Melihat mata Richard merah padam dengan urat-urat yang menonjol, security dengan penuh ketakutan segera undur diri. Security itu tahu, pasti sedang terjadi hal buruk pada Daisy, dan jelas hal tersebut akan mempengaruhi suasana hati Richard. Security tak ingin ia menjadi sasaran kemarahan Richard hingga ia buru-buru pergi.Sementara itu, tangan Richard yang bergetar menahan amarah, tanpa sadar telah meremukkan handle buket bunga yang ia genggam. Tak peduli tentang apa pun, Richard membuka pintu ruangan Daisy. Napasnya memburu, degup jantungnya melaju cepat sementara aliran darah seolah sedang naik ke ubun-ubunnya.“Richard…”Daisy merintih memanggil nama suaminya. Perempuan itu sedang meringkuk di lantai tepatnya di bawah meja sembari memegangi pipinya yang memerah. Tak jauh dari Daisy, terdapan seorang laki-laki dan seorang lagi perempuan yang sama-sama menampakkan ekspresi sinis dan merendahkan.“Apa yang kalian lakukan pada Daisy-ku?!” Richard berjalan menghampiri lelaki yang berada
Angeline berhenti menampar pipinya sendiri saat Rudolf memintanya untuk berkata yang sebenarnya, dalam artian: membuat pengakuan. Karena sudah cukup lama mengenal Rudolf, Angeline memahami maksud kekasihnya itu. Rudolf berada dalam posisi yang tak bisa melawan Richard secara fisik. Angeline berpikir mungkin saja Rudolf sedang mengkhawatirkan keselamatan dia atau juga keselamatan Rudolf sendiri sehingga Rudolf memutuskan meminta Angeline untuk membuat pengakuan.“Rudolf… Kau yakin aku harus mengatakannya sekarang?!” Angeline melirik ke arah kekasihnya yang sudah babak belur. Rudolf mengangguk.Daisy mengamati Angeline dan Rudolf secara bergantian. Rasa penasaran menguasai isi kepala Daisy. Bibirnya pun melontarkan pertanyaan pada sepasang kekasih di depannya itu.“Mengatakan apa? Apa yang kalian sembunyikan?!”Angeline memasang wajah memelas, setidaknya, setelah ia menyaksikan Richard sama sekali tak memberinya kekerasan fisik, Angeline berpikir memberi wajah memelas akan sedikit merin
Daisy menghampiri Richard yang wajahnya masih menegang. Untuk pertama kalinya, Daisy memandang Richard dengan cara yang berbeda. Jika sebelumnya Daisy menganggap Richard adalah suami yang sewaktu-waktu bisa menambah beban kehidupannya, untuk kali itu, Daisy berpikir Richard adalah suami yang tak seburuk penilaiannya sebelumnya. “Richard…” Daisy memanggil nama suaminya seraya berjalan pelan-pelan menghampiri Richard. “Bagaimana bisa kau datang di waktu yang tepat? Apakah kau memang tahu aku sedang dalam bahaya?” tanya Daisy penasaran. Richard memandang wajah manis Daisy. “Ya. Aku suamimu, jadi firasatku kuat jika itu menyangkut keselamatanmu, Daisy,” tutur Richard sedikit berbohong. Tentu saja ia tak menduga jika kedatangannya akan sangat tepat waktu. Tetapi, dengan dia sedikit memodifikasi jawaban, Richard merasa itu akan menguntungkan posisinya. “Richard… Kau sungguh luar biasa!” Mata Daisy berbinar memuji suaminya. Richard berdeham tak menjawab, mencitrakan dirinya memang benar-b
Black Triad adalah nama sindikat pembunuh yang disewa Rudolf untuk menangkap Richard Forger. Jika biasanya Black Triad mendapat pesanan untuk menghabisi nyawa seseorang, kali itu mereka hanya diminta Rudolf untuk menghajar Richard lalu menyerahkan Richard kepada Rudolf dalam keadaan hidup.Bagi Rudolf, kematian adalah hal yang terlalu menyenangkan untuk diberikan kepada Richard yang telah menginjak harga dirinya. Rudolf ingin Richard mendapat hukuman yang lebih kejam dari kematian itu sendiri.Maka, pertama-tama Rudolf memberi informasi tentang keberadaan terakhir Richard yaitu di kantor Daisy Miller. Setelahnya, Black Triad meminta Rudolf menyerahkan data diri Richard Forger untuk ditelusuri tim pengintai.Hanya saja, tim pengintai dari Black Triad, kesemuanya menemukan kejanggalan ketika database di sistem mereka tak bisa memunculkan rekam jejak Richard Forger di kota Roxburgh. Setelah melakukan penelusuran lebih mendalam, salah seorang tim khusus dari Black Triad menemukan Richard
