“Aku tak bisa memastikan apakah ini ulah Rudolf, Luis, Alex, atau sepupumu. Tapi maaf, sepertinya ini semua jebakan.” Richard menginjak pedal gas lebih dalam lagi, membuat kepala Daisy nyaris terbentur kaca mobil. “Daisy, kencangkan sabuk pengamanmu! Jika kau takut, kau cukup tutup mata dan percayakan semua padaku. Mengerti?”Daisy menelan ludah. Tangannya gemetaran mengencangkan sabuk pengaman, sementara bibirnya dengan cukup pelan menyuarakan sebuah pertanyaan. “Richard, apakah aku baru saja masuk ke dalam jebakan musuh?”Richard menganggukkan kepala singkat sementara dua matanya mulai menajam dan mengamati kaca depan sekaligus dua kaca spion di kanan dan kiri. Sebelumnya, ia sudah sempat berpikir jika pasti ada kemungkinan Rudolf membalas dendam, hanya saja, Richard tak menduga akan secepat ini.“Aneh…” Richard bergumam pelan saat menyadari instingnya tak merasakan kehadiran pihak-pihak musuh yang mengejar atau mendekat. Bahkan ketika ia melipatgandakan kewaspadaan, ia tetap merasa
Rudolf menghubungi Black Triad setelah hari menginjak pukul sepuluh malam. Mengingat Black Triad berjanji akan membawa Richard Forger ke hadapan Rudolf di pukul sebelas malam, Rudolf merasa perlu mengetahui perkembangan terbaru proses penculikan Richard Forger.“Halo… Maaf, ini sudah pukul sepuluh. Bisakah aku mengetahui sejauh mana misi berjalan?” Rudolf lekas bertanya setelah teleponnya tersambung dengan salah satu perwakilan sindikat pembunuh Black Triad.“Apa kau meragukan Black Triad?!” Suara di seberang lebih terdengar seperti membentak ketimbang bertanya, membuat Rudolf lagi-lagi merasa seperti disengat lebah karena terkejut.“Bu… Bukan begitu. Maksudku, apakah saat ini Richard sialan itu sudah dihajar? Dia mematahkan empat gigiku. Aku ingin, sebelum dibawa kepadaku, orang suruhan kalian harus sudah merontokkan setidaknya tujuh gigi Richard!”“Apakah Richard sudah dihajar??! Merontokkan tujuh giginya? Ha ha! Kau meremehkan anggota Black Triad, Rudolf! Meski target kali ini terg
Richard ingin memberi pelajaran lebih berat kepada Lucius dari Black Triad. Namun, suara rintihan Daisy menghentikan niat Richard. Ia lekas melangkah pergi ke arah mobil Daisy, meninggalkan Lucius yang terkapar di tanah dalam keadaan luka-luka.Tak mau melewatkan kesempatan berharga, Lucius mengerahkan seluruh sisa tenaganya untuk kabur menjauh. Mengingat kembali serangan Richard, Lucius berpikir, andai ada tiga dirinya sekaligus, itu tak akan cukup untuk membuat kulit Richard tergores.‘Sungguh, dia bukan kuli sedot tinja! Tidak mungkin! Tidak mungkin aku kalah dari cleaning service seperti dia! Kecuali dia menyembunyikan sesuatu!’ Sepanjang pelariannya, Lucius berteriak dalam hati, seolah masih tak terima jika kekalahannya yang pertama justru disebabkan oleh laki-laki dari kasta rendahan. Hatinya bersikukuh menganggap bahwa Richard pasti memiliki sisi lain yang disembunyikan.Sementara itu, Richard yang tengah membuka pintu mobil Daisy, tampak gelisah mendengar suara serak yang kelu
“Ehm… Richard, apakah kau adalah anggota intelligent pemerintah atau non pemerintah yang sedang menyamar menjadi orang miskin?” Daisy berhenti sejenak, ia tak sabar melihat anggukan kepala dari suaminya. ‘Bukankah Richard memang terlihat keren? Pasti dia memang seorang intel!’ batin Daisy berbunga-bunga. Membayangkan Richard adalah seorang anggota intel yang hanya berpura-pura miskin demi kepentingan tugas, Daisy tiba-tiba tersenyum malu-malu juga berbunga-bunga.Tetapi, tentu saja respon Richard adalah gelengan kepala. Mengatakan tidak pada dugaan Daisy, merontokkan khayalan indah perempuan manis itu.“Kau menilaiku terlalu tinggi, Daisy. Bukankah sudah kuberi tahu bahwa aku adalah mantan cleaning servis di perusahaan Luis Jung?”Meski terkejut dan kecewa, Daisy tampak masih tak mau percaya begitu saja. Ia pun melontarkan satu pertanyaan lain. “Selain menjadi Cleaning Service, apakah kau pernah punya pekerjaan lain? Jawab dengan jujur karena aku adalah istrimu. Aku tak akan membocork
