Daisy merasa sangat beruntung karena saat keuangannya sedang buruk, ia bisa mengajak Richard Forger makan malam di restoran mewah sekaligus menikmati menu langka. Beberapa waktu sebelumnya, ketika Daisy dan Richard masih sedang berpikir tentang restoran mana yang akan mereka kunjungi, sebuah email masuk di ponsel Daisy Miller.Itu adalah email penawaran Voucher yang dikeluarkan oleh Restoran Mewah Plaza Athenie yang menyatakan bahwa mereka baru saja membuka cabang dan memberi diskon 70% khusus untuk mereka yang bersedia datang di acara Pre Launching. Tak mau membuang kesempatan berharga itu, Daisy Miller segera mengeklik konfirmasi kedatangan dan mendapatkan nomor voucher yang akan ditukar.“Richard! Kita bisa menikmati menu Langoustine seharga 600 dollar dan hanya perlu membayar 180 dollar saja. Ini sungguh kesempatan langka!” Daisy memekik gembira membayangkan menu Lobster Norwegia yang terkenal itu bisa didapatkan dengan harga yang terlampau murah. Daisy pun mengajak Richard untuk
“Aku tak bisa memastikan apakah ini ulah Rudolf, Luis, Alex, atau sepupumu. Tapi maaf, sepertinya ini semua jebakan.” Richard menginjak pedal gas lebih dalam lagi, membuat kepala Daisy nyaris terbentur kaca mobil. “Daisy, kencangkan sabuk pengamanmu! Jika kau takut, kau cukup tutup mata dan percayakan semua padaku. Mengerti?”Daisy menelan ludah. Tangannya gemetaran mengencangkan sabuk pengaman, sementara bibirnya dengan cukup pelan menyuarakan sebuah pertanyaan. “Richard, apakah aku baru saja masuk ke dalam jebakan musuh?”Richard menganggukkan kepala singkat sementara dua matanya mulai menajam dan mengamati kaca depan sekaligus dua kaca spion di kanan dan kiri. Sebelumnya, ia sudah sempat berpikir jika pasti ada kemungkinan Rudolf membalas dendam, hanya saja, Richard tak menduga akan secepat ini.“Aneh…” Richard bergumam pelan saat menyadari instingnya tak merasakan kehadiran pihak-pihak musuh yang mengejar atau mendekat. Bahkan ketika ia melipatgandakan kewaspadaan, ia tetap merasa
Rudolf menghubungi Black Triad setelah hari menginjak pukul sepuluh malam. Mengingat Black Triad berjanji akan membawa Richard Forger ke hadapan Rudolf di pukul sebelas malam, Rudolf merasa perlu mengetahui perkembangan terbaru proses penculikan Richard Forger.“Halo… Maaf, ini sudah pukul sepuluh. Bisakah aku mengetahui sejauh mana misi berjalan?” Rudolf lekas bertanya setelah teleponnya tersambung dengan salah satu perwakilan sindikat pembunuh Black Triad.“Apa kau meragukan Black Triad?!” Suara di seberang lebih terdengar seperti membentak ketimbang bertanya, membuat Rudolf lagi-lagi merasa seperti disengat lebah karena terkejut.“Bu… Bukan begitu. Maksudku, apakah saat ini Richard sialan itu sudah dihajar? Dia mematahkan empat gigiku. Aku ingin, sebelum dibawa kepadaku, orang suruhan kalian harus sudah merontokkan setidaknya tujuh gigi Richard!”“Apakah Richard sudah dihajar??! Merontokkan tujuh giginya? Ha ha! Kau meremehkan anggota Black Triad, Rudolf! Meski target kali ini terg