Daisy merasa sangat beruntung karena saat keuangannya sedang buruk, ia bisa mengajak Richard Forger makan malam di restoran mewah sekaligus menikmati menu langka. Beberapa waktu sebelumnya, ketika Daisy dan Richard masih sedang berpikir tentang restoran mana yang akan mereka kunjungi, sebuah email masuk di ponsel Daisy Miller.Itu adalah email penawaran Voucher yang dikeluarkan oleh Restoran Mewah Plaza Athenie yang menyatakan bahwa mereka baru saja membuka cabang dan memberi diskon 70% khusus untuk mereka yang bersedia datang di acara Pre Launching. Tak mau membuang kesempatan berharga itu, Daisy Miller segera mengeklik konfirmasi kedatangan dan mendapatkan nomor voucher yang akan ditukar.“Richard! Kita bisa menikmati menu Langoustine seharga 600 dollar dan hanya perlu membayar 180 dollar saja. Ini sungguh kesempatan langka!” Daisy memekik gembira membayangkan menu Lobster Norwegia yang terkenal itu bisa didapatkan dengan harga yang terlampau murah. Daisy pun mengajak Richard untuk
“Aku tak bisa memastikan apakah ini ulah Rudolf, Luis, Alex, atau sepupumu. Tapi maaf, sepertinya ini semua jebakan.” Richard menginjak pedal gas lebih dalam lagi, membuat kepala Daisy nyaris terbentur kaca mobil. “Daisy, kencangkan sabuk pengamanmu! Jika kau takut, kau cukup tutup mata dan percayakan semua padaku. Mengerti?”Daisy menelan ludah. Tangannya gemetaran mengencangkan sabuk pengaman, sementara bibirnya dengan cukup pelan menyuarakan sebuah pertanyaan. “Richard, apakah aku baru saja masuk ke dalam jebakan musuh?”Richard menganggukkan kepala singkat sementara dua matanya mulai menajam dan mengamati kaca depan sekaligus dua kaca spion di kanan dan kiri. Sebelumnya, ia sudah sempat berpikir jika pasti ada kemungkinan Rudolf membalas dendam, hanya saja, Richard tak menduga akan secepat ini.“Aneh…” Richard bergumam pelan saat menyadari instingnya tak merasakan kehadiran pihak-pihak musuh yang mengejar atau mendekat. Bahkan ketika ia melipatgandakan kewaspadaan, ia tetap merasa
Rudolf menghubungi Black Triad setelah hari menginjak pukul sepuluh malam. Mengingat Black Triad berjanji akan membawa Richard Forger ke hadapan Rudolf di pukul sebelas malam, Rudolf merasa perlu mengetahui perkembangan terbaru proses penculikan Richard Forger.“Halo… Maaf, ini sudah pukul sepuluh. Bisakah aku mengetahui sejauh mana misi berjalan?” Rudolf lekas bertanya setelah teleponnya tersambung dengan salah satu perwakilan sindikat pembunuh Black Triad.“Apa kau meragukan Black Triad?!” Suara di seberang lebih terdengar seperti membentak ketimbang bertanya, membuat Rudolf lagi-lagi merasa seperti disengat lebah karena terkejut.“Bu… Bukan begitu. Maksudku, apakah saat ini Richard sialan itu sudah dihajar? Dia mematahkan empat gigiku. Aku ingin, sebelum dibawa kepadaku, orang suruhan kalian harus sudah merontokkan setidaknya tujuh gigi Richard!”“Apakah Richard sudah dihajar??! Merontokkan tujuh giginya? Ha ha! Kau meremehkan anggota Black Triad, Rudolf! Meski target kali ini terg
Richard ingin memberi pelajaran lebih berat kepada Lucius dari Black Triad. Namun, suara rintihan Daisy menghentikan niat Richard. Ia lekas melangkah pergi ke arah mobil Daisy, meninggalkan Lucius yang terkapar di tanah dalam keadaan luka-luka.Tak mau melewatkan kesempatan berharga, Lucius mengerahkan seluruh sisa tenaganya untuk kabur menjauh. Mengingat kembali serangan Richard, Lucius berpikir, andai ada tiga dirinya sekaligus, itu tak akan cukup untuk membuat kulit Richard tergores.‘Sungguh, dia bukan kuli sedot tinja! Tidak mungkin! Tidak mungkin aku kalah dari cleaning service seperti dia! Kecuali dia menyembunyikan sesuatu!’ Sepanjang pelariannya, Lucius berteriak dalam hati, seolah masih tak terima jika kekalahannya yang pertama justru disebabkan oleh laki-laki dari kasta rendahan. Hatinya bersikukuh menganggap bahwa Richard pasti memiliki sisi lain yang disembunyikan.Sementara itu, Richard yang tengah membuka pintu mobil Daisy, tampak gelisah mendengar suara serak yang kelu