Karena terlalu lelah, Daisy mengajak Richard untuk menumpang beristirahat di kantor polisi selagi keduanya menunggu pagi. Lagipula, itu sudah pukul tiga dini hari sehingga tak akan terlalu lama untuk melihat matahari terbit. Benar saja, ketika Richard dan Daisy merasa baru memejamkan mata di ruang tunggu kantor polisi, keduanya dibangunkan oleh seorang petugas karena hari sudah pukul Sembilan pagi.Daisy menggeliat terbangun lebih awal, setelah mengucap terima kasih pada petugas yang membangunkannya, Daisy menggoyang-goyang pundak Richard yang masih terlelap.“Richard… Ini sudah pukul Sembilan pagi… Bangun….”“Eh?” Richard menyipitkan mata lalu menguap. “Sepertinya kita baru duduk sepuluh menit. Huah… Baiklah aku akan memesan Taxi. Dengan begitu kita bisa segera ke Peach Blossom Show Room dan membungkus mobil untuk dibawa pulang, dengan begitu aku bisa tidur lagi di rumah… Huaah…”Dua petugas polisi yang kebetulan lewat, tampak meringis menahan tawa mendengar ucapan Richard yang disua
Taxi yang membawa Richard dan Daisy ke Peach Blossom Show Room telah tiba di lobby depan. Daisy memutuskan untuk mendatangi show room itu karena Peach Blossom Show Room adalah sejenis galeri yang tak bisa dimasuki oleh customer sembarangan. Hanya orang-orang yang memiliki member card yang bisa menginjakkan kaki ke sana.“Richard, kakekku adalah pelanggan setia di sini. Tenang saja, di sini kau tak akan diremehkan lagi karena aku memiliki member card.”Daisy turun dari taxi bersama Richard, keduanya dengan penuh percaya diri berjalan menuju ke pintu masuk tetapi saat itu juga, seorang security berlari menghampiri dengan membawa wajah marahnya.“Kalian pikir tempat ini bisa dimasuki oleh sembarangan orang?” Security menghardik Richard. Melihat pakaian Richard yang tak menggambarkan soerang keluarga terhormat, security tersebut yakin di atas 100% bahwa nama Richard tak mungkin berada di dalam daftar member peach blossom.“Justru karena kami tahu tentang itu jadi kami berada di sini. Istr
“Bagaimana kau bisa menyebut kartu ini palsu selagi istriku adalah cucu dari James Miller!” Richard menaikkan nada suara, memberi peringatan kepada Celine untuk tak bersikap kurang ajar.Celine terbatuk sesaat. “Ah… Nama James Miller memang memang tak asing di telingaku. Tapi itu tak berarti apa-apa. Meskipun kalian adalah cucu presiden sekali pun, selama kalian tak memiliki member card resmi, pintu kami akan tertutup rapat untuk kalian!”“Lalu kau pikir ini apa?!” Richard menyambar kembali kartu merah jambu yang berada di tangan Celine.Saat itu juga, Celine dan security merayakan tawa lepas bersama-sama. “Kau masih berpikir itu adalah kartu resmi? Oh… Menyedihkan sekali, baiklah akan kutunjukkan bagaimana wujud member card dari Peach Blossom Show Room.”Celine lantas mengambil ponsel dari sakunya, dengan masih menahan tawa, Celine menunjukkan gambar dari member card resmi.“Lihat baik-baik, kami tak pernah mengeluarkan kartu dengan warna merah jambu seperti itu! Ha ha ha! Dan lagi,
“Tidak mungkin!” Richard menelan ludah tak mau percaya. Fakta yang ditunjukkan oleh Celine benar-benar memukul hati Richard dan sekaligus membuat Daisy terluka lebih dalam. “Baiklah! Persetan dengan database itu, sekarang, aku ingin mendaftarkan nama istriku di galeri ini!” Richard meremas member card merah jambu di tangannya lantas memasukkan ke dalam saku celana.Daisy segera menarik siku Richard. “Richard, ayo kita pergi dari sini. Aku sudah tak berhasrat lagi untuk memasuki Peach Blossom Showroom.”“Ha ha ha! Kalian berdua sangat lucu!” Celine berkacak pinggang, ia mengamati Richard dan Daisy bergantian dari satu ke yang lain. “Kau yang bernama Richard, hei, asal kau tahu saja member card di sini bersifat undangan. Jika keluargamu diundang, kami akan memberi kuota dan keluargamu bebas memilih siapa saja keturunan mereka yang didaftarkan sebagai member.” Celine menjelaskan alur pembuatan database Peach Blossom.“Lihat sekarang, istrimu ini tidak didaftarkan oleh keluarganya. Bukank