Richard ingin memberi pelajaran lebih berat kepada Lucius dari Black Triad. Namun, suara rintihan Daisy menghentikan niat Richard. Ia lekas melangkah pergi ke arah mobil Daisy, meninggalkan Lucius yang terkapar di tanah dalam keadaan luka-luka.Tak mau melewatkan kesempatan berharga, Lucius mengerahkan seluruh sisa tenaganya untuk kabur menjauh. Mengingat kembali serangan Richard, Lucius berpikir, andai ada tiga dirinya sekaligus, itu tak akan cukup untuk membuat kulit Richard tergores.‘Sungguh, dia bukan kuli sedot tinja! Tidak mungkin! Tidak mungkin aku kalah dari cleaning service seperti dia! Kecuali dia menyembunyikan sesuatu!’ Sepanjang pelariannya, Lucius berteriak dalam hati, seolah masih tak terima jika kekalahannya yang pertama justru disebabkan oleh laki-laki dari kasta rendahan. Hatinya bersikukuh menganggap bahwa Richard pasti memiliki sisi lain yang disembunyikan.Sementara itu, Richard yang tengah membuka pintu mobil Daisy, tampak gelisah mendengar suara serak yang kelu
“Ehm… Richard, apakah kau adalah anggota intelligent pemerintah atau non pemerintah yang sedang menyamar menjadi orang miskin?” Daisy berhenti sejenak, ia tak sabar melihat anggukan kepala dari suaminya. ‘Bukankah Richard memang terlihat keren? Pasti dia memang seorang intel!’ batin Daisy berbunga-bunga. Membayangkan Richard adalah seorang anggota intel yang hanya berpura-pura miskin demi kepentingan tugas, Daisy tiba-tiba tersenyum malu-malu juga berbunga-bunga.Tetapi, tentu saja respon Richard adalah gelengan kepala. Mengatakan tidak pada dugaan Daisy, merontokkan khayalan indah perempuan manis itu.“Kau menilaiku terlalu tinggi, Daisy. Bukankah sudah kuberi tahu bahwa aku adalah mantan cleaning servis di perusahaan Luis Jung?”Meski terkejut dan kecewa, Daisy tampak masih tak mau percaya begitu saja. Ia pun melontarkan satu pertanyaan lain. “Selain menjadi Cleaning Service, apakah kau pernah punya pekerjaan lain? Jawab dengan jujur karena aku adalah istrimu. Aku tak akan membocork
Karena terlalu lelah, Daisy mengajak Richard untuk menumpang beristirahat di kantor polisi selagi keduanya menunggu pagi. Lagipula, itu sudah pukul tiga dini hari sehingga tak akan terlalu lama untuk melihat matahari terbit. Benar saja, ketika Richard dan Daisy merasa baru memejamkan mata di ruang tunggu kantor polisi, keduanya dibangunkan oleh seorang petugas karena hari sudah pukul Sembilan pagi.Daisy menggeliat terbangun lebih awal, setelah mengucap terima kasih pada petugas yang membangunkannya, Daisy menggoyang-goyang pundak Richard yang masih terlelap.“Richard… Ini sudah pukul Sembilan pagi… Bangun….”“Eh?” Richard menyipitkan mata lalu menguap. “Sepertinya kita baru duduk sepuluh menit. Huah… Baiklah aku akan memesan Taxi. Dengan begitu kita bisa segera ke Peach Blossom Show Room dan membungkus mobil untuk dibawa pulang, dengan begitu aku bisa tidur lagi di rumah… Huaah…”Dua petugas polisi yang kebetulan lewat, tampak meringis menahan tawa mendengar ucapan Richard yang disua
Taxi yang membawa Richard dan Daisy ke Peach Blossom Show Room telah tiba di lobby depan. Daisy memutuskan untuk mendatangi show room itu karena Peach Blossom Show Room adalah sejenis galeri yang tak bisa dimasuki oleh customer sembarangan. Hanya orang-orang yang memiliki member card yang bisa menginjakkan kaki ke sana.“Richard, kakekku adalah pelanggan setia di sini. Tenang saja, di sini kau tak akan diremehkan lagi karena aku memiliki member card.”Daisy turun dari taxi bersama Richard, keduanya dengan penuh percaya diri berjalan menuju ke pintu masuk tetapi saat itu juga, seorang security berlari menghampiri dengan membawa wajah marahnya.“Kalian pikir tempat ini bisa dimasuki oleh sembarangan orang?” Security menghardik Richard. Melihat pakaian Richard yang tak menggambarkan soerang keluarga terhormat, security tersebut yakin di atas 100% bahwa nama Richard tak mungkin berada di dalam daftar member peach blossom.“Justru karena kami tahu tentang itu jadi kami berada di sini. Istr
“Bagaimana kau bisa menyebut kartu ini palsu selagi istriku adalah cucu dari James Miller!” Richard menaikkan nada suara, memberi peringatan kepada Celine untuk tak bersikap kurang ajar.Celine terbatuk sesaat. “Ah… Nama James Miller memang memang tak asing di telingaku. Tapi itu tak berarti apa-apa. Meskipun kalian adalah cucu presiden sekali pun, selama kalian tak memiliki member card resmi, pintu kami akan tertutup rapat untuk kalian!”“Lalu kau pikir ini apa?!” Richard menyambar kembali kartu merah jambu yang berada di tangan Celine.Saat itu juga, Celine dan security merayakan tawa lepas bersama-sama. “Kau masih berpikir itu adalah kartu resmi? Oh… Menyedihkan sekali, baiklah akan kutunjukkan bagaimana wujud member card dari Peach Blossom Show Room.”Celine lantas mengambil ponsel dari sakunya, dengan masih menahan tawa, Celine menunjukkan gambar dari member card resmi.“Lihat baik-baik, kami tak pernah mengeluarkan kartu dengan warna merah jambu seperti itu! Ha ha ha! Dan lagi,
Ketika Richard dan Daisy tiba di kota Roxburgh, semua sosok-sosok penting di kota besar itu datang ke bandara demi menyambut kedatangan mereka. Para tokoh penting di kota Roxburgh menunduk memberi hormat, membuat orang-orang awam keheranan dan menerka-nerka sehebat apa latar belakang sosok yang baru saja turun dari pesawat. Daisy merangkul siku Richard, menyatakan betapa bahagianya dia berada di sisi suaminya. Ketika mereka tiba di mansion mewah mereka, Daisy dan Richard menemukan ada tumpukan hadiah yang membanjiri halaman depan rumah mereka. Richard segera menghubungi Wendy Adams, meminta gadis itu untuk membagi-bagikan tumpukan hadiah kepada orang-orang yang membutuhkan. Saat semuanya telah beres, Daisy berujar kepada sang suami sembari membanting tubuhnya ke atas ranjang, “Akhirnya semua selesai juga… Ah… Aku ingin beristiraat.” Richard melirik Daisy lalu tersenyum nakal, “Siapa bilang kau boleh beristirahat?” “Eh?” Daisy menelan ludah saat Richard tiba-tiba telah mendekat ke
Richard dan Daisy telah tiba di ruang pesta beberapa puluh menit sebelum acara dimulai. Karena belum banyak tamu yang datang, Daisy tak begitu menduga jika pesta malam itu akan dihadiri oleh puluhan kepala negara dan ratusan konglomerat dunia.Ketika sedang menikmati anggur dan kudapan-kudapan kecil, mata Richard menangkap pemandangan yang mengejutkan. Ia melihat ada dua sosok perempuan yang sedang bertingkah norak. Richard nyaris tersedak, tetapi bibirnya menyunggingkan senyum jahat, untuk pertama kalinya, Richard merasa tindakan ayahnya cukup berguna.Melihat kedua perempuan itu kini sedang berjalan menuju ke arahnya, Richard segera berbisik kepada Daisy. “Aku ingin ke toilet, nikmatilah semua yang ingin kau nikmati.”Richard pergi begitu saja sementara Daisy tak begitu memedulikan kepergian suaminya sebab pandangannya tertuju pada sekelompok orang yang tengah duduk di meja bundar yang sama.‘Bukankah wajah-wajah mereka tak asing?’ Daisy membatin. Keningnya berkerut saat mencoba mem
