuran demi kehancuran terus terjadi seiring dengan terhempasnya tubuh Alexander King berkali-kali.Tak ada yang berani mengambil sikap atas apa yang menimpa Alexander King, sebab pria itu memang meminta semua pasukannya untuk tak melakukan apa-apa.“Hazelle tewas
Tak hanya mengevakuasi para anggota Red Skull yang nyaris tenggelam ke laut, pasukan Tom Haley juga menemukan Rock yang berada dalam keadaan terikat di salah satu kapal milik Red Skull. Begitu Rock bebas, ia bergerak cepat menghubungi Alexander King yang berada di Manoko, mengabarkan tentang rencana kedatangan Richard dan Daisy ke sana.“Aku sudah tahu. Termasuk, kematian Hazelle, aku juga sudah mengetahuinya.”Itu adalah kalimat yang diucapkan oleh Alexander King saat Rock berhasil menghubunginya. Saat itu, Alexander King menutup telepon Rock lalu melanjutkan menyesap teh hijau sembari menatap langit hitam di balkon kamarnya.Satu demi satu keluarga yang ia cintai telah mati. Hanya menyisakan Richard seorang, tetapi Richard justru memutuskan untuk keluar dari silsilah keluarga Alexander King.“Lucu sekali…” gumam Alexander King seperti sedang menertawai kehidupannya sendiri. Terlepas dari itu semua, ia cukup menikmati keheningan malam itu sembari menanti kedatangan jasad putra kandun
Perlahan-lahan, matahari tenggelam mengiringi kematian Hazelle King. Dalam suasana berkabung, Richard mengirim telepati kepada pasukan Red Skull dan meminta mereka untuk bergegas menjauh dari pulau Sangorufu. Tak lama lagi, bom dipulau itu akan mengeluarkan gelombang kejut yang cukup besar.Beberapa detik sebelum ledakan besar terjadi di pulau Sangorufu, beberapa kapal pasukan Red Skull telah berhasil membuat jarak aman dari ledakan, termasuk kapal Richard yang sedari awal telah digerakkan oleh kekuatan Richard untuk menjauh dari pulau Sangorufu.Namun, beberapa kapal lain mengalami nasib buruk karena gagal membuat jarak aman dan akhirnya terdampak ledakan besar. Penumpang-penumpang kapal itu menjerit lalu berjatuhan ke laut. Puing-puing kapal yang terbakar berserakan di atas permukaan laut, membuat para korban yang jatuh semakin kesulitan untuk menyelamatkan diri.Beruntung, tak lama berselang datanglah tim evakuasi yang dipimpin oleh Tom Haley.Tom Haley yang mendapat laporan adanya
Tanpa diduga oleh siapa pun, terdengar suara letusan tembakan dari arah kapal tempat Richard mengistirahatkan Hazelle dan Daisy. Kekhawatiran Richard kian membesar ketika ia mendengar jeritan Daisy mengiringi suara tembakan itu.Mengingat, suara tembakan tak pernah menjadi pertanda baik bagi siapa pun, Richard melesatkan tubuhnya ke kapal tempat Daisy dan Hazelle berada.Benar saja, ketika Richard telah tiba di dek kapal, ia melihat Daisy dan Hazelle bersimbah darah. Jantung Richard seperti berhenti berdetak saat ia melihat lubang merah menganga di dada Hazelle King.Meski Hazelle menampakkan senyum damai, Richard menghambur menghampiri Hazelle yang terkulai di atas dek kapal.“Hazelle mencoba untuk melindungiku, Richard… Dia terluka karena aku… Ini salahku…” Daisy menundukkan kepala hingga kepalanya nyaris menyentuh lantai kapal. Tangisan Daisy pecah sebagaimana ia merasa bersalah terhadap Hazelle dan Richard.“Daisy…” Hazelle menggelengkan kepala menatap adik iparnya, seolah memberi
Jack Moriarty merasa nyawanya tak mungkin terselamatkan. Ketika ia tahu kematian sudah datang semakin dekat, beberapa waktu lalu dia akhirnya membuat kesepakatan dengan Richard. Jack Moriarty bersedia membantu Richard semampu dirinya, sebagai timbal balik, Jack meminta Richard untuk menyelamatkan Kelly dan janin yang ada di dalam perut Kelly, kekasih Jack.Richard setuju, dan begitulah, keduanya lantas saling bekerja sama untuk menemukan solusi terbaik menyelamatkan orang-orang yang mereka sayangi.‘Jack, cepat katakan apa yang ingin kau katakan!’ Richard tak sabar untuk mendengar pesan telepati dari Jack. Hanya saja, bukannya mendengar pesan dari Jack, Richard justru dikejutkan oleh suara lain.“Richard Forger…!”Hammer Moriarty telah terbebas dari kelumpuhan. Wajahnya berseri-seri saat melihat betapa ambisiusnya Richard yang ingin menyelamatkan Hazelle King. “Hei, bukankah ada obrolan kita yang terputus? Kau lupa?”Richard menoleh ke arah Hammer Moriarty dengan dahi berkerut.“Forge