Hari masih pagi ketika Richard turun dari mobil dan berjalan menuju ke halaman kastil mendiang ibunya. Saat tiba di halaman kastil, bibir Richard refleks membentuk sebuah senyuman saat ia melihat Daisy sedang mengajari Alexander King menanam bunga.Ketika Daisy melihat kedangan sang suami, wajahnya berbinar-binar gembira. Tangan Daisy melambai-lambai lalu mengajak Richard untuk turut menanam bunga.“Tidak, terima kasih. Itu bukan gayaku,” sahut Richard merespon ajakan Daisy. “Aku akan masuk ke dalam, selesaikan saja kegiatanmu,” imbuh Richard seraya berjalan ke arah kastil. Sudah lama sekali ia tak berkunjung ke kediaman mendiang ibunya.“Menantuku, ayah akan pulang. Temuilah suamimu. Dan, jangan lupa sampaikan padanya tentang acara makan malam kecil-kecilan yang akan kuadakan nanti malam.” Alexander King melepas sarung tangan yang ia kenakan lalu berpamitan untuk kembali pulang ke kastil utama.Daisy mengerutkan dahi karena ada satu poin penting yang membuatnya terkejut. “Ayah belum
Kastil Manoko… Terlepas dari insiden penyerangan Richard kepada Alexander King, proses pemakaman Hazelle King tetap berlangsung dengan khidmat. Daun-daun pohon maple yang berjatuhan menjadi pelengkap prosesi pemakaman Hazelle pada senja hari itu. Satu demi satu para pengiring telah pergi hingga menyisakan dua orang saja yang masih berada di area pemakaman keluarga Naga Langit. Mereka adalah Richard Forger dan Alexander King. Mulanya, Alexander King terlihat ingin meninggalkan makam terlebih dahulu, namun, ucapan Richard menahan langkahnya. “Apa tujuanmu memilihku menjadi pewaris tahta Naga Langit?” tanya Richard tanpa menoleh ke belakang ke arah sang ayah. Alexander King diam mematung, keduanya kini saling memunggungi satu sama lain. Karena Alexander King tak memberi jawaban, Richard bergumam lagi. “Kau meremehkan putra sulungmu, Pak Tua. Hazelle jauh lebih pantas menjadi penerus Naga Langit. Harus kuakui, keputusanmu benar-benar bodoh!” Alexander King tersenyum tipis. “Kau benar
Suara ledakan keras yang baru saja terdengar di telinga Daisy memang bersumber dari kastil utama Naga Langit. Lebih tepatnya, di halaman depan kastil.Tak hanya mendengar satu kali, Daisy dan Rock mendengar ada ledakan yang bertubi-tubi. Meski demikian, Rock sama sekali tak melakukan apa-apa selain membiarkan hal itu terjadi, sebab ia sudah bisa menebak apa yang sedang terjadi di halaman kastil Naga Langit.!!Tubuh Alexander King terhempas menabrak dinding kastil Naga Langit, menciptakan kerusakan parah pada dinding yang terhantam tubuhnya. Karena kekuatan yang menghempaskan tubuhnya begitu kuat, timbul ledakan keras setiap kali tubuh Alexander King menghantam dinding kastil.Bebatuan dan debu-debu menghambur ke udara. Kehancuran demi kehancuran terus terjadi seiring dengan terhempasnya tubuh Alexander King berkali-kali.Tak ada yang berani mengambil sikap atas apa yang menimpa Alexander King, sebab pria itu memang meminta semua pasukannya untuk tak melakukan apa-apa.“Hazelle tewas
Tak hanya mengevakuasi para anggota Red Skull yang nyaris tenggelam ke laut, pasukan Tom Haley juga menemukan Rock yang berada dalam keadaan terikat di salah satu kapal milik Red Skull. Begitu Rock bebas, ia bergerak cepat menghubungi Alexander King yang berada di Manoko, mengabarkan tentang rencana kedatangan Richard dan Daisy ke sana.“Aku sudah tahu. Termasuk, kematian Hazelle, aku juga sudah mengetahuinya.”Itu adalah kalimat yang diucapkan oleh Alexander King saat Rock berhasil menghubunginya. Saat itu, Alexander King menutup telepon Rock lalu melanjutkan menyesap teh hijau sembari menatap langit hitam di balkon kamarnya.Satu demi satu keluarga yang ia cintai telah mati. Hanya menyisakan Richard seorang, tetapi Richard justru memutuskan untuk keluar dari silsilah keluarga Alexander King.“Lucu sekali…” gumam Alexander King seperti sedang menertawai kehidupannya sendiri. Terlepas dari itu semua, ia cukup menikmati keheningan malam itu sembari menanti kedatangan jasad putra kandun
Perlahan-lahan, matahari tenggelam mengiringi kematian Hazelle King. Dalam suasana berkabung, Richard mengirim telepati kepada pasukan Red Skull dan meminta mereka untuk bergegas menjauh dari pulau Sangorufu. Tak lama lagi, bom dipulau itu akan mengeluarkan gelombang kejut yang cukup besar.Beberapa detik sebelum ledakan besar terjadi di pulau Sangorufu, beberapa kapal pasukan Red Skull telah berhasil membuat jarak aman dari ledakan, termasuk kapal Richard yang sedari awal telah digerakkan oleh kekuatan Richard untuk menjauh dari pulau Sangorufu.Namun, beberapa kapal lain mengalami nasib buruk karena gagal membuat jarak aman dan akhirnya terdampak ledakan besar. Penumpang-penumpang kapal itu menjerit lalu berjatuhan ke laut. Puing-puing kapal yang terbakar berserakan di atas permukaan laut, membuat para korban yang jatuh semakin kesulitan untuk menyelamatkan diri.Beruntung, tak lama berselang datanglah tim evakuasi yang dipimpin oleh Tom Haley.Tom Haley yang mendapat laporan adanya
Tanpa diduga oleh siapa pun, terdengar suara letusan tembakan dari arah kapal tempat Richard mengistirahatkan Hazelle dan Daisy. Kekhawatiran Richard kian membesar ketika ia mendengar jeritan Daisy mengiringi suara tembakan itu.Mengingat, suara tembakan tak pernah menjadi pertanda baik bagi siapa pun, Richard melesatkan tubuhnya ke kapal tempat Daisy dan Hazelle berada.Benar saja, ketika Richard telah tiba di dek kapal, ia melihat Daisy dan Hazelle bersimbah darah. Jantung Richard seperti berhenti berdetak saat ia melihat lubang merah menganga di dada Hazelle King.Meski Hazelle menampakkan senyum damai, Richard menghambur menghampiri Hazelle yang terkulai di atas dek kapal.“Hazelle mencoba untuk melindungiku, Richard… Dia terluka karena aku… Ini salahku…” Daisy menundukkan kepala hingga kepalanya nyaris menyentuh lantai kapal. Tangisan Daisy pecah sebagaimana ia merasa bersalah terhadap Hazelle dan Richard.“Daisy…” Hazelle menggelengkan kepala menatap adik iparnya, seolah memberi
Jack Moriarty merasa nyawanya tak mungkin terselamatkan. Ketika ia tahu kematian sudah datang semakin dekat, beberapa waktu lalu dia akhirnya membuat kesepakatan dengan Richard. Jack Moriarty bersedia membantu Richard semampu dirinya, sebagai timbal balik, Jack meminta Richard untuk menyelamatkan Kelly dan janin yang ada di dalam perut Kelly, kekasih Jack.Richard setuju, dan begitulah, keduanya lantas saling bekerja sama untuk menemukan solusi terbaik menyelamatkan orang-orang yang mereka sayangi.‘Jack, cepat katakan apa yang ingin kau katakan!’ Richard tak sabar untuk mendengar pesan telepati dari Jack. Hanya saja, bukannya mendengar pesan dari Jack, Richard justru dikejutkan oleh suara lain.“Richard Forger…!”Hammer Moriarty telah terbebas dari kelumpuhan. Wajahnya berseri-seri saat melihat betapa ambisiusnya Richard yang ingin menyelamatkan Hazelle King. “Hei, bukankah ada obrolan kita yang terputus? Kau lupa?”Richard menoleh ke arah Hammer Moriarty dengan dahi berkerut.“